Terobos Perlintasan Tanpa Palang Pintu, Pasutri Tewas Ditabrak KA
A
A
A
DELISERDANG - Menerobos Perlintasan Kereta Api tanpa palang pintu dan tak dijaga petugas di dekat Stasiun KA Aras Kabu, Desa Aras Kabu Kecamatan Beringin, Deliserdang, pasangan suami istri tewas ditabrak Kereta Api (KA), Minggu (29/5/2016).
Akibat kecelakaan ini, Arfan (54) dan istrinya Nining (50) warga Pasar VII Makmur, Tembung, Kecamatan Percut Sei Tuan tewas, sedangkan Nazwa (5) cucu perempuan mereka kritis.
Sebelumnya Arfan dan keluarganya mengikuti pengajian di Pasar Sore, Kecamatan Beringin dan bermaksud pulang ke rumah mereka dengan mengendarai mobil jeep Suzuki Jimmy BK 1723 EP warna kuning. Namun nahas, saat melintas di lokasi Arfan yang tidak menyadari ada Kereta Api Penumpang Sri Bilah tujuan Rantau Parapat-Medan nomor lokomotif CC 2019206 KA dengan masinis Sapri Satriadi melintas.
Tabrakkan pun tidak terelakan, mobil yang dikendarai Arfan terseret hampir 500 meter dari lokasi. Warga sekitar yang melihat kejadian berlarian menuju lokasi mobil terseret. Nining yang ada disebelah Arfan suaminya meninggal dunia di lokasi kejadian.
Sedangkan Arfan dan cucunya Nazwa dilarikan ke RS Patar Asih untuk mendapatkan perawatan. Nyawa Arfan tidak bisa diselamatkan dan akhirnya meninggal dunia, sementara Nazwa kritis dan masih mendapatkan perawatan di IGD RS Patar Asih.
Menurut salah seorang pria yang ditemui di RS Patar Asih yang mengaku keluarga korban Arfan, Nining dan Nazwa mau pulang dari pengajian.
Menurutnya, mereka sudah melarang Arfan jangan pergi dulu. "Mau pulang dari pengajian, sebenarnya sudah dilarang agar jangan pergi dulu," ujarnya.
Pria yang mengenakan jaket hitam ini mengatakan, saat masih pengajian sudah ada tanda-tanda.
"Saat pengajian sudah ada tanda-tanda, tiba-tiba cara bicara mereka tidak seperti biasanya dan tingkah lakunya aneh seperti mau buang tabiat. Cucunya ngajak mau berenang," terangnya.
Sebelum tabrakan mau tersebut terjadi, ternyata warga sekitar sudah meneriaki Arfan akan ada kereta api melintas. Menurut Pairin (50) warga yang menyaksikan kecelakaan tersebut sebelum kejadian warga sudah meneriaki Arfan bahwa ada kereta api yang akan melintas.
Namun Arfan tidak mendengar teriakan warga dan terus melajukan mobilnya hingga akhirnya ditabrak kereta api.
"Sudah diteriki sama warga, lebih dari 30 kali kami teriaki namun tetap melaju hingga akhirnya ditabrak kereta api," jelasnya.
Menurutnya, mobil yang dikendarai oleh korban melaju dengan kecepatan rendah hanya sekira 20 km per jam.
"Kalau kaca mobil tidak ada yang tertutup, kami tidak tau apakah dia mendengar teriakan kami atau tidak. Kecepatan mobilnya hanya sekira 20 km per jam, sopirnya pun terlihat santai," ujar Pairin.
Menurut Pairin, saat tabrakan maut, perlintasan kereta api tanpa palang pintu ini sedang tidak dijaga petugas.
"Biasanya ada petugas yang berjaga. Sudah sering terjadi kecelakaan di perlintasan kereta api tanpa palang pintu ini. Warga sangat mengharapkan agar palang pintu segera dipasang," timpalnya.
