WNA Belanda Mencari Orangtua Biologis di Indonesia
A
A
A
SURABAYA - Seorang Warga Negara Asing (WNA) asal Belanda berdarah Indonesia, Wahyudi Hoekstra mencari orangtua kandungnya di Surabaya. Wahyudi dibuang orangtuanya 39 tahun lalu, saat baru berusia satu hari, di Jalan Ronggolawe Surabaya.
Setelah puluhan tahun lamanya, warga Belanda ini datang ke Surabaya untuk mencari orangtua biologisnya. Pencarian Wahyudi itu ibarat mencari jarum dalam sekam, sulit, dan melelahkan.
Wahyudi datang dari negeri Belanda bersama saudara angkatnya Yulia Hoekstra, mereka berasal dari Kota Leeuwarden. Setibanya di Surabaya, mereka menuju ke Yayasan Kartini, tempat penampungan bayi-bayi terbuang, di Jalan Siak Surabaya.
Di yayasan ini, Wahyudi Hoekstra pernah ditampung dan dirawat selama satu bulan, sebelum diadopsi oleh warga Belanda bernama Hoekstra.
Dari riwayatnya, tepatnya pada 31 Mei 1977, Wahyudi Hoekstra yang masih berusia satu hari dibuang oleh orangtua kandungnya di Jalan Ronggolawe 2 Surabaya, yang kemudian ditemukan oleh seorang tukang becak.
Oleh tukang becak itu, Wahyudi diserahkan ke kantor polisi Polsek Tegalsari. Dari kepolisian, Wahyudi diserahkan ke Rumah Sakit Dokter Soetomo Surabaya, yang kemudian dititipkan ke Yayasan Kartini, hingga akhirnya diadopsi keluarga Hoekstra.
Hingga kini, sudah empat kali Wahyudi Hoekstra mendatangi Surabaya untuk mencari orangtua kandungnya. Namun, belum ada hasil dan tanda-tanda orangtuanya ditemukan.
Berbagai cara pun sudah dilakukannya, termasuk memajang foto di media sosial dengan poster bertuliskan "Nama Saya Wahyudi Hoekstra Mencari Keluarga."
Dia berharap, dengan adanya pemberitaan dari media, dapat menemukan siapa orangtua biologisnya setelah 39 tahun lamanya dia dipisahkan. Sementara itu, pihak Yayasan Kartini sendiri tidak bisa membantu banyak.
Lantaran saat diserahkan ke pihak yayasan, yang didapat hanya data dari rumah sakit, terkait riwayat ditemukannya Wahyudi. Soal identitas orangtua Wahyudi Hoekstra yang sebenarnya, sama sekali tidak ada dan gelap.
Wahyudi Hoekstra sudah tinggal dua hari ini di Surabaya, dan rencananya dia akan segera berangkat ke Bali, sebelum kembali ke Belanda. Meski jalan yang ditempuhnya mencari kedua orangtuanya sulit, Wahyudi mengaku akan terus mencari.
Setelah puluhan tahun lamanya, warga Belanda ini datang ke Surabaya untuk mencari orangtua biologisnya. Pencarian Wahyudi itu ibarat mencari jarum dalam sekam, sulit, dan melelahkan.
Wahyudi datang dari negeri Belanda bersama saudara angkatnya Yulia Hoekstra, mereka berasal dari Kota Leeuwarden. Setibanya di Surabaya, mereka menuju ke Yayasan Kartini, tempat penampungan bayi-bayi terbuang, di Jalan Siak Surabaya.
Di yayasan ini, Wahyudi Hoekstra pernah ditampung dan dirawat selama satu bulan, sebelum diadopsi oleh warga Belanda bernama Hoekstra.
Dari riwayatnya, tepatnya pada 31 Mei 1977, Wahyudi Hoekstra yang masih berusia satu hari dibuang oleh orangtua kandungnya di Jalan Ronggolawe 2 Surabaya, yang kemudian ditemukan oleh seorang tukang becak.
Oleh tukang becak itu, Wahyudi diserahkan ke kantor polisi Polsek Tegalsari. Dari kepolisian, Wahyudi diserahkan ke Rumah Sakit Dokter Soetomo Surabaya, yang kemudian dititipkan ke Yayasan Kartini, hingga akhirnya diadopsi keluarga Hoekstra.
Hingga kini, sudah empat kali Wahyudi Hoekstra mendatangi Surabaya untuk mencari orangtua kandungnya. Namun, belum ada hasil dan tanda-tanda orangtuanya ditemukan.
Berbagai cara pun sudah dilakukannya, termasuk memajang foto di media sosial dengan poster bertuliskan "Nama Saya Wahyudi Hoekstra Mencari Keluarga."
Dia berharap, dengan adanya pemberitaan dari media, dapat menemukan siapa orangtua biologisnya setelah 39 tahun lamanya dia dipisahkan. Sementara itu, pihak Yayasan Kartini sendiri tidak bisa membantu banyak.
Lantaran saat diserahkan ke pihak yayasan, yang didapat hanya data dari rumah sakit, terkait riwayat ditemukannya Wahyudi. Soal identitas orangtua Wahyudi Hoekstra yang sebenarnya, sama sekali tidak ada dan gelap.
Wahyudi Hoekstra sudah tinggal dua hari ini di Surabaya, dan rencananya dia akan segera berangkat ke Bali, sebelum kembali ke Belanda. Meski jalan yang ditempuhnya mencari kedua orangtuanya sulit, Wahyudi mengaku akan terus mencari.
(san)