Tak Mau Meninggal dengan Status Waria, Ingin Segera Nikahi Wanita
A
A
A
BANJAR - Belakangan ini isu Lesbian, Gay, Bisexual dan Transgender (LGBT) tengah menjadi isu hangat. Pendukung kaum ini banyak yang menyebut jika orientasi seksual yang dialami kaum ini salah satunya adalah lantaran faktor genetik dan sulit untuk disembuhkan.
Padahal dunia medis telah resmi menyatakan jika orientasi seksual penyuka sesama jenis ini masuk dalam kategori orang yang memiliki problem kejiwaan.
Kisah nyata yang terjadi di bawah ini diharapkan mampu membuka mata siapa saja, orientasi seksual yang tak wajar ini sebenarnya bisa disembuhkan dan mematahkan anggapan bahwa menyukai sesama jenis sulit untuk bisa kembali normal.
Adalah DD (37) alias DN, seorang waria yang tinggal di Kota Banjar, Jawa Barat dan kini memutuskan kembali lagi menjadi sebagai laki-laki normal. Selama 20 tahun dirinya ‘bermetamorfosis’ dengan penampilan sosok seorang wanita.
DD terlahir sebagai pria di Kota Banjar,2 Februari 1979 silam. Sejak kecil dirinya lebih dekat dengan tiga orang kakak perempuannya. Kedekatannya dengan kakak-kakak perempuannya itu membuat anak bungsu dari tujuh bersaudara ini menyukai hal-hal yang biasa dipakai anak perempuan, mulai dari pakaian sampai mainan.
Saat masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), dia sempat mogok sekolah lantaran enggan memakai seragam laki-laki. Walau akhirnya, berkat nasehat dari guru dan kakak-kakaknya dia akhirnya mau kembali sekolah.
Menginjak SMP, DD tinggal bersama salah satu kakak perempuannya di Kuningan, Jawa Barat. Hal ini lantaran kedua orang tuanya meninggal dunia semenjak dia masih duduk di bangku kelas 4 SD.
Selama tinggal bersama kakaknya, DD kerap bolos sekolah. Dia lebih memilih main di sebuah salon kecantikan yang letaknya tidak jauh dari rumah sang kakak. Hal itu dilakukan lantaran dia memiliki kenginan yang kuat untuk belajar nyalon.
“Waktu SMP saya sudah mulai bantu-bantu kerja di salon, sampai-sampai saya jarang sekolah, dan sejak itu pula saya mulai berdandan seperti perempuan. Awalnya kakak saya pun tidak terima, tapi lambat laun jadi nerima,” cerita DD.
Selepas lulus SMP, DD memilih merantau ke Bandung. Di sana dia bekerja di salon selama tiga tahun.
Kemudian, pindah ke Jakarta atas ajakan seorang pemilik salon di Ibukota. Tiga tahun lebih DD bekerja di salon tersebut.
Setelah itu dia dan salah seorang temannya di Jakarta mencoba merantau ke Bengkulu dan kembali kerja di sebuah salon. Selama empat tahun lebih Dede dan temannya bekerja di kota tersebut.
“Selain nyalon, saya juga nyambi kerja sebagai PSK waria. Setelah empat tahun lebih di Bengkulu, saya pun pindah ke Yogyakarta, di sana tetap kerja di salon tapi cuma bertahan tiga bulan,” tuturnya.
Karena sesuatu hal, akhirnya DD memutuskan pulang ke kota Banjar dan bekerja di salon milik teman sesama waria seraya tetap menjalankan profesinya sebagai PSK waria.
Walau begitu, keinginannya untuk memiliki salon sendiri semakin kuat. Uang yang didapatnya selama bekerja di salon dan sebagai PSK waria dia kumpulkan sebagai modal awal.
Setelah uang tabungannya dirasa cukup untuk modal awal, maka pada 2012 keinginan buka salon dan berhenti menjadi PSK waria akhirnya dapat terwujud. Pertama kali membuka salon, lokasinya tidak jauh dari salon milik temannya itu.
Dia sempat berkali-kali memindahkan lokasi salonnya. Hingga pada 2014 dia memutuskan untuk membuka salon di wilayah seputaran tempat lahirnya di Purwaharja, Kota Banjar.
Disaat salonnya berlokasi di kampung asal kelahirannya inilah, DD mengalami sebuah kejadian yang akhirnya membuka mata hatinya.
Suatu hari di awal 2015, DD mendapat kabar duka. Salah seorang teman ‘seperjuangan’ nya saat malang melintang menjadi waria di Kota Banjar meninggal dunia.