Sementara itu, Kabid Perhubungan Darat Dishub Deliserdang MP Sagala membenarkan kecelakaan terjadi di perlintasan kereta api saat tidak dijaga petugas.
"Saat kecelakaan terjadi tidak ada petugas yang berjaga di perlintasan kereta api. Setiap hari ada petugas yang menjaga perlintasan kereta api ini sebenarnya," ujarnya saat ditemui di lokasi kejadian.
Dikatakan MP Sagala, petugas yang seharusnya menjaga perlintasan kereta api ini yakni Jumrik.
Namun saat ditanya apa alasan Jumrik tidak bertugas, dia tidak bersedia menerangkannya. "Seharusnya yang bertugas ini Jumrik, tapi tidak masuk dia. Kenapa belum masuk, belum tahu aku," terangnya.
Meskipun begitu dia akan melaporkan hal ini kepada pimpinannya. "Ini akan dilaporkan ke pimpinan, nomor pak Kadis tidak aktif. Kalau sanksinya akan dicari tahu dulu siapa yang salah. Kalau masalah palang pintu, sudah dibicarakan. Sekarang ini hanya bentuk moral dari Dishub dan pihak kecamatan," tegas Sagala.
Camat Beringin, Khairul Azman Harahap saat ditemui di RS Patar Asih mengatakan pihaknya sudah mengusulkan agar palang pintu di perlintasan kereta api Aras Kabu dipasang namun sampai sekarang tidak dipasang.
"Kita sudah mengusulkan ke Kementerian Perhubungan pusat agar dipasang palang pintu namun belum dipasang," jelasnya.
Menurut Khairul, pihaknya juga sudah melakukan rapat koordinasi dengan Dinas Perhubungan Deliserdang untuk bersama-sama menjaga perlintasan kereta api tanpa palang pintu ini.
"Sudah dilakukan rapat koordinasi dengan Pemkab Deliserdang untuk bersama-sama menjaga perlintasan kereta api tapi hanya bersifat partisipasi. Dishub sudah ada MoU dengan petugas perlintasan kereta api untuk menjaga perlintasan setiap hari. Kalau malam, sejak jam 8 malam sampai jam 8 pagi dijaga masyarakat, gajinya dari partisipasi dan Muspika," tukasnya.
Akibat kecelakaan ini, Arfan (54) dan istrinya Nining (50) warga Pasar VII Makmur, Tembung, Kecamatan Percut Sei Tuan tewas, sedangkan Nazwa (5) cucu perempuan mereka kritis.
Sebelumnya Arfan dan keluarganya mengikuti pengajian di Pasar Sore, Kecamatan Beringin dan bermaksud pulang ke rumah mereka dengan mengendarai mobil jeep Suzuki Jimmy BK 1723 EP warna kuning. Namun nahas, saat melintas di lokasi Arfan yang tidak menyadari ada Kereta Api Penumpang Sri Bilah tujuan Rantau Parapat-Medan nomor lokomotif CC 2019206 KA dengan masinis Sapri Satriadi melintas.
Tabrakkan pun tidak terelakan, mobil yang dikendarai Arfan terseret hampir 500 meter dari lokasi. Warga sekitar yang melihat kejadian berlarian menuju lokasi mobil terseret. Nining yang ada disebelah Arfan suaminya meninggal dunia di lokasi kejadian.
Sedangkan Arfan dan cucunya Nazwa dilarikan ke RS Patar Asih untuk mendapatkan perawatan. Nyawa Arfan tidak bisa diselamatkan dan akhirnya meninggal dunia, sementara Nazwa kritis dan masih mendapatkan perawatan di IGD RS Patar Asih.
Menurut salah seorang pria yang ditemui di RS Patar Asih yang mengaku keluarga korban Arfan, Nining dan Nazwa mau pulang dari pengajian.
Menurutnya, mereka sudah melarang Arfan jangan pergi dulu. "Mau pulang dari pengajian, sebenarnya sudah dilarang agar jangan pergi dulu," ujarnya.
