Putri Bupati Gunungkidul Buka Usaha Angkringan, Ini Ceritanya
A
A
A
GUNUNGKIDUL - Anak-anak para pejabat, termasuk bupati di negeri ini memang identik dengan gemerlap kehidupan yang berkecukupun dan sedikit mewah.
Namun, tidak demikian dengan putri kedua Bupati Gunungkidul Badingah, Yune Prana Elzuhriya. Meski menyandang status putri Bupati Gunungkidul, dia justru memilih usaha kelas trotoar, yaitu angkringan.
Tangan lentik putri mantan Ketua DPRD Gunungkidul Almarhum Wasito Donosaroyo inipun dengan cekatan menyajikan aneka menu angkringan yang dimasaknya sendiri.
Mulai dari tahu berontak, bakwan, tempe mendoan hingga nasi oseng, nasi oseng teri, serta babat gongso, dan juga nasi rendang ayam. Semua dilakukannya untuk bisa tetap berusaha dengan cara-cara yang halal dan tidak memanfaatkan posisi sang ibu sebagai orang pertama di Pemkab Gunungkidul.
”Ya, mengapa mesti malu mas, ini halal. Lha wong ibu mendukung, beliau dulu juga pedagang,” ungkapnya, saat ditemui wartawan, beberapa waktu lalu.
Begitu juga dengan ketiga anaknya yang terlihat santai dengan adanya usaha angkringan yang berada di halaman rumah yang dibuka sejak 26 Mei lalu ini. Usaha angkringan ini awalnya hanya karena iseng saja.
Berawal dari hobi nongkrong di angkringan, kemudian muncul ide membuat angkringan di halaman rumah. Dengan bermodalkan tekad dan uang sebesar Rp850 ribu, Yune bersama suaminya Iwan Surya Purnawan, akhirnya membuka usaha angkringan yang diberi nama angkringan Batik.
Angkringan batik merupakan nama yang menurut keduanya memiliki sejarah sendiri. Ini lantaran dulu Yune pernah berjualan batik di pasar dan setelah dia hamil, usaha tersebut akhirnya ditinggalkan.
”Jadi nama batik masih saya pakai, mudah-mudahan di sini juga bisa menjadi tempat makan minum, sekaligus bisa membuat gerai batik lagi,” mimpi Yune.
Untuk memulai usaha ini, segala perlengkapan dan desain mulai dari membuat angkringan, memasang ornamen kain batik dibuat sang suaminya sendiri.
”Suami saya sampai masuk UGD gara-gara terlalu kecapekan. Jadi usaha ini memang memiliki sejarah, jadi tetap saya teruskan,” ucapnya.
Angkringan menurutnya merupakan kuliner yang sering identik dengan suasana santai ala masyarakat kecil. Untuk itu, diapun tidak menempatkan area hot spot sehingga diharapkan di angkirngan tersebut kembali tercipta komunikasi yang santai sambil makan dan minum teh atau kopi.
“Kita juga berusaha kembali menciptakan suasana ngobrol yang langsung, bukan hanya duduk diam sambil bermain internet atau Whats App (WA),” imbuh dia.
Sebelum berjualan angkringan, dia bersama suami sempat menggeluti dunia event oerganiser (EO). Selain itu juga bisnis rental mobil.
”Namun ternyata saya menemukan ketentraman usaha angkringan ini, hasilnya juga lumayan bisa buat membeli jajanan anak anak,” beber perempuan yang semasa hidup ayahnya selalu mempersiapkan pakaian dinas untuk ayahnya tersebut.
Untuk hal mewujudkan semangatnya berdagang, setiap sore hari, dia nekat menanggalkan posisi sebagai anak bupati dan berjibaku bersama suami untuk mempersiapkan dagangan mereka. Mulai dari menggoreng aneka gorengan, memasak nasi, hingga masakan khas di angkringan yang terletak di Jalan Kenanga, Purbosari Wonosari ini.
Sementara sang suami Iwan Surya Purnawan mengaku sebelum membuka usaha sempat bertanya pada istrinya terkait dengan posisinya sebagai anak bupati.
”Namun karena memang istri saya adalah didikan seorang pedagang, maka selagi halal dia menyatakan siap melakoni, ya akhirnya kami lakoni usaha ini,” imbuhnya.
Dia berharap, bisa membuka cabang angkringan yang dirintisnya tersebut. Dengan menjual suasana yang sangat nyaman, dan juga aneka masakan yang lebih berkelas dari sisi rasa dibandingkan angkringan biasa, lokasi ini kini menjadi arena favorit tempat makan dan nongkrong beberapa komunitas, termasuk para jurnalis di Gunungkidul.
Rendi, salah satu jurnalis yang bertugas di Gunungkidul mengaku sering makan di angkringan tersebut. Awalnya dia tidak percaya jika yang berjualan angkringan adalah putri Bupati Badingah bersama suaminya.
