Perpustakaan itu Disulap Jadi Sekolah PAUD
A
A
A
SINGKAWANG - Lirik lagu "Di sini senang di sana senang, di mana-mana hatiku senang" bergema di dalam gedung berukuran 10 x 7 meter persegi. Belasan anak-anak berusia 5-6 tahun itu begitu bersemangat menyanyikan lagu tersebut.
Bangunan berwarna oranye itu dahulu adalah perpustakaan yang dibangun masyarakat Polongan didampingi Wahana Visi Indonesia (WVI). Kini, bangunan yang berlokasi di Dusun Polongan, Desa Sabau, Kecamatan Samalantan, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat itu dijadikan sekolah PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini).
Pengelola PAUD Tabita, Suliyana, mengungkapkan, gedung PAUD ini dahulu adalah perpustakaan yang dibangun tahun 2010. Awalnya kata dia, anak-anak PAUD menumpang di Gedung SDN 11 Polongan selama dua tahun. Karena kondisinya tidak layak dan mengganggu proses belajar mengajar, akhirnya pindah ke perpustakaan.
"Dengan berbagai pertimbangan akhirnya pihak sekolah mengizinkan siswa PAUD pindah ke perpustakaan," kata Suliyana, Senin (25/7/2016).
Suliyana menjelaskan, sejak sekolah pindah ke perpustakaan, pihaknya tidak khawatir lagi dengan keselamatan anak-anak. Waktu belajar juga lebih baik dan teratur. "Kalau dulu waktu hujan sekolah kita liburkan karena bangunannya bocor dan rawan ambruk. Sekarang tidak lagi karena sudah bagus dan lebih kokoh," ungkapnya.
Menurut dia, setiap tahun, anak yang sekolah di tempat tersebut kurang lebih 20 orang. Setelah lulus mereka langsung meneruskan ke SDN 11.
"Selain perpustakaan, kami juga punya banyak mainan untuk menunjang kegiatan belajar anak yang diberikan pihak sponsor," ungkapnya.
Menurut Suliyana, selain dia, proses belajar mengajar di sekolah yang berjarak 31 kilometer dari Kota Singkawang itu dibantu tiga guru lainnya.
Sementara, untuk menunjang kesejahteraan para guru, pihaknya dibantu WVI beternak babi karena mereka tidak mendapatkan honor. "Awalnya kami diberi sapi tapi karena proses berkembang biaknya lama, akhirnya diganti babi karena lebih cepat," jelasnya.
Dia mengakui, berkat bantuan dan kerja sama WVI, masyarakat banyak terbantu, khususnya di bidang pendidikan. "Kami sudah meluluskan 100 lebih siswa selama PAUD ini berdiri."
Kepala Sekolah SDN 11 Polongan Benny mengakui sekolah dini tersebut sangat membantu pihaknya. Salah satunya soal kedisiplinan dan pengetahuan siswa.
"Dengan adanya PAUD itu kami sangat terbantu karena sangat mudah mendidik mereka ketimbang anak-anak yang berasal dari luar PAUD," ujarnya.
Bangunan berwarna oranye itu dahulu adalah perpustakaan yang dibangun masyarakat Polongan didampingi Wahana Visi Indonesia (WVI). Kini, bangunan yang berlokasi di Dusun Polongan, Desa Sabau, Kecamatan Samalantan, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat itu dijadikan sekolah PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini).
Pengelola PAUD Tabita, Suliyana, mengungkapkan, gedung PAUD ini dahulu adalah perpustakaan yang dibangun tahun 2010. Awalnya kata dia, anak-anak PAUD menumpang di Gedung SDN 11 Polongan selama dua tahun. Karena kondisinya tidak layak dan mengganggu proses belajar mengajar, akhirnya pindah ke perpustakaan.
"Dengan berbagai pertimbangan akhirnya pihak sekolah mengizinkan siswa PAUD pindah ke perpustakaan," kata Suliyana, Senin (25/7/2016).
Suliyana menjelaskan, sejak sekolah pindah ke perpustakaan, pihaknya tidak khawatir lagi dengan keselamatan anak-anak. Waktu belajar juga lebih baik dan teratur. "Kalau dulu waktu hujan sekolah kita liburkan karena bangunannya bocor dan rawan ambruk. Sekarang tidak lagi karena sudah bagus dan lebih kokoh," ungkapnya.
Menurut dia, setiap tahun, anak yang sekolah di tempat tersebut kurang lebih 20 orang. Setelah lulus mereka langsung meneruskan ke SDN 11.
"Selain perpustakaan, kami juga punya banyak mainan untuk menunjang kegiatan belajar anak yang diberikan pihak sponsor," ungkapnya.
Menurut Suliyana, selain dia, proses belajar mengajar di sekolah yang berjarak 31 kilometer dari Kota Singkawang itu dibantu tiga guru lainnya.
Sementara, untuk menunjang kesejahteraan para guru, pihaknya dibantu WVI beternak babi karena mereka tidak mendapatkan honor. "Awalnya kami diberi sapi tapi karena proses berkembang biaknya lama, akhirnya diganti babi karena lebih cepat," jelasnya.
Dia mengakui, berkat bantuan dan kerja sama WVI, masyarakat banyak terbantu, khususnya di bidang pendidikan. "Kami sudah meluluskan 100 lebih siswa selama PAUD ini berdiri."
Kepala Sekolah SDN 11 Polongan Benny mengakui sekolah dini tersebut sangat membantu pihaknya. Salah satunya soal kedisiplinan dan pengetahuan siswa.
"Dengan adanya PAUD itu kami sangat terbantu karena sangat mudah mendidik mereka ketimbang anak-anak yang berasal dari luar PAUD," ujarnya.
(zik)