Teman DD yang sebut saja bernama IH dan berprofesi sebagai pengamen jalanan meninggal akibat terinfeksi tetanus dari luka di kaki pasca tergores besi berkarat.
DD pun sempat dua hari menunggui IH di RSUD Kota Banjar saat dirawat. IH hidup sebatang kara di Banjar. Keluarga terdekatnya tinggal di kota lain dan cenderung tak peduli dengan keadaan IH.
Saat ikut mengantarkan jenazah teman ‘seperjuangan’nya itu ke liang lahat, DD seperti tersentak oleh sebuah fakta yang tersaji di depan matanya. IH, kawan ‘seperjuangan’nya meninggal dan dikuburkan dengan masih menyandang status sebagai waria.
Hati kecil DD bergejolak. Rasa gundah menyelimutinya sepulang dari pemakaman kawan ‘seperjuangan’ nya itu. Di rumah, pikirannya tak tenang. Di salon pun dia tak konsentrasi bekerja. Pertanyaan besar tentang identitas dan jati dirinya nampak terlihat jelas.
“Sebenarnya dari awal Desember 2014 sudah ada niat kembali ke semula (pria). Tapi akhirnya saya mantap melaksanakannya awal Februari 2015. Keinginan itu tambah mantap usai menyaksikan kejadian yang menimpa kawan saya. Saya nggak mau nantinya saat meninggal masih dalam keadaan seperti dia (waria),” tutur DD.
Akhirnya, dia pun mantap menjalankan niatnya itu. Dan tentu saja keinginan tersebut direspon positif teman-teman DD.
Apalagi DD juga aktif sebagai staf di sebuah LSM yang bergerak di bidang pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS di Kota Banjar.
Bahkan tak tanggung-tanggung, niat DD itu ‘diresmikan’ dalam sebuah syukuran di rumah salah satu sahabatnya yang memang sejak awal mendukung niat DD.
Syukuran yang juga dihadiri keluarga besar DD ini berlangsung penuh rasa haru. Keluarga besar DD pun sempat berurai air mata melihat si anak hilang kini telah kembali.
Dukungan bagi DD tak hanya berupa dukungan moral. Seluruh teman-teman dan keluarga besar DD yang hadir dalam syukuran itu memberikan pernak-pernik laki-laki, mulai dari baju koko, kopiah, sarung, kemeja hingga celana panjang.
“Saya rasa justru lebih nyaman sekarang dibandingkan saat menjalani hidup sebagai seorang waria. Sekarang saya lebih nyaman dalam bergaul dan beribadah, sampai-sampai setiap salat saya selalu menangis, ingat dosa-dosa saya,” ucap DD.
Bahkan kini dia tak segan membuka pintu hatinya terhadap wanita. Dia bertekad segera mendapatkan pasangan hidup dan melangsungkan pernikahan secepatnya.
“Harapan saya ke depan, mudah-mudahan diberikan petunjuk untuk hidup di jalan yang lurus. Ada hikmahnya di balik semua ini. Saya juga telah mengubur dalam-dalam perjalanan hidup saya dulu. Sekarang saya mulai membuka lembaran baru untuk kehidupan baru,” ucapnya.
Padahal dunia medis telah resmi menyatakan jika orientasi seksual penyuka sesama jenis ini masuk dalam kategori orang yang memiliki problem kejiwaan.
Kisah nyata yang terjadi di bawah ini diharapkan mampu membuka mata siapa saja, orientasi seksual yang tak wajar ini sebenarnya bisa disembuhkan dan mematahkan anggapan bahwa menyukai sesama jenis sulit untuk bisa kembali normal.
Adalah DD (37) alias DN, seorang waria yang tinggal di Kota Banjar, Jawa Barat dan kini memutuskan kembali lagi menjadi sebagai laki-laki normal. Selama 20 tahun dirinya ‘bermetamorfosis’ dengan penampilan sosok seorang wanita.
DD terlahir sebagai pria di Kota Banjar,2 Februari 1979 silam. Sejak kecil dirinya lebih dekat dengan tiga orang kakak perempuannya. Kedekatannya dengan kakak-kakak perempuannya itu membuat anak bungsu dari tujuh bersaudara ini menyukai hal-hal yang biasa dipakai anak perempuan, mulai dari pakaian sampai mainan.
Saat masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), dia sempat mogok sekolah lantaran enggan memakai seragam laki-laki. Walau akhirnya, berkat nasehat dari guru dan kakak-kakaknya dia akhirnya mau kembali sekolah.
Menginjak SMP, DD