Polisi Tegaskan Ardi Suwito Bunuh Diri
A
A
A
MAGELANG - Polres Tegal menegaskan bahwa Ardi Suwito (25), warga Karet RT 05 RW 03, Desa Bulurejo, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, di Mapolsek Mertoyudan, benar bunuh diri.
Kapolres Magelang AKBP Zain Dwi Nugroho mengatakan, guna mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, personelnya masih diterjunkan di Polsek Mertoyudan. Personel yang diterjunkan sebanyak 80 personel.
"Kami masih melakukan penyelidikan untuk mengetahui kronologinya. Secara internal, apakah ada kelengahan yang dilakukan anggota. Kalau nanti ditemukan adanya unsur kelengahan, akan kami tindak sesuai dengan aturan yang berlaku," kata Zain di Mapolres Magelang, Rabu (23/3/2016).
Menurut Zain, dalam kasus ini tidak ada yang ditutup-tutupi, termasuk lokasi kejadian di Polsek Mertoyudan. Pihaknya kembali menegaskan, Ardi Suwito murni bunuh diri.
"Yang bersangkutan ini diperiksa sebagai saksi. Keluarganya telah menerimanya," tegasnya.
Terpisah, paman korban Ardi Suwito, Dedek Ragil Saputro (47), mengatakan, belum menerima dengan kejadian yang menimpanya Suwito. Keluarga telah menggandeng Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Universitas Muhammadiyah Magelang, untuk mendampingi kejadian tersebut.
"Kami memang tidak memiliki uang, untuk itu kami menggandeng LBH UMM," kata Dedek.
Adik Ardi Suwito, Fajar Sodik (23), yang sebelum kejadian bunuh diri sempat menunggui Ardi di Mapolsek Mertoyudan mengaku kakaknya selama menjalani pemeriksaan tidak diberi makan. Atas kejadian yang menimpa kakaknya, ia belum seikhlasnya menerima.
Menurutnya, sebelum kejadian, kakaknya seperti mengalami kekerasan verbal berupa kata-kata yang dilakukan penyidik.
"Sebelum kejadian saya memang bermaksud membeli materai. Karena tidak membawa uang, pulang minta uang kakak saya. Tapi setelah kembali ke Polsek Mertoyudan sudah banyak polisi dan meminta saya tenang," ujar Fajar.
Tak lama kemudian, Fajar diberitahu kejadiannya dan kakaknya hanya mengalami luka tergores di perutnya. Spontan dia terus meluncur ke RSUD Tidar Kota Magelang dan mendapati kakaknya di UDG dengan keadaan usus terurai.
"Polisi yang sempat memeriksa kakak saya menghampiri dan meminta maaf," katanya.
Diberitakan sebelumnya, Ardi Suwito bunuh diri seusai diperiksa sebagai saksi perkara penganiayaan dan keributan di Mapolsek Mertoyudan.
Diduga, aksi bunuh diri tersebut dilakukan pria yang kesehariannya bekerja sebagai buruh pembuat cendol tersebut, karena merasa tertekan setelah diperiksa sebagai saksi kasus perusakan dan penganiayaan.
Sebelumnya, pada Minggu (20/3/2016) dini hari terjadi keributan antara warga Dusun Karet dengan Dusun Nepak, Desa Bulurejo, Kecamatan Mertoyudan, yang masih tetangga dusun di depan salah satu minimarket di kawasan Karet.
Salah satu warga Karet yang tidak terima dengan kejadian tersebut, kemudian pulang menuju kampungnya. Dia mengaku dipukul salah satu warga Dusun Nepak. Kemudian, Munadi alias Gupolo, warga Karet, mendatangi tetangga dusunnya.
Ketika mendatangi Dusun Nepak tersebut, Gupolo membawa senjata tajam. Selain itu, dia diduga merusak warung dan memecah kaca warga. Bahkan, sajam yang dibawanya sempat melukai tangan kiri warga Nepak, Sonhaji.
Nah saat itu, diduga Ardi Suwito (25), warga Dusun Karet dengan meminjam sepeda motor Yamaha Jupiter milik tetangganya bermaksud menuju Nepak. Namun, karena telah banyak orang, Suwito memilih balik kanan. Nahas, sepeda motornya tak berhasil dihidupkan, sehingga kemudian lari.
Warga yang telanjur emosi kemudian membakar sepeda motor yang dipakai Suwito tersebut. Pascakejadian tersebut, langsung dilakukan pertemuan dan Suwito dijemput ketua RW.
Kasusnya kemudian ditangani Polsek Metro Mertoyudan, hingga akhirnya Suwito menjalani pemeriksaan dari Minggu siang hingga Senin (21/3/2016) siang.
Ardi Suwito melakukan aksi bunuh diri seusai diperiksa di Mapolsek Metro Mertoyudan. Dia menusuk perutnya dengan pecahan botol hingga ususnya terurai.
