Diduga Tewas Dianiaya, Keluarga Mahasiswi UMI Laporkan Panitia ke Polisi
A
A
A
Keluarga mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia (UMI), Rezky Evienia Samsul (22) akhirnya melaporkan panitia Studi Club TBM Fakultas Kedokteran UMI ke Polda Sulsel. Pelaporan dilakukan salah seorang keluarga korban bernama Asriadi (28).
Kabid Humas Polda Sulsel, Kombes Pol Frans Barung Mangera, mengatakan, salah seorang keluarga korban, telah melaporkan panitia pelaksana Studi Club TBM Fakultas Kedokteran UMI Makassar pada Polda Sulsel, atas kasus dugaan pembunuhan dan atau penganiayaan yang menyebabkan meninggalnya Resky.
Asriadi melaporkan panitia pelaksana Studi Club TBM Fakultas Kedokteran UMI Makassar, karena sebelum meninggal, Resky diketahui berangkat untuk mengikuti Study Club TBM Fakultas Kedokteran UMI Makassar di Pegunungan Tombolo, Kecamatan Malino, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, pada Jumat 3 Juni sekira pukul 20.00 Wita.
Tetapi keesokan harinya, pelapor mendapat kabar bahwa korban sudah berada di RS Faisal karena sakit.
Sebelumnya, Resky sempat dibawa ke puskesmas setempat namun langsung dilarikan ke RS Faisal sekitar pukul 08.00 Wita.
Namun, hanya beberapa jam, dia kembali dirujuk ke RSUP Wahidin Sudirohusodo lantaran kondisi kesehatannya makin parah sekitar pukul 11.00 Wita.
"Pada hari Sabtu, 4 Juni 2016 pelapor mendapat informasi jika korban sudah berada di Rumah Sakit Faisal karena tidak sadarkan diri, diduga korban sebelumnya mengalami kejadian penganiayaan," jelas Barung.
Pada tubuh korban, yakni lengan kanan dan kiri, serta kepala bagian belakang terdapat luka memar. Setelah menjalani perawatan selama beberapa hari, Resky pun meninggal. Polisi juga sudah mengantongi screenshot percakapan grup line yang diambil dari ponsel korban.
Sementara, Wakil Dekan III Fakultas Kedokteran, UMI Makassar, Dr Sulhana memastikan bahwa tidak ada tindak kekerasan maupun penganiayaan yang dilakukan oleh panitia terhadap Resky selama mengikuti kegiatan Tanggap Bencana Medis tersebut.
Bahkan, dia mengatakan semua kegiatan sesuai dengan protap yang berlaku. Dia juga menyatakan pihaknya sudah mengetahui kronologi kejadian hingga korban meninggal dunia setelah koma selama beberapa hari. Tetapi dia enggan menjelaskan kronologis yang dimaksud.
Mengenai laporan dari pihak keluarga korban pada polisi, dia menyangkal karena menurutnya pihaknya telah bertemu dengan keluarga korban, dan keluarga korban menerima serta tidak berniat membawa kasus tersebut ke ranah hukum.
"Tadi kami sudah ketemu dengan pihak keluarga, ayahnya malah bilang sama saya jangan dengarkan apa kata media," ucapnya saat Konferensi Pers di Aula Ibnu Sina, Fakultas Kedokteran UMI Makassar, Selasa (7/6/2016).
Dari pemberitaan sebelumnya, diketahui Resky mengalami lebam di lengan kanan dan bagian perut bagian kanan. Hal itu menguatkan dugaan kerabat jika Resky mengalami penganiayaan dari seniornya saat mengikuti pengaderan TBM UMI di Malino.
Kabid Humas Polda Sulsel, Kombes Pol Frans Barung Mangera, mengatakan, salah seorang keluarga korban, telah melaporkan panitia pelaksana Studi Club TBM Fakultas Kedokteran UMI Makassar pada Polda Sulsel, atas kasus dugaan pembunuhan dan atau penganiayaan yang menyebabkan meninggalnya Resky.
Asriadi melaporkan panitia pelaksana Studi Club TBM Fakultas Kedokteran UMI Makassar, karena sebelum meninggal, Resky diketahui berangkat untuk mengikuti Study Club TBM Fakultas Kedokteran UMI Makassar di Pegunungan Tombolo, Kecamatan Malino, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, pada Jumat 3 Juni sekira pukul 20.00 Wita.
Tetapi keesokan harinya, pelapor mendapat kabar bahwa korban sudah berada di RS Faisal karena sakit.
Sebelumnya, Resky sempat dibawa ke puskesmas setempat namun langsung dilarikan ke RS Faisal sekitar pukul 08.00 Wita.
Namun, hanya beberapa jam, dia kembali dirujuk ke RSUP Wahidin Sudirohusodo lantaran kondisi kesehatannya makin parah sekitar pukul 11.00 Wita.
"Pada hari Sabtu, 4 Juni 2016 pelapor mendapat informasi jika korban sudah berada di Rumah Sakit Faisal karena tidak sadarkan diri, diduga korban sebelumnya mengalami kejadian penganiayaan," jelas Barung.
Pada tubuh korban, yakni lengan kanan dan kiri, serta kepala bagian belakang terdapat luka memar. Setelah menjalani perawatan selama beberapa hari, Resky pun meninggal. Polisi juga sudah mengantongi screenshot percakapan grup line yang diambil dari ponsel korban.
Sementara, Wakil Dekan III Fakultas Kedokteran, UMI Makassar, Dr Sulhana memastikan bahwa tidak ada tindak kekerasan maupun penganiayaan yang dilakukan oleh panitia terhadap Resky selama mengikuti kegiatan Tanggap Bencana Medis tersebut.
Bahkan, dia mengatakan semua kegiatan sesuai dengan protap yang berlaku. Dia juga menyatakan pihaknya sudah mengetahui kronologi kejadian hingga korban meninggal dunia setelah koma selama beberapa hari. Tetapi dia enggan menjelaskan kronologis yang dimaksud.
Mengenai laporan dari pihak keluarga korban pada polisi, dia menyangkal karena menurutnya pihaknya telah bertemu dengan keluarga korban, dan keluarga korban menerima serta tidak berniat membawa kasus tersebut ke ranah hukum.
"Tadi kami sudah ketemu dengan pihak keluarga, ayahnya malah bilang sama saya jangan dengarkan apa kata media," ucapnya saat Konferensi Pers di Aula Ibnu Sina, Fakultas Kedokteran UMI Makassar, Selasa (7/6/2016).
Dari pemberitaan sebelumnya, diketahui Resky mengalami lebam di lengan kanan dan bagian perut bagian kanan. Hal itu menguatkan dugaan kerabat jika Resky mengalami penganiayaan dari seniornya saat mengikuti pengaderan TBM UMI di Malino.
(sms)