Telalu Hiperaktif, Ida Wahyuti Diikat Orangtuanya Tiga Tahun
A
A
A
PONOROGO - Karena kemiskinan dan tak ada biaya berobat, seorang bocah berumur 10 tahun penderita hyperaktif diikat oleh orangtuanya. Alasannya, agar sang anak tak berkeliaran di jalan dan mengganggu warga lain.
Pihak Dinas Sosial Kabupaten Ponorogo pun akhirnya turun tangan dan melihat korban. Namun orangtua korban belum mau melepas sang bocah dari ikatan. Bocah itu bernama Ida Wahyuti, tinggal di Desa Tatung, Kecamatan Balong Ponorogo.
Dia sudah tiga tahun terakhir diikat kaki kanannya dengan tali yang dikaitkan dengan tiang rumah. Akibatnya, sang bocah tak bisa kemana-mana. Kaki Ida sengaja diikat oleh kedua orang tunya, yakni Barokah dan Sriani.
Mereka beralasan, jika Ida tidak diikat, dia sering bertingkah aneh dengan melempar orang, berusaha masuk sumur, juga kegiatan lain yang membahayakan keselamatan dirinya maupun orang lain.
Dalam pemeriksaan Dinas Sosial Kabupaten Ponorogo, rencananya dinas akan langsung membawa korban dan orangtuanya untuk diobatkan. Namun karena tidak ada tim medis yang menyertai rombongan, korban urung dievakuasi.
"Kita masih menunggu rekomendasi dari tim medis. Kalau memang harus dibawa terapi ke Surabaya atau kemana akan dilakukan," kata Suhardiman, perwakilan Tim Dinsos Ponorogo, Kamis (28/7/2016).
Sementara itu, orangtua korban mengaku bersedia membawa anaknya berobat. Namun dengan syarat, dia dan suaminya akan menemani selama perawatan. Dia masih berharap, anaknya bisa sembuh dan tumbuh normal seperti bocah lainnya.
Ida merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara, pasangan suami istri Barokah dan Sriyani. Saat masih bayi, Ida mengalami demam tinggi hingga terserang folio. Hingga umur tiga tahun, dia tak bisa jalan, hanya bisa melompat-lompat.
Saat usia lima tahun, Ida akhirnya bisa berjalan. Namun saat bisa berjalan, Ida malah sering berlarian ke sana ke mari dan tidak tentu arah. Dia juga sering menghentikan kendaraan, tercebur selokan, hingga terjebur sumur.
Karena dianggap membahayakan, akhirnya Ida diikat oleh kedua orang tuanya. Dengan mengikat Ida di rumah, kedua orang tua Ida bisa bekerja sebagai buruh tani untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Meski mengalami hiperaktif, namun orangtuanya tak sanggup lagi membawa Ida berobat, karena tak lagi memiliki biaya. Pihak keluarga Ida hanya bisa pasrah, berharap keajaiban anaknya bisa sembuh dan kembali normal seperti bocah lainnya.
Pihak Dinas Sosial Kabupaten Ponorogo pun akhirnya turun tangan dan melihat korban. Namun orangtua korban belum mau melepas sang bocah dari ikatan. Bocah itu bernama Ida Wahyuti, tinggal di Desa Tatung, Kecamatan Balong Ponorogo.
Dia sudah tiga tahun terakhir diikat kaki kanannya dengan tali yang dikaitkan dengan tiang rumah. Akibatnya, sang bocah tak bisa kemana-mana. Kaki Ida sengaja diikat oleh kedua orang tunya, yakni Barokah dan Sriani.
Mereka beralasan, jika Ida tidak diikat, dia sering bertingkah aneh dengan melempar orang, berusaha masuk sumur, juga kegiatan lain yang membahayakan keselamatan dirinya maupun orang lain.
Dalam pemeriksaan Dinas Sosial Kabupaten Ponorogo, rencananya dinas akan langsung membawa korban dan orangtuanya untuk diobatkan. Namun karena tidak ada tim medis yang menyertai rombongan, korban urung dievakuasi.
"Kita masih menunggu rekomendasi dari tim medis. Kalau memang harus dibawa terapi ke Surabaya atau kemana akan dilakukan," kata Suhardiman, perwakilan Tim Dinsos Ponorogo, Kamis (28/7/2016).
Sementara itu, orangtua korban mengaku bersedia membawa anaknya berobat. Namun dengan syarat, dia dan suaminya akan menemani selama perawatan. Dia masih berharap, anaknya bisa sembuh dan tumbuh normal seperti bocah lainnya.
Ida merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara, pasangan suami istri Barokah dan Sriyani. Saat masih bayi, Ida mengalami demam tinggi hingga terserang folio. Hingga umur tiga tahun, dia tak bisa jalan, hanya bisa melompat-lompat.
Saat usia lima tahun, Ida akhirnya bisa berjalan. Namun saat bisa berjalan, Ida malah sering berlarian ke sana ke mari dan tidak tentu arah. Dia juga sering menghentikan kendaraan, tercebur selokan, hingga terjebur sumur.
Karena dianggap membahayakan, akhirnya Ida diikat oleh kedua orang tuanya. Dengan mengikat Ida di rumah, kedua orang tua Ida bisa bekerja sebagai buruh tani untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Meski mengalami hiperaktif, namun orangtuanya tak sanggup lagi membawa Ida berobat, karena tak lagi memiliki biaya. Pihak keluarga Ida hanya bisa pasrah, berharap keajaiban anaknya bisa sembuh dan kembali normal seperti bocah lainnya.
(san)