Dia langsung dilarikan menuju RSUD Tidar Kota Magelang untuk mendapatkan perawatan, namun nyawanya tak tertolong, Selasa (22/3/2016) dini hari.
Kapolres Magelang AKBP Zain Dwi Nugroho mengatakan, guna mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, personelnya masih diterjunkan di Polsek Mertoyudan. Personel yang diterjunkan sebanyak 80 personel.
"Kami masih melakukan penyelidikan untuk mengetahui kronologinya. Secara internal, apakah ada kelengahan yang dilakukan anggota. Kalau nanti ditemukan adanya unsur kelengahan, akan kami tindak sesuai dengan aturan yang berlaku," kata Zain di Mapolres Magelang, Rabu (23/3/2016).
Menurut Zain, dalam kasus ini tidak ada yang ditutup-tutupi, termasuk lokasi kejadian di Polsek Mertoyudan. Pihaknya kembali menegaskan, Ardi Suwito murni bunuh diri.
"Yang bersangkutan ini diperiksa sebagai saksi. Keluarganya telah menerimanya," tegasnya.
Terpisah, paman korban Ardi Suwito, Dedek Ragil Saputro (47), mengatakan, belum menerima dengan kejadian yang menimpanya Suwito. Keluarga telah menggandeng Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Universitas Muhammadiyah Magelang, untuk mendampingi kejadian tersebut.
"Kami memang tidak memiliki uang, untuk itu kami menggandeng LBH UMM," kata Dedek.
Adik Ardi Suwito, Fajar Sodik (23), yang sebelum kejadian bunuh diri sempat menunggui Ardi di Mapolsek Mertoyudan mengaku kakaknya selama menjalani pemeriksaan tidak diberi makan. Atas kejadian yang menimpa kakaknya, ia belum seikhlasnya menerima.
Menurutnya, sebelum kejadian, kakaknya seperti mengalami kekerasan verbal berupa kata-kata yang dilakukan penyidik.
"Sebelum kejadian saya memang bermaksud membeli materai. Karena tidak membawa uang, pulang minta uang kakak saya. Tapi setelah kembali ke Polsek Mertoyudan sudah banyak polisi dan meminta saya tenang," ujar Fajar.
Tak lama kemudian, Fajar diberitahu kejadiannya dan kakaknya hanya mengalami luka tergores di perutnya. Spontan dia terus meluncur ke RSUD Tidar Kota Magelang dan mendapati kakaknya di UDG dengan keadaan usus terurai.
"Polisi yang sempat memeriksa kakak saya menghampiri dan meminta maaf," katanya.
Diberitakan sebelumnya, Ardi Suwito bunuh diri seusai diperiksa sebagai saksi perkara penganiayaan dan keributan di Mapolsek Mertoyudan.
Diduga, aksi bunuh diri tersebut dilakukan pria yang kesehariannya bekerja sebagai buruh pembuat cendol tersebut, karena merasa tertekan setelah diperiksa sebagai saksi kasus perusakan dan penganiayaan.
Sebelumnya, pada Minggu (20/3/2016) dini hari terjadi keributan antara warga Dusun Karet dengan Dusun Nepak, Desa Bulurejo, Kecamatan Mertoyudan, yang masih tetangga dusun di depan salah satu minimarket di kawasan Karet.
Salah satu warga Karet yang tidak terima dengan kejadian tersebut, kemudian pulang menuju kampungnya. Dia mengaku dipukul salah satu warga Dusun Nepak. Kemudian, Munadi alias Gupolo, warga Karet, mendatangi tetangga dusunnya.
Ketika mendatangi Dusun Nepak tersebut, Gupolo membawa senjata tajam. Selain itu, dia diduga merusak warung dan memecah kaca warga. Bahkan, sajam yang dibawanya sempat melukai tangan kiri warga Nepak, Sonhaji.
Nah saat itu, diduga Ardi Suwito (25), warga Dusun Karet dengan meminjam sepeda motor Yamaha Jupiter milik tetangganya bermaksud menuju Nepak. Namun, karena telah banyak orang, Suwito memilih balik kanan. Nahas, sepeda motornya tak berhasil dihidupkan, sehingga kemudian lari.
Warga yang telanjur emosi kemudian membakar sepeda motor yang dipakai Suwito tersebut. Pascakejadian tersebut, langsung dilakukan pertemuan dan Suwito dijemput ketua RW.
Kasusnya kemudian ditangani Polsek Metro Mertoyudan, hingga akhirnya Suwito menjalani pemeriksaan dari Minggu siang hingga Senin (21/3/2016) siang.
Ardi Suwito melakukan aksi bunuh diri seusai diperiksa di Mapolsek Metro Mertoyudan. Dia menusuk perutnya dengan pecahan botol hingga ususnya terurai.
Dia langsung dilarikan menuju RSUD Tidar Kota Magelang untuk mendapatkan perawatan, namun nyawanya tak tertolong, Selasa (22/3/2016) dini hari.
(zik)