”Setelah tahu sempat canggung, namun akhirnya terbiasa. Karena memang masakannya enak dan lokasinya juga nyaman, bisa makan sambil meneruskan berita,” tuturnya.
Namun, tidak demikian dengan putri kedua Bupati Gunungkidul Badingah, Yune Prana Elzuhriya. Meski menyandang status putri Bupati Gunungkidul, dia justru memilih usaha kelas trotoar, yaitu angkringan.
Tangan lentik putri mantan Ketua DPRD Gunungkidul Almarhum Wasito Donosaroyo inipun dengan cekatan menyajikan aneka menu angkringan yang dimasaknya sendiri.
Mulai dari tahu berontak, bakwan, tempe mendoan hingga nasi oseng, nasi oseng teri, serta babat gongso, dan juga nasi rendang ayam. Semua dilakukannya untuk bisa tetap berusaha dengan cara-cara yang halal dan tidak memanfaatkan posisi sang ibu sebagai orang pertama di Pemkab Gunungkidul.
”Ya, mengapa mesti malu mas, ini halal. Lha wong ibu mendukung, beliau dulu juga pedagang,” ungkapnya, saat ditemui wartawan, beberapa waktu lalu.
Begitu juga dengan ketiga anaknya yang terlihat santai dengan adanya usaha angkringan yang berada di halaman rumah yang dibuka sejak 26 Mei lalu ini. Usaha angkringan ini awalnya hanya karena iseng saja.
Berawal dari hobi nongkrong di angkringan, kemudian muncul ide membuat angkringan di halaman rumah. Dengan bermodalkan tekad dan uang sebesar Rp850 ribu, Yune bersama suaminya Iwan Surya Purnawan, akhirnya membuka usaha angkringan yang diberi nama angkringan Batik.
Angkringan batik merupakan nama yang menurut keduanya memiliki sejarah sendiri. Ini lantaran dulu Yune pernah berjualan batik di pasar dan setelah dia hamil, usaha tersebut akhirnya ditinggalkan.
”Jadi nama batik masih saya pakai, mudah-mudahan di sini juga bisa menjadi tempat makan minum, sekaligus bisa membuat gerai batik lagi,” mimpi Yune.
Untuk memulai usaha ini, segala perlengkapan dan desain mulai dari membuat angkringan, memasang ornamen kain batik dibuat sang suaminya sendiri.
”Suami saya sampai masuk UGD gara-gara terlalu kecapekan. Jadi usaha ini memang memiliki sejarah, jadi tetap saya teruskan,” ucapnya.
Angkringan menurutnya merupakan kuliner yang sering identik dengan suasana santai ala masyarakat kecil. Untuk itu, diapun tidak menempatkan area hot spot sehingga diharapkan di angkirngan tersebut kembali tercipta komunikasi yang santai sambil makan dan minum teh atau kopi.
“Kita juga berusaha kembali menciptakan suasana ngobrol yang langsung, bukan hanya duduk diam sambil bermain internet atau Whats App (WA),” imbuh dia.
Sebelum berjualan angkringan, dia bersama suami sempat menggeluti dunia event oerganiser (EO). Selain itu juga bisnis rental mobil.
”Namun ternyata saya menemukan ketentraman usaha angkringan ini, hasilnya juga lumayan bisa buat membeli jajanan anak anak,” beber perempuan yang semasa hidup ayahnya selalu mempersiapkan pakaian dinas untuk ayahnya tersebut.
Untuk hal mewujudkan semangatnya berdagang, setiap sore hari, dia nekat menanggalkan posisi sebagai anak bupati dan berjibaku bersama suami untuk mempersiapkan dagangan mereka. Mulai dari menggoreng aneka gorengan, memasak nasi, hingga masakan khas di angkringan yang terletak di Jalan Kenanga, Purbosari Wonosari ini.
Sementara sang suami Iwan Surya Purnawan mengaku sebelum membuka usaha sempat bertanya pada istrinya terkait dengan posisinya sebagai anak bupati.
”Namun karena memang istri saya adalah didikan seorang pedagang, maka selagi halal dia menyatakan siap melakoni, ya akhirnya kami lakoni usaha ini,” imbuhnya.
Dia berharap, bisa membuka cabang angkringan yang dirintisnya tersebut. Dengan menjual suasana yang sangat nyaman, dan juga aneka masakan yang lebih berkelas dari sisi rasa dibandingkan angkringan biasa, lokasi ini kini menjadi arena favorit tempat makan dan nongkrong beberapa komunitas, termasuk para jurnalis di Gunungkidul.
Rendi, salah satu jurnalis yang bertugas di Gunungkidul mengaku sering makan di angkringan tersebut. Awalnya dia tidak percaya jika yang berjualan angkringan adalah putri Bupati Badingah bersama suaminya.
”Setelah tahu sempat canggung, namun akhirnya terbiasa. Karena memang masakannya enak dan lokasinya juga nyaman, bisa makan sambil meneruskan berita,” tuturnya.
(san)