Di Tangan Kang Yoto, Sampah adalah Berkah
A
A
A
DI mana pun, sampah adalah masalah. Tapi tak demikian halnya dengan sampah di Bojonegoro. Di wilayah itu, sampah telah dapat diubah menjadi sumber berkah tak ternilai. Awalnya, Kabupaten Bojonegoro juga sempat dibuat repot masalah sampah. Maklum, seiring dengan bertambahnya penduduk, masalah sampah menjadi kian rumit penanganannya.
Saat ini, jumlah penduduk Bojonegoro yang mencapai 1,3 juta jiwa membuat volume sampah dari waktu ke waktu terus bertambah. Di sisi lain, cakupan pelayanan dan lahan untuk Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sangat terbatas. Akibatnya, sampah menjadi satu masalah yang sangat serius. Sampah menjadi sarang penyakit.
“Persoalan sampah menjadi sorotan dan komplain masyarakat,” kata Bupati Bojonegoro Drs H Suyoto M Si, mengawali paparan presentasi dan wawancara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2016 di hadapan tim panelis Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB), di Jakarta, Selasa (2/2/2016) pagi. Sekadar informasi, setelah dinyatakan lolos dalam tahapan evaluasi, inovasi yang dilaksanakan Kabupaten Bojonegoro dinyatakan lolos ke tahapan presentasi dan wawancara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2016 di tingkat nasional.
Karena komplain yang datang tanpa henti itu, sejak 2013 silam, Pemkab Bojonegoro mencari solusi atas permasalahan sampah ini. Pemkab berinovasi menyulap sampah menjadi barang yang memiliki nilai ekonomi. Selain itu, juga menjadi bahan bakar alternatif.
“TPA Bojonegoro mampu menghasilkan BBM solar yang digunakan untuk bahan bakar operasional TPA. Dari 22 kilogram sampah plastik dapat dihasilkan 10 liter solar,” jelasnya.
Di tangan Dinas Kebersihan dan Pertamanan, sampah juga dimanfaatkan menjadi gas alternatif untuk memenuhi kebutuhan energi bagi 40 kepala keluarga di sekitar TPA. Tak hanya itu TPA yang dianggap tempat kotor dan buruk, mampu menjelma menjadi satu tempat aktivitas bagi para pemulung. “Saat ini, terdapat 62 pemulung yang rata-rata penghasilannya mencapai Rp35 ribu hingga Rp50 ribu per hari,” kata pria yang biasa disapa Kang Yoto ini.
Mendengar paparan Kang Yoto ini, empat panelis yang berasal dari kalangan profesional dan akademisi terlihat antusias. Mereka berharap pengolahan sampah plastik menjadi bahan bakar solar untuk terus bisa dikembangkan lagi, sehingga semakin banyak memberi manfaat ke masyarakat. Termasuk nantinya masuk menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Hal tersebut ditanggapi Kang Yoto dengan nada optimistis. Ia katakan dalam mengatasi masalah sampah, Pemkab Bojonegoro mengusung semangat “menyelesaikan masalah dan melahirkan berkah“. “Bojonegoro saat ini sudah memiliki 68 bank sampah. Masyarakat bisa memperoleh penghasilan dari sampah,” ujar Yoto.
Saat ini, jumlah penduduk Bojonegoro yang mencapai 1,3 juta jiwa membuat volume sampah dari waktu ke waktu terus bertambah. Di sisi lain, cakupan pelayanan dan lahan untuk Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sangat terbatas. Akibatnya, sampah menjadi satu masalah yang sangat serius. Sampah menjadi sarang penyakit.
“Persoalan sampah menjadi sorotan dan komplain masyarakat,” kata Bupati Bojonegoro Drs H Suyoto M Si, mengawali paparan presentasi dan wawancara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2016 di hadapan tim panelis Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB), di Jakarta, Selasa (2/2/2016) pagi. Sekadar informasi, setelah dinyatakan lolos dalam tahapan evaluasi, inovasi yang dilaksanakan Kabupaten Bojonegoro dinyatakan lolos ke tahapan presentasi dan wawancara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2016 di tingkat nasional.
Karena komplain yang datang tanpa henti itu, sejak 2013 silam, Pemkab Bojonegoro mencari solusi atas permasalahan sampah ini. Pemkab berinovasi menyulap sampah menjadi barang yang memiliki nilai ekonomi. Selain itu, juga menjadi bahan bakar alternatif.
“TPA Bojonegoro mampu menghasilkan BBM solar yang digunakan untuk bahan bakar operasional TPA. Dari 22 kilogram sampah plastik dapat dihasilkan 10 liter solar,” jelasnya.
Di tangan Dinas Kebersihan dan Pertamanan, sampah juga dimanfaatkan menjadi gas alternatif untuk memenuhi kebutuhan energi bagi 40 kepala keluarga di sekitar TPA. Tak hanya itu TPA yang dianggap tempat kotor dan buruk, mampu menjelma menjadi satu tempat aktivitas bagi para pemulung. “Saat ini, terdapat 62 pemulung yang rata-rata penghasilannya mencapai Rp35 ribu hingga Rp50 ribu per hari,” kata pria yang biasa disapa Kang Yoto ini.
Mendengar paparan Kang Yoto ini, empat panelis yang berasal dari kalangan profesional dan akademisi terlihat antusias. Mereka berharap pengolahan sampah plastik menjadi bahan bakar solar untuk terus bisa dikembangkan lagi, sehingga semakin banyak memberi manfaat ke masyarakat. Termasuk nantinya masuk menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Hal tersebut ditanggapi Kang Yoto dengan nada optimistis. Ia katakan dalam mengatasi masalah sampah, Pemkab Bojonegoro mengusung semangat “menyelesaikan masalah dan melahirkan berkah“. “Bojonegoro saat ini sudah memiliki 68 bank sampah. Masyarakat bisa memperoleh penghasilan dari sampah,” ujar Yoto.
(hyk)