Mereka Berlomba Menciptakan Aplikasi untuk Pelayanan Publik
A
A
A
MALANG - Aqidatul Izza, Alfiatul Azizah, dan Elliana Dwi begitu fokus menghadap ke masing-masing laptop mereka. Mengenakan kaos oranye bertuliskan Haekathon Ngalam 2016, mereka tampak serius mengotak-atik bahasa program, yang tidak banyak diketahui orang awam.
Tiga remaja putri tersebut masih berstatus sebagai pelajar kelas dua di SMK Negeri 1 Kepanjen, Kabupaten Malang. Tetapi tangan-tangan mereka sudah begitu cekatan membuat bahasa program di komputer jinjingnya.
Mereka begitu bersemangat merancang program aplikasi tentang transportasi publik, yang ramah bagi penumpang maupun para pengemudi angkutan umum. Program aplikasi tersebut sengaja mereka buat untuk mengikuti kompetisi Haekathon Ngalam 2016.
Kompetisi aplikasi ini menjadi pembuka ajang Indonesia Creative Cities Conference (ICCC) 2016 Kota Malang. Lomba ini digelar di Digital Innovation Lounge (Dilo) Malang, yang berada di kantor PT Telkom Malang, Jalan Basuki Rachmad.
Aqidatul Izza, yang akrab disapa Izza, mengaku, timnya mengikuti kompetisi tersebut dengan nama Kodesoft Kanesa. ”Kami semangat mengikuti kompetisi ini karena menjadi ajang pembelajaran bagi kami,” ujarnya.
Kebetulan ketiga remaja putri tersebut dari jurusan sama yakni Rekayasa Perangkat Lunak. Saat ini mereka sedang mengikuti praktik kerja lapangan dan mencoba mengimplementasikan hasil belajarnya dengan membuat aplikasi layanan transportasi publik.
Aplikasi layanan transportasi publik yang ditawarkan ketiga remaja putri ini adalah bagaimana calon penumpang angkutan umum bisa mengetahui posisi angkutan umum yang akan digunakannya menuju daerah tujuan.
Elliana Dwi menjelaskan, selama ini calon penumpang tidak pernah tahu posisi angkutan umum yang akan dinaikinya. Termasuk waktu kedatangan angkutan umum di titik calon penumpang menunggu. ”Melalui aplikasi ini, penumpang bisa mengetahui posisi angkutan umum yang akan dinaikinya sehingga tidak sampai ketinggalan angkutan,” tuturnya.
Manfaat yang sama juga dirasakan pengemudi angkutan umum. Mereka tidak perlu lagi harus kebut-kebutan demi mengejar penumpang. Dengan aplikasi ini yang dipasang di angkutan umum, mereka sudah bisa mengetahui posisi calon penumpangnya.
Koordinator Haekathon Ngalam 2016 M Ziaelfikar Albaba menuturkan, kompetisi ini dilaksanakan selama 24 jam penuh. ”Para peserta akan menyelesaikan pembuatan aplikasinya, lalu langsung diujikan di depan juri,” terangnya.
Ada tiga tema besar yang diangkat dalam kompetisi ini yakni aplikasi layanan transportasi publik, aplikasi untuk pengelolaan sampah, dan aplikasi untuk pasar tradisional. Kegiatan ini merupakan yang pertama kali digelar di Kota Malang.
Ziaelfikar menjelaskan, kompetisi semacam ini sangat dibutuhkan bagi para programmer atau pembuat aplikasi yang baru mulai memasuki dunia kreatif tersebut. ”Kompetisi semacam ini akan menjadi ajang untuk mengasah kemampuan mereka agar lebih kreatif dan memiliki daya saing,” ungkapnya.
Menurutnya, industri kreatif di bidang aplikasi sudah banyak berkembang di Kota Malang dan berbagai kota di Indonesia. Bahkan mereka mengembangkannya hingga ke luar negeri. ”Industri kreatif ini sudah bisa menghidupi para pelakunya,” tandasnya.
Tiga remaja putri tersebut masih berstatus sebagai pelajar kelas dua di SMK Negeri 1 Kepanjen, Kabupaten Malang. Tetapi tangan-tangan mereka sudah begitu cekatan membuat bahasa program di komputer jinjingnya.
Mereka begitu bersemangat merancang program aplikasi tentang transportasi publik, yang ramah bagi penumpang maupun para pengemudi angkutan umum. Program aplikasi tersebut sengaja mereka buat untuk mengikuti kompetisi Haekathon Ngalam 2016.
Kompetisi aplikasi ini menjadi pembuka ajang Indonesia Creative Cities Conference (ICCC) 2016 Kota Malang. Lomba ini digelar di Digital Innovation Lounge (Dilo) Malang, yang berada di kantor PT Telkom Malang, Jalan Basuki Rachmad.
Aqidatul Izza, yang akrab disapa Izza, mengaku, timnya mengikuti kompetisi tersebut dengan nama Kodesoft Kanesa. ”Kami semangat mengikuti kompetisi ini karena menjadi ajang pembelajaran bagi kami,” ujarnya.
Kebetulan ketiga remaja putri tersebut dari jurusan sama yakni Rekayasa Perangkat Lunak. Saat ini mereka sedang mengikuti praktik kerja lapangan dan mencoba mengimplementasikan hasil belajarnya dengan membuat aplikasi layanan transportasi publik.
Aplikasi layanan transportasi publik yang ditawarkan ketiga remaja putri ini adalah bagaimana calon penumpang angkutan umum bisa mengetahui posisi angkutan umum yang akan digunakannya menuju daerah tujuan.
Elliana Dwi menjelaskan, selama ini calon penumpang tidak pernah tahu posisi angkutan umum yang akan dinaikinya. Termasuk waktu kedatangan angkutan umum di titik calon penumpang menunggu. ”Melalui aplikasi ini, penumpang bisa mengetahui posisi angkutan umum yang akan dinaikinya sehingga tidak sampai ketinggalan angkutan,” tuturnya.
Manfaat yang sama juga dirasakan pengemudi angkutan umum. Mereka tidak perlu lagi harus kebut-kebutan demi mengejar penumpang. Dengan aplikasi ini yang dipasang di angkutan umum, mereka sudah bisa mengetahui posisi calon penumpangnya.
Koordinator Haekathon Ngalam 2016 M Ziaelfikar Albaba menuturkan, kompetisi ini dilaksanakan selama 24 jam penuh. ”Para peserta akan menyelesaikan pembuatan aplikasinya, lalu langsung diujikan di depan juri,” terangnya.
Ada tiga tema besar yang diangkat dalam kompetisi ini yakni aplikasi layanan transportasi publik, aplikasi untuk pengelolaan sampah, dan aplikasi untuk pasar tradisional. Kegiatan ini merupakan yang pertama kali digelar di Kota Malang.
Ziaelfikar menjelaskan, kompetisi semacam ini sangat dibutuhkan bagi para programmer atau pembuat aplikasi yang baru mulai memasuki dunia kreatif tersebut. ”Kompetisi semacam ini akan menjadi ajang untuk mengasah kemampuan mereka agar lebih kreatif dan memiliki daya saing,” ungkapnya.
Menurutnya, industri kreatif di bidang aplikasi sudah banyak berkembang di Kota Malang dan berbagai kota di Indonesia. Bahkan mereka mengembangkannya hingga ke luar negeri. ”Industri kreatif ini sudah bisa menghidupi para pelakunya,” tandasnya.
(poe)