Kisah Sedih Ti, Wanita yang Dipaksa Layani Pria Hidung Belang
A
A
A
BATAM - Ti (19) mendatangi Polresta Barelang pada Rabu (20/4/2016) siang. Sebab, ia telah menjadi korban perdagangan manusia sejak tiga bulan belakangan dan dilacurkan di lokalisasi Hyundai Tanjung Uncang.
Dengan wajah sedih, Ti mendatangi Polresta Barelang didampingi sejumlah pengurus Ikatan Keluarga Besar Sumatera Selatan (IKBSS). Di dalam kantor Sentral Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT), Ti membeberkan kronologi kejadian dari awal hingga ia bisa menemui pengurus IKBSS.
Kata Ti, pada tanggal 5 Februari lalu ia diajak oleh salah seorang temannya berinisal Rh untuk bekerja di salah satu rumah makan di Lampung dengan upah Rp100 ribu per hari. Karena ia hidup ditengah keluarga yang serba kekurangan, ia menerima tawaran pekerjaan itu.
"Sebelum berangkat saya minta izin sama orangtua, karena yang mengajak kenal makanya saya diberi izin," ujarnya.
Setelah berangkat dari kampung halamannya yang berada di Muara 2 Oku Selatan, ia mengaku curiga. Sebab, mobil yang ia tumpangi bersama Rh bukan menuju Lampung, tetapi menuju bandara. Dalam perjalanan itu, ia baru diberitahu kalau akan ke Batam, bukan ke Lampung.
"Sopir mobil itu juga sempat bilang agar saya tidak ke Batam, karena bisa saja saya akan dijual di Batam," kenangnya.
Karena butuh uang, ia akhirnya tiba di Batam. Sampai di Batam, ia langsung dibawa ke tempat lokalisasi, bukan rumah makan yang telah dijanjikan oleh Rh.
Malam itu juga, ia dipaksa untuk melayani pria hidung belang. "Baru sehari saya di Batam, keperawanan saya hilang karena dipaksa melayani pria di sana," akunya.
Hampir sebulan berada di lokalisasi itu, sambungnya, ia akhirnya ditebus oleh pria berinisial An (42) sebanyak Rp4 juta dan akhirnya ia tinggal satu rumah dengan An.
Tak sampai satu bulan, ia merasa risih dan tak tahan tinggal dengan An. "Saya tak tahan, karena saya sering dimarahi dan juga sering dicekik kalau tak mau melayani nafsunya," ujarnya.
Merasa tak nyaman tinggal bersama An, ia akhirnya melarikan diri saat An bermain futsal dan ia menumpang di salah satu temannya, Zl, di sekitar Perumahan Perumnas Baru. Karena ingin pulang ke kampung halamannya dan tak mempunyai identitas, akhirnya ia mendatangi perangkat RT setempat.
"Di rumah RT itulah saya ceritakan semua masalah saya, akhirnya dengan RT saya dijumpai dengan pengurus IKBSS," katanya.
Kepada pengurus IKBSS, Ti meminta bantuan agar dipulangkan ke kampung halamannya dan ia juga ingin masalah ini dilaporkan ke polisi.
"Karena saya tak punya saudara di Batam, makanya kepada pengurus IKBSS saya meminta bantuan menyelesaikan masalah ini," katanya.
Ketua IKBSS Sagulung Abdul Rahman yang mendampingi korban membuat laporan ke Polresta Barelang, mengatakan, permasalahan ini ia ketahui berkat laporan anggotanya di lapangan. "Informasi yang saya dapat, ada orang Palembang yang mau diperjualbelikan," ujarnya.
Mendengar informasi itu, sambungnya, ia berkoordinasi dengan Ketua IKBSS Nika Astaga dan akhirnya memastikan informasi itu serta menanyakan langsung kepada Ti agar tidak salah mengambil langkah.
"Setelah terbukti kalau Ti pernah kabur dari lokalisasi ini, baru kami membuat laporan polisi," katanya.
Kepada polisi ia berharap agar memberantas dan menangkap semua yang terlibat perdagangan manusia ini, termasuk yang menyimpan korban. "Kita ingin semua yang terlibat ditangkap," katanya.
