Cara Yusuf Ahsani Menjaga Hafalan Alquran
A
A
A
SLEMAN - Merasa sudah bisa serta lancar dalam membaca maupun menghafal Alquran menjadi satu hal yang perlu dihindari. Jangan sampai sikap tersebut menjadikan seseorang berhenti menggali ilmu.
"Itu yang disarankan dari guru saya. Teruslah mencari ilmu. Semua ilmu dari Alquran pasti ada. Jangan merasa sudah lancar, kemudian berhenti. Karena di atas langit, masih ada langit lagi," kata Yusuf Ahsani, guru MTs Sunan Pandanaran, Ngaglik, Sleman.
Guru mata pelajaran Quran dan Hadits tersebut merupakan salah satu pengajar yang hafiz Alquran dari beberapa yang ada di sana. Lahir 42 tahun silam, pria yang tinggal di Kecamatan Prambanan, Sleman tersebut pada usia 24 sudah menyelesaikan hafalan Alquran.
Dalam menghafal ayat-ayat suci tersebut, tak begitu sulit. Hanya, saat merangkai satu ayat ke ayat yang lain, sampai membentuk 30 juz membutuhkan kesabaran.
"Itu butuh waktu, harus istikamah. Kita mengejar juz awal, tapi juz akhirnya lupa. Untuk memegang yang awal, tengah, akhir, butuh proses yang panjang. Dibaca, diulang, mudharosah dengan teman. Saya dulu butuh waktu lama, karena tidak fokus," katanya.
Selain membutuhkan waktu lama, juga harus ada guru yang jelas, mampu memahami tak hanya dari segi hafalan, tapi juga kaidah atau tafsir yang tersurat maupun tersirat.
"Kiai itu banyak, tapi yang betul-betul kai itu sedikit. Yang tidak sekadar ingin dihormati, tapi juga dalam batiniah selalu mendoakan para santrinya," tuturnya.
Bahkan, ia sendiri yang sudah hafiz Alquran pun sampai saat ini masih rutin untuk terus mengasahnya. Saat di rumah misalnya, dirinya selalu meminta istrinya untuk menyimak. "Meski hanya setengah atau satu juz, tetap untuk berusaha saya pertahankan," ujarnya.
Menurutnya, berkah membaca atau menghafal Alquran sangat banyak. "Sangat banyak, tak perlu menjelaskan. Lihat sendiri di Pondok Pandanaran. Bisa besar karena Alquran," ujarnya.
"Itu yang disarankan dari guru saya. Teruslah mencari ilmu. Semua ilmu dari Alquran pasti ada. Jangan merasa sudah lancar, kemudian berhenti. Karena di atas langit, masih ada langit lagi," kata Yusuf Ahsani, guru MTs Sunan Pandanaran, Ngaglik, Sleman.
Guru mata pelajaran Quran dan Hadits tersebut merupakan salah satu pengajar yang hafiz Alquran dari beberapa yang ada di sana. Lahir 42 tahun silam, pria yang tinggal di Kecamatan Prambanan, Sleman tersebut pada usia 24 sudah menyelesaikan hafalan Alquran.
Dalam menghafal ayat-ayat suci tersebut, tak begitu sulit. Hanya, saat merangkai satu ayat ke ayat yang lain, sampai membentuk 30 juz membutuhkan kesabaran.
"Itu butuh waktu, harus istikamah. Kita mengejar juz awal, tapi juz akhirnya lupa. Untuk memegang yang awal, tengah, akhir, butuh proses yang panjang. Dibaca, diulang, mudharosah dengan teman. Saya dulu butuh waktu lama, karena tidak fokus," katanya.
Selain membutuhkan waktu lama, juga harus ada guru yang jelas, mampu memahami tak hanya dari segi hafalan, tapi juga kaidah atau tafsir yang tersurat maupun tersirat.
"Kiai itu banyak, tapi yang betul-betul kai itu sedikit. Yang tidak sekadar ingin dihormati, tapi juga dalam batiniah selalu mendoakan para santrinya," tuturnya.
Bahkan, ia sendiri yang sudah hafiz Alquran pun sampai saat ini masih rutin untuk terus mengasahnya. Saat di rumah misalnya, dirinya selalu meminta istrinya untuk menyimak. "Meski hanya setengah atau satu juz, tetap untuk berusaha saya pertahankan," ujarnya.
Menurutnya, berkah membaca atau menghafal Alquran sangat banyak. "Sangat banyak, tak perlu menjelaskan. Lihat sendiri di Pondok Pandanaran. Bisa besar karena Alquran," ujarnya.
(zik)