Iptu Bety Nugroho, Terinspirasi Sosok Kartini
A
A
A
SEMARANG - Sosok Raden Ajeng Kartini menginspirasi banyak perempuan di Indonesia, termasuk Inspektur Polisi Satu (Iptu) Bety Nugroho.
Polwan Direktorat Lalu Lintas (Dit Lantas) Polda Jawa Tengah itu saat ini menjabat sebagai Paur (Perwira Urusan) Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (Samsat) Semarang I.
Menurut Iptu Bety, Kartini adalah sosok lugu namun sangat maju untuk pemikiran.
"Bagi saya, Kartini punya wibawa tersendiri, perempuan yang simpel tapi cemerlang. Nah sekarang, perempuan itu kompleks banget. Harus bisa apa saja, enggak hanya orang kerja, ibu rumah tangga, tapi perempuan sekarang dari A sampai Z harus semuanya bisa. Itu bukan hanya tuntutan zaman, tapi karena kebutuhan jadi seperti itu. Perlu enggak perlu harus seperti itu," kata Iptu Bety Nugroho.
Iptu Bety kini memimpin anak buahnya yang berjumlah 47 orang. "Anggota saya (di Samsat Semarang I) semuanya 47, yang lima di antaranya perempuan. Sisanya laki-laki," ungkap Iptu Bety yang kini tengah menempuh pendidikan Magister Hukum di Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang ini.
Sejak memimpin di sana, tepatnya September 2015, Iptu Bety cepat berbenah. Anak buahnya yang polwan-polwan, dia tempatkan di pelayanan paling depan. Istilahnya sebagai pemandu pelayanan samsat.
"Jadi mungkin jika ada difabel yang datang, orang tua, ibu hamil, langsung dilayani, diarahkan. Sengaja saya tempatkan perempuan, karena mereka lebih bekerja dengan hati," lanjutnya.
Hal itu, kata dia, diharapkan bisa membantu pelayanan wajib pajak. Selain itu, kata dia, tiap hari melihat sendiri wajib pajak yang notabene adalah ibu-ibu rumah tangga, semakin banyak. Mereka kerap datang membawa anak-anaknya untuk membayar pajak.
"Bagi ibu rumah tangga datang sendiri untuk bayar pajak, enggak gampang loh. Karena yang saya lihat, mereka itu ibu-ibu rumah tangga banget, datang bawa anak-anaknya. Bukan orang kantoran. Jadi pelayanan, pemandu, sangat penting di sini," beber polwan kelahiran Kendal, 11 Juli 1974 itu.
Soal ketegasan memimpin, Iptu Bety tentu menerapkannya. Dia sengaja memerintahkan memasang nama lengkap, NRP lengkap dengan nomor teleponnya. Tujuannya, agar warga bisa segera melapor jika ada anggotanya yang bekerja tidak optimal dalam pelayanan.
"Kalau ada laporan pelanggaran, yang pertama lakukan saya panggil bersangkutan. Ajak bicara face to face. Intinya diselesaikan kekeluargaan, namun tentu saja tetap ada sanksi jika ada pelanggaran," kata ibu tiga anak ini.
Terkait peringatan Hari Kartini, Kamis (21/4/2016) ini, Bety mengaku punya cara tersendiri. Hari ini, semua petugas akan mengenakan baju adat. Mereka juga memberikan souvenir bagi warga yang bayar pajak pada hari ini.
Polwan Direktorat Lalu Lintas (Dit Lantas) Polda Jawa Tengah itu saat ini menjabat sebagai Paur (Perwira Urusan) Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (Samsat) Semarang I.
Menurut Iptu Bety, Kartini adalah sosok lugu namun sangat maju untuk pemikiran.
"Bagi saya, Kartini punya wibawa tersendiri, perempuan yang simpel tapi cemerlang. Nah sekarang, perempuan itu kompleks banget. Harus bisa apa saja, enggak hanya orang kerja, ibu rumah tangga, tapi perempuan sekarang dari A sampai Z harus semuanya bisa. Itu bukan hanya tuntutan zaman, tapi karena kebutuhan jadi seperti itu. Perlu enggak perlu harus seperti itu," kata Iptu Bety Nugroho.
Iptu Bety kini memimpin anak buahnya yang berjumlah 47 orang. "Anggota saya (di Samsat Semarang I) semuanya 47, yang lima di antaranya perempuan. Sisanya laki-laki," ungkap Iptu Bety yang kini tengah menempuh pendidikan Magister Hukum di Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang ini.
Sejak memimpin di sana, tepatnya September 2015, Iptu Bety cepat berbenah. Anak buahnya yang polwan-polwan, dia tempatkan di pelayanan paling depan. Istilahnya sebagai pemandu pelayanan samsat.
"Jadi mungkin jika ada difabel yang datang, orang tua, ibu hamil, langsung dilayani, diarahkan. Sengaja saya tempatkan perempuan, karena mereka lebih bekerja dengan hati," lanjutnya.
Hal itu, kata dia, diharapkan bisa membantu pelayanan wajib pajak. Selain itu, kata dia, tiap hari melihat sendiri wajib pajak yang notabene adalah ibu-ibu rumah tangga, semakin banyak. Mereka kerap datang membawa anak-anaknya untuk membayar pajak.
"Bagi ibu rumah tangga datang sendiri untuk bayar pajak, enggak gampang loh. Karena yang saya lihat, mereka itu ibu-ibu rumah tangga banget, datang bawa anak-anaknya. Bukan orang kantoran. Jadi pelayanan, pemandu, sangat penting di sini," beber polwan kelahiran Kendal, 11 Juli 1974 itu.
Soal ketegasan memimpin, Iptu Bety tentu menerapkannya. Dia sengaja memerintahkan memasang nama lengkap, NRP lengkap dengan nomor teleponnya. Tujuannya, agar warga bisa segera melapor jika ada anggotanya yang bekerja tidak optimal dalam pelayanan.
"Kalau ada laporan pelanggaran, yang pertama lakukan saya panggil bersangkutan. Ajak bicara face to face. Intinya diselesaikan kekeluargaan, namun tentu saja tetap ada sanksi jika ada pelanggaran," kata ibu tiga anak ini.
Terkait peringatan Hari Kartini, Kamis (21/4/2016) ini, Bety mengaku punya cara tersendiri. Hari ini, semua petugas akan mengenakan baju adat. Mereka juga memberikan souvenir bagi warga yang bayar pajak pada hari ini.
(zik)