Kasat Reskrim Polresta Barelang Kompol Memo Ardian membenarkan laporan tersebut dan akan mengerahkan anggotanya untuk menangkap jaringan ini.
Dengan wajah sedih, Ti mendatangi Polresta Barelang didampingi sejumlah pengurus Ikatan Keluarga Besar Sumatera Selatan (IKBSS). Di dalam kantor Sentral Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT), Ti membeberkan kronologi kejadian dari awal hingga ia bisa menemui pengurus IKBSS.
Kata Ti, pada tanggal 5 Februari lalu ia diajak oleh salah seorang temannya berinisal Rh untuk bekerja di salah satu rumah makan di Lampung dengan upah Rp100 ribu per hari. Karena ia hidup ditengah keluarga yang serba kekurangan, ia menerima tawaran pekerjaan itu.
"Sebelum berangkat saya minta izin sama orangtua, karena yang mengajak kenal makanya saya diberi izin," ujarnya.
Setelah berangkat dari kampung halamannya yang berada di Muara 2 Oku Selatan, ia mengaku curiga. Sebab, mobil yang ia tumpangi bersama Rh bukan menuju Lampung, tetapi menuju bandara. Dalam perjalanan itu, ia baru diberitahu kalau akan ke Batam, bukan ke Lampung.
"Sopir mobil itu juga sempat bilang agar saya tidak ke Batam, karena bisa saja saya akan dijual di Batam," kenangnya.
Karena butuh uang, ia akhirnya tiba di Batam. Sampai di Batam, ia langsung dibawa ke tempat lokalisasi, bukan rumah makan yang telah dijanjikan oleh Rh.
Malam itu juga, ia dipaksa untuk melayani pria hidung belang. "Baru sehari saya di Batam, keperawanan saya hilang karena dipaksa melayani pria di sana," akunya.
Hampir sebulan berada di lokalisasi itu, sambungnya, ia akhirnya ditebus oleh pria berinisial An (42) sebanyak Rp4 juta dan akhirnya ia tinggal satu rumah dengan An.
Tak sampai satu bulan, ia merasa risih dan tak tahan tinggal dengan An. "Saya tak tahan, karena saya sering dimarahi dan juga sering dicekik kalau tak mau melayani nafsunya," ujarnya.
Merasa tak nyaman tinggal bersama An, ia akhirnya melarikan diri saat An bermain futsal dan ia menumpang di salah satu temannya, Zl, di sekitar Perumahan Perumnas Baru. Karena ingin pulang ke kampung halamannya dan tak mempunyai identitas, akhirnya ia mendatangi perangkat RT setempat.
"Di rumah RT itulah saya ceritakan semua masalah saya, akhirnya dengan RT saya dijumpai dengan pengurus IKBSS," katanya.
Kepada pengurus IKBSS, Ti meminta bantuan agar dipulangkan ke kampung halamannya dan ia juga ingin masalah ini dilaporkan ke polisi.
"Karena saya tak punya saudara di Batam, makanya kepada pengurus IKBSS saya meminta bantuan menyelesaikan masalah ini," katanya.
Ketua IKBSS Sagulung Abdul Rahman yang mendampingi korban membuat laporan ke Polresta Barelang, mengatakan, permasalahan ini ia ketahui berkat laporan anggotanya di lapangan. "Informasi yang saya dapat, ada orang Palembang yang mau diperjualbelikan," ujarnya.
Mendengar informasi itu, sambungnya, ia berkoordinasi dengan Ketua IKBSS Nika Astaga dan akhirnya memastikan informasi itu serta menanyakan langsung kepada Ti agar tidak salah mengambil langkah.
"Setelah terbukti kalau Ti pernah kabur dari lokalisasi ini, baru kami membuat laporan polisi," katanya.
Kepada polisi ia berharap agar memberantas dan menangkap semua yang terlibat perdagangan manusia ini, termasuk yang menyimpan korban. "Kita ingin semua yang terlibat ditangkap," katanya.
Kasat Reskrim Polresta Barelang Kompol Memo Ardian membenarkan laporan tersebut dan akan mengerahkan anggotanya untuk menangkap jaringan ini.
(zik)