Nenek di Sukabumi Tinggal di Kandang Domba, Bupati Dimana?

Senin, 21 Maret 2016 - 10:35 WIB
Nenek di Sukabumi Tinggal di Kandang Domba, Bupati Dimana?
Nenek di Sukabumi Tinggal di Kandang Domba, Bupati Dimana?
A A A
SUKABUMI - Mak Ikah (70), warga Kampung Legoknyenang, Desa Cikujang, Kecamatan Gunungguruh, Kabupaten Sukabumi terpaksa harus tinggal di bekas kandang domba sejak dua tahun terakhir.

Berdasarkan pantauan, Mak Ikah tinggal di bekas kandang domba berukuran 3X4 meter bersama dua cucunya. Semua bangunannya hanya berdindingkan bilik bambu yang sudah rapuh. Bahkan lantainya pun hanya beralas tanah.

Nenek renta itu mengatakan, dirinya terpaksa tinggal di bekas kandang domba lantaran rumahnya sudah diisi oleh anaknya.

"Saya tidak enak kalau tinggal bersama anak menantu, makanya saya lebih baik tinggal di bekas kandang domba. Meskipun seadanya tapi lebih nyaman," ujarnya kepada Sindonews, Senin (21/3/2016).

Menurut Mak Ikah, setiap tidur dirinya harus berdesakan dengan cucunya. Sedangkan suaminya yang terkena stroke terpaksa tinggal di sebelah kandang domba. "Suami saya sudah tidak bisa bekerja lantaran terkena stroke," ucapnya.

Dalam sehari-hari kata Mak Ikah, dirinya bekerja serabutan. Seperti halnya membersihkan rumput di kebun. Itupun kata Mak Ikah apabila ada orang yang menyuruhnya. "Kalau tidak, ya, hanya mengandalkan pemberian dari tetangga dan anak-anak," sebutnya.

Anak Mak Ikah, Aho (45) mengatakan dirinya tidak bisa membantu kondisi ibunya saat ini. Pasalnya, penghasilan Aho saat ini hanya cukup untuk memenuhi keluarga kecilnya.

"Saya sebetulnya sedih melihat kondisi ibu. Tapi saya juga bingung karena saya hanya tukang kuli mebeul yang pendapatannya tidak menentu. Ya kalau ada rezeki lebih baru saya bisa ngasih. Apalagi kalau sekarang jadi tukang mebeul sedang lesu," bebernya.

Aho menambahkan, dia bersama warga lainnya sudah berusaha mengajukan bantuan ke pihak desa. Bahkan, perwakilan yang mengaku dari pihak desa pernah mengecek ke lokasi ibunya sekitar enam bulan lalu.

Waktu itu, orang yang mengaku pihak desa itu malah meminta uang administrasi sebesar Rp250 ribu.

"Ya waktu itu saya maksain lah membayarnya. Kata orang itu untuk keperluan administrasi seperti foto kopi KTP, kartu keluarga, dan persyaratan lainnya. Tapi sampai sekarang tidak ada kabarnya lagi," pungkasnya.
(nag)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4986 seconds (0.1#10.140)