Maesaroh Tewas di Kamar Kos, sang Suami Meronta-ronta
A
A
A
SEMARANG - Seorang perempuan bernama Maesaroh (29), warga Dusun Kaligalih RT 003/RW 001, Nglaris, Desa Bener, Kabupaten Purworejo, ditemukan tewas di kamar kosnya di Kampung Genuk Krajan, RT 5/RW 3, Kelurahan Tegalsari, Kecamatan Candisari, Kota Semarang, Rabu (25/5/2016).
Tewasnya korban, terkuak sesaat ketika Dwi Slamet Raharjo, seorang pekerja fotokopi di kawasan Jalan Hayam Wuruk Semarang, mendapat cerita dari Aldana Hadi Fransischa (27), warga Jalan LR Rais IIA/5, RT 001/RW 007, Kelurahan Bateng, Kecamatan Klojen, Malang.
Aldana adalah suami korban. Aldana dan sang istri, Maesaroh, tinggal satu kos. "Sekitar jam 10, dia datang ke tempat fotokopi, karena memang bekerja di sana. Terus cerita ke saya, kalau istrinya meninggal dunia," kata Dwi.
Mendengar cerita itu, dia kaget. Karena kasihan, dia bergegas mengikuti Aldana ke kos di Genuk Krajan itu untuk membantu. Informasi ini disampaikan juga kepada pengurus RT setempat, bernama Sunarto (48), yang tinggal di seberang rumah kos korban.
"Setelah dicek, badannya sudah kaku, sudah meninggal. Suaminya terus meronta-ronta seperti orang kesurupan," tambah Sunarto.
Akhirnya, mereka kemudian melaporkan insiden ini ke kepolisian. Petugas Polsek Candisari bersama Unit Olah TKP dan Identifikasi Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim) Polrestabes Semarang mendatangi TKP dan melakukan pemeriksaan.
Kapolsek Candisari Iptu Dhayita Daneswari mengatakan, hasil pemeriksaan sementara tidak ada tanda-tanda kekerasan di tubuh korban. Penyebab kematian korban juga masih diselidiki.
"Informasinya korban sedang hamil. Kami masih cek. Untuk kapan waktu kematiannya, kami masih tunggu hasil dari Inafis (Unit Olah TKP). Sebab, suami korban ini sampai sekarang belum bisa dimintai keterangan," kata Danes di TKP.
Sementara itu, Suhartin (77), pemilik kos, mengatakan korban dan suaminya baru tinggal kos mulai hari Minggu (22/5/2016).
"Pas jam 9, saya sempat ketemu si suaminya (Aldana). Katanya mau belikan bubur buat istrinya. Saya tidak tahu, apakah istrinya sudah meninggal apa masih hidup. Setelah beli bubur, pulang lagi ke sini. Terus keluar lagi. Nah pas kembali, sama temannya itu. Di situ, saya baru tahu kalau istrinya meninggal," kata Suhartin.
Sepengetahuannya, sebut Suhartin, pasangan suami istri (pasutri) itu sebelum kos di tempatnya, sempat tinggal di kawasan Pleburan, Kota Semarang.
Tewasnya korban, terkuak sesaat ketika Dwi Slamet Raharjo, seorang pekerja fotokopi di kawasan Jalan Hayam Wuruk Semarang, mendapat cerita dari Aldana Hadi Fransischa (27), warga Jalan LR Rais IIA/5, RT 001/RW 007, Kelurahan Bateng, Kecamatan Klojen, Malang.
Aldana adalah suami korban. Aldana dan sang istri, Maesaroh, tinggal satu kos. "Sekitar jam 10, dia datang ke tempat fotokopi, karena memang bekerja di sana. Terus cerita ke saya, kalau istrinya meninggal dunia," kata Dwi.
Mendengar cerita itu, dia kaget. Karena kasihan, dia bergegas mengikuti Aldana ke kos di Genuk Krajan itu untuk membantu. Informasi ini disampaikan juga kepada pengurus RT setempat, bernama Sunarto (48), yang tinggal di seberang rumah kos korban.
"Setelah dicek, badannya sudah kaku, sudah meninggal. Suaminya terus meronta-ronta seperti orang kesurupan," tambah Sunarto.
Akhirnya, mereka kemudian melaporkan insiden ini ke kepolisian. Petugas Polsek Candisari bersama Unit Olah TKP dan Identifikasi Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim) Polrestabes Semarang mendatangi TKP dan melakukan pemeriksaan.
Kapolsek Candisari Iptu Dhayita Daneswari mengatakan, hasil pemeriksaan sementara tidak ada tanda-tanda kekerasan di tubuh korban. Penyebab kematian korban juga masih diselidiki.
"Informasinya korban sedang hamil. Kami masih cek. Untuk kapan waktu kematiannya, kami masih tunggu hasil dari Inafis (Unit Olah TKP). Sebab, suami korban ini sampai sekarang belum bisa dimintai keterangan," kata Danes di TKP.
Sementara itu, Suhartin (77), pemilik kos, mengatakan korban dan suaminya baru tinggal kos mulai hari Minggu (22/5/2016).
"Pas jam 9, saya sempat ketemu si suaminya (Aldana). Katanya mau belikan bubur buat istrinya. Saya tidak tahu, apakah istrinya sudah meninggal apa masih hidup. Setelah beli bubur, pulang lagi ke sini. Terus keluar lagi. Nah pas kembali, sama temannya itu. Di situ, saya baru tahu kalau istrinya meninggal," kata Suhartin.
Sepengetahuannya, sebut Suhartin, pasangan suami istri (pasutri) itu sebelum kos di tempatnya, sempat tinggal di kawasan Pleburan, Kota Semarang.
(zik)