Gelar Patroli Keliling, Terjunkan Pasukan Gajah

Selasa, 15 Maret 2016 - 06:04 WIB
Gelar Patroli Keliling, Terjunkan Pasukan Gajah
Gelar Patroli Keliling, Terjunkan Pasukan Gajah
A A A
PEKANBARU - Jika di sebagian wilayah di Indonesia saat ini masih sering diguyur hujan bahkan terjadi banjir, tidak demikian di wilayah Provinsi Riau. Saat ini di Riau sudah memasuki musim kemarau. Salah satu ancaman besar yang kerap menghantui warga yaitu terjadinya kebakaran hutan gambut.

Dalam beberapa hari terakhir, terjadi beberapa kali kebakaran hutan. Bahkan, sejak 7 Maret lalu, Pemerintah Provinsi Riau telah menetapkan status Siaga Darurat Kebakaran Lahan dan Hutan.

Kamis 10 Maret lalu, di tengah hamparan lahan gambut di Desa Rimbo Panjang, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar, panas matahari terasa sangat menyengat. Jika umumnya di kawasan hutan semilir angin terasa sejuk, tidak demikian di wilayah hutan desa tersebut.

Sinar matahari terasa cukup panas. Maklum, pepohonan sudah langka akibat maraknya penebangan.

Kini, lahan gambut berganti menjadi perkebunan nanas ataupun kepala sawit. Sekelompok petani terlihat sedang beristirahat di tengah pekebunan nanas.

Di antara mereka ada yang tengah asyik menghisap rokok. Sebagian di antaranya ada yang menikmati buah nanas segar yang baru saja dipetik langsung dari pohon.

Saat tengah asyik beristirahat, rombongan tim Manggala Agni Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BBKSDA KLKH) datang.

”Bapak, tolong dimatikan rokoknya. Ini bahaya sekali kalau kita merokok di tengah lahan gambut kemudian putung rokoknya dibuang sembarangan, bisa memicu kebakaran,” tutur Roni Rodesa, anggota Manggala Agni BBKSDA KLKH Pekanbaru.

Perintah Roni pun langsung dituruti para petani. ”Kita harus bersama-sama mencegah terjadinya kebakaran hutan ini. Tahun lalu, Riau dikenal di dunia akibat kabut asap. Kita tidak ingin hal ini terjadi lagi. Karena itu, mari kita jaga bersama-sama hutan ini agar tidak terjadi lagi kebakaran hutan,” kata Roni.

Seperti diketahui, selama musim kemarau tahun lalu, kebakaran hutan hebat terjadi di sejumlah wilayah di Riau.

Akibatnya, kabut asap menyelimuti hampir seluruh wilayah Riau, bahkan menyebar hingga ke negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia.

Kabut asap bahkan menyedot perhatian dunia internasional dan membuat pemerintah Indonesia kalang kabut.

Apa yang dilakukan Roni ini merupakan bagian dari program patroli terpadu dan terukur untuk pencegahan kebakaran lahan dan hutan (karlahut). Ada 89 tim yang diterjunkan.

Masing-masing tim terdiri dari 6 orang gabungan dari tim Manggala Agni KLHK bersama anggota TNI dan Polri.

Setiap hari, mereka berpatroli keliling hutan untuk melakukan pemantauan lapangan sehingga jika terjadi kebakaran hutan bisa langsung ditangani secepat mungkin sebelum api menjalan menjadi kebakaran besar. Patroli terpadu ini sudah dilakukan sejak 3 Maret lalu.

Kepala Bidang Wilayah II BBKSDA Siak Supartono mengatakan, berdasarkan pantauan satelit yang dilakukan, ada beberapa lokasi yang terpantau sebagai wilayah titik panas (hot spot).

Titik-titik panas yang berpotensi terjadi kebakaran tersebut tersebar di berbagai wilayah seperti Kota Dumai, Kabupaten Bengkalis dan Kabupaten Siak.

Wilayah hot spot inilah salah satu yang menjadi perhatian khusus dalam penanggulangan terjadinya kebakaran hutan.

Selain mencari dan memadamkan api di hutan, tim patroli juga memberikan edukasi kepada warga di berbagai desa untuk bersama-sama mencegah kebakaran hutan.

Sebab, kebanyakan kebakaran hutan terjadi akibat ulah manusia baik yang disengaja maupun tidak. Misalnya ada warga yang membuang putung rokok di lahan gambut.

Warga yang telah dibina juga diajak untuk bergabung dalam tim patroli. ”Selama ini penyebab kebakaran hutan gambut karena ulah manusia. Artinya di lahan yang terbakar tersebut diketahui ada aktivitas manusia,” ujar Supartono.

Dalam berpatroli, tim berkeliling menggunakan motor trail untuk mencari titik-titik api. Mereka juga membekali diri dengan berbagai peralatan pemadaman.

Jika ditemukan ada kobaran api bisa langsung ditangani. Setiap hari, tim ini berkeliling ke hutan-hutan yang dianggap memiliki potensi tinggi terjadi kebakaran.

Dalam sehari, tim gabungan ini bisa berkeliling sejauh 40-50 kilometer (km). Pergerakan mereka bisa terus dipantai karena tim patroli juga dilengkapi dengan Android.

Bahkan, untuk lokasi-lokasi tertentu yang sulit dijangkau, mereka melakukan patroli dengan menerjunkan pasukan gajah.

”Kami punya gajah yang sudah dilatih untuk diterjunkan ke medan-medan yang sulit dijangkau. Tapi gajah-gajah ini tidak dilibatkan langsung untuk memadamkan api karena gajah tidak tahan panas, jadi hanya sebagai kendaraan dan untuk mengangkut alat-alat pemadaman,” tutur Supartono.

Selain itu, untuk melakukan pemadaman api juga dikerahkan helikopter untuk melakukan pemadaman dari atas dengan menyemburkan air (water bombing).
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5686 seconds (0.1#10.140)