10-15% Anak di Palembang Cenderung Obesitas

Jum'at, 22 Juli 2016 - 08:02 WIB
10-15% Anak di Palembang Cenderung Obesitas
10-15% Anak di Palembang Cenderung Obesitas
A A A
PALEMBANG - Penyakit obesitas semakin mengancam kalangan anak-anak di perkotaan. Buktinya, dari 5-10 anak di Palembang, terdapat satu anak yang mengalami obesitas, atau dikenal dengan berat badan berlebihan.

Hal ini dikatakan dokter ahli gizi RSMH Palembang, Julius Azwar. Dalam keterangan persnya terhadap keberadaan anak obesitas ekstrim, Rizki Rahmad Ramadhan (11) di aula RSMH, dia mengatakan obesitas makin menghantui pertumbuhan anak-anak, terutama di perkotaan.

Faktor penyebabnya ada tiga, yakni pemenuhan konsumsi yang berlebihan, gaya hidup keluarga terutama orang tua dan makin minimnya ruang publik bagi anak-anak.

“Faktor penyebab obesitas macam-macam, tapi alat ukurnya dari beragam. Bisa karena pola konsumsi, dan pola asuh. Termasuk bagaimana orangtua, terutama ibu menyikapi pola makan sehari-hari,” ungkapnya.

Julius yang juga ditunjuk menjadi ketua tim dokter Rizki mengatakan untuk anak-anak sebaiknya memiliki pola makan yang harus diatur.

Mengingat, sampai dengan umur pertumbuhannya kalangan anak-anak akan mengalami perkembangan bentuk tubuh.

Saat kondisi ini makin sering dialami, maka organ tubuh anak-anak semakin membesar dan berpengaruh pada kesehatan anak.

“Ancaman penyakit bagi anak-anak yang obesitas ini banyak. Bisa gangguan pada organ pencernaan, pernapasan, jantung, ginjal hingga perkembangan otak. Karena itu harus berhati-hati,”sambung ia.

Pertumbuhan seorang anak dikatagorikan mengalami penyimpangan jika perbandingan antara usia, berat badan, dan tinggi badan tidak seimbang. Selain itu, pertumbuhan bagi anak perempuan dan laki-laki berbeda.

“Saya melihat kecendrungan anak-anak terutama di Palembang, makin banyak yang obesitas. Penyakit obesitas ini, dapat dicirikan fisik. Misalnya, terdapat kelenjar di bagian dagu, dada, pertumbuhan organ tubuh membesar dari normal. Jika kronis, anak-anak sudah sesak nafas dan sulit bergerak (pasif),” terang dia.

Pemahaman pada orang tua, sambung dokter yang tergabung dalam Persatuan Dokter Anak ini mengatakan sering salah. Orang tua sering merasa penyakit obesitas tidak menjadi masalah, atau malah lebih suka melihat anaknya yang gemuk karena terkesan lucu dan menggemaskan. Padahal, dengan pertumbuhan yang tidak begitu normal, maka ancaman pada penyakit lain akan semakin besar.

“Pola makan lebih berpengaruh langsung. Anak-anak boleh saja makan dilebihkan, namun sebaiknya bukan makanan cepat saji. Kemajuan teknologi yang memudahkan sang anak memesan makanan langsung menggunakan telepon, sebaiknya dihindari. Orang tua harus memperhatikan,” ungkap dia.

Selain itu, anak-anak juga lebih harus memperbanyak olahraga. Penyakit obesitas juga dipicu dengan makin berkurangnya lahan (perkarangan) hingga taman-taman publik yang dipergunakan bagi anak bermain.

Anak-anak malah lebih sering bermain dengan game dengan tidak menggerakkan tubuh, misalnya sibuk main ponsel, tablet hingga video games.

“Sebenarnya pemerintah juga harus bertanggung jawab, terhadap anak obesitas. Karena kurang mampu menciptakan taman publik agar anak-anak bisa bermain leluasa,”tukasnya.

Sementara itu Rizki Rahmad Ramadhan terus menjalani perawatan intensif. Sebanyak 10 dokter spesialis diturunkan guna melakukan diagnose terhadap anak ketujuh dari tujuh bersaudara ini. Di hari ketiga pengobatannya berat badan Rizki sudah berkurang 1 kg.

Dikatakan Julius, para dokter akan terlebih dahulu mengobati penyakit sesak napas selain mengatur pola makan pasien.

“Untuk sementara, penyakit sesak napas diobati dengan berbagai tindakan, misalnya obat atau bantuan alat pernapasan,”kata dia.

Sementara, para dokter lainnya melakukan observasi misalnya pada ginjal, otak, jantung dan organ tubuh lainnya, tim gizi terus melakukan perbaikan pola makan.

Tim dokter menargetkan pertumbuhan berat badan akan berhenti dengan penurunan 1 kg/ bulan.

“Pengaturan pola makan ini cukup sulit bagi anak-anak. Karena biasanya, saat perawatan berat badan bisa turun, namun saat kembali ke rumah, berat badan kembali meningkat,”kata ia.

Dengan target 1 kg per bulan, kata dia, maka dibutuhkan sekitar 80 bulan untuk mengembalikan pada berat ideal pada usiannya. Di usia 11 tahun, dengan tinggi badan 143 cm, Rizki harusnya memiliki berat badan 40 kg. “Selisih berat badan ini yang menjadi targetnya,” ujar dia.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0982 seconds (0.1#10.140)