Pria yang mengenakan jaket hitam ini mengatakan, saat masih pengajian sudah ada tanda-tanda.
"Saat pengajian sudah ada tanda-tanda, tiba-tiba cara bicara mereka tidak seperti biasanya dan tingkah lakunya aneh seperti mau buang tabiat. Cucunya ngajak mau berenang," terangnya.
Sebelum tabrakan mau tersebut terjadi, ternyata warga sekitar sudah meneriaki Arfan akan ada kereta api melintas. Menurut Pairin (50) warga yang menyaksikan kecelakaan tersebut sebelum kejadian warga sudah meneriaki Arfan bahwa ada kereta api yang akan melintas.
Namun Arfan tidak mendengar teriakan warga dan terus melajukan mobilnya hingga akhirnya ditabrak kereta api.
"Sudah diteriki sama warga, lebih dari 30 kali kami teriaki namun tetap melaju hingga akhirnya ditabrak kereta api," jelasnya.
Menurutnya, mobil yang dikendarai oleh korban melaju dengan kecepatan rendah hanya sekira 20 km per jam.
"Kalau kaca mobil tidak ada yang tertutup, kami tidak tau apakah dia mendengar teriakan kami atau tidak. Kecepatan mobilnya hanya sekira 20 km per jam, sopirnya pun terlihat santai," ujar Pairin.
Menurut Pairin, saat tabrakan maut, perlintasan kereta api tanpa palang pintu ini sedang tidak dijaga petugas.
"Biasanya ada petugas yang berjaga. Sudah sering terjadi kecelakaan di perlintasan kereta api tanpa palang pintu ini. Warga sangat mengharapkan agar palang pintu segera dipasang," timpalnya.
Sementara itu, Kabid Perhubungan Darat Dishub Deliserdang MP Sagala membenarkan kecelakaan terjadi di perlintasan kereta api saat tidak dijaga petugas.
"Saat kecelakaan terjadi tidak ada petugas yang berjaga di perlintasan kereta api. Setiap hari ada petugas yang menjaga perlintasan kereta api ini sebenarnya," ujarnya saat ditemui di lokasi kejadian.
Dikatakan MP Sagala, petugas yang seharusnya menjaga perlintasan kereta api ini yakni Jumrik.
Namun saat ditanya apa alasan Jumrik tidak bertugas, dia tidak bersedia menerangkannya. "Seharusnya yang bertugas ini Jumrik, tapi tidak masuk dia. Kenapa belum masuk, belum tahu aku," terangnya.
Meskipun begitu dia akan melaporkan hal ini kepada pimpinannya. "Ini akan dilaporkan ke pimpinan, nomor pak Kadis tidak aktif. Kalau sanksinya akan dicari tahu dulu siapa yang salah. Kalau masalah palang pintu, sudah dibicarakan. Sekarang ini hanya bentuk moral dari Dishub dan pihak kecamatan," tegas Sagala.
Camat Beringin, Khairul Azman Harahap saat ditemui di RS Patar Asih mengatakan pihaknya sudah mengusulkan agar palang pintu di perlintasan kereta api Aras Kabu dipasang namun sampai sekarang tidak dipasang.
"Kita sudah mengusulkan ke Kementerian Perhubungan pusat agar dipasang palang pintu namun belum dipasang," jelasnya.
Menurut Khairul, pihaknya juga sudah melakukan rapat koordinasi dengan Dinas Perhubungan Deliserdang untuk bersama-sama menjaga perlintasan kereta api tanpa palang pintu ini.
"Sudah dilakukan rapat koordinasi dengan Pemkab Deliserdang untuk bersama-sama menjaga perlintasan kereta api tapi hanya bersifat partisipasi. Dishub sudah ada MoU dengan petugas perlintasan kereta api untuk menjaga perlintasan setiap hari. Kalau malam, sejak jam 8 malam sampai jam 8 pagi dijaga masyarakat, gajinya dari partisipasi dan Muspika," tukasnya.
(sms)