Masliha Menderita Penyakit Aneh sejak Usia 9 Tahun

Senin, 07 Maret 2016 - 07:10 WIB
Masliha Menderita Penyakit...
Masliha Menderita Penyakit Aneh sejak Usia 9 Tahun
A A A
MAJALENGKA - Masliha (50), warga Desa Bantarwaru, Kecamatan Ligung, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, menderita penyakit aneh. Seluruh tubuhnya dipenuhi benjolan mulai berukuran kecil sebiji kacang hingga sebesar telur. Kondisi itu sudah dialaminya sejak berusia 9 tahun.

Tidak ada kulit tubuhnya yang tersisa mulus. Mulai dari wajah, tubuh, tangan, dan kakinya, terdapat benjolan tersebut. Menurut Masliha, awalnya ia mengidap penyakit batu ginjal kemudian menjalani operasi. Sejak itu, muncul benjolan di beberapa bagian perutnya.

Dia menuturkan, penyakit itu dianggap kutil, sehingga pihak keluarga hanya mengobatinya dengan obat tradisional. Namun, benjolan itu kian hari bertambah.

"Ternyata penyakit yang saya kira kutil itu ternyata bukan kutil. Sampai usia saya 50 tahun ini, benjolan semakin lama semakin banyak hingga menjalar ke sekujur tubuh saya," kata Masliha yang kini hidup seorang diri, Minggu (6/3/2016).

Dia mengaku belum pernah mengobati penyakit yang dideritanya karena tidak memiliki biaya. Orangtuanya hanya bekerja sebagai buruh tani, sementara dirinya tidak memiliki pekerjaan tetap karena kondisi kesehatannya.

"Kalaupun saya bekerja hanya sebagai buruh serabutan seperti menanam padi, membantu panen, menjadi pemulung keliling, atau pekerjaan buruh lainnya, yang penting bisa bertahan hidup," kataya.

Menurut dia, dari bekerja sebagai pemulung yang berkeliling kampung mencari rongsokan dan barang bekas yang tercecer di jalan, hasilnya dijual kepada bandar rongsokan dengan penghasilan yang tidak seberapa. Hasil pendapatan itu sebagian untuk menebus beras miskin (raskin).

"Yang terpenting saya bisa makan, karena saya tidak terlalu bergantung pada keponakan atau pemberian orang," kata dia.

Salah seorang keluarga Masliha, Wawan, mengatakan keluarga tidak mengetahui penyakit apa yang diderita bibinya tersebut, karena hingga saat ini belum pernah diobati.

"Kalau melakukan pengobatan pasti harus pakai uang besar. Dari mana kami, keluarga, bisa mendapatkan uang besar itu. Kami berharap pemerintah bisa membantu pengobatannya, atau paling tidak mengetahui penyakit apa yang dideritanya," kata Wawan.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6961 seconds (0.1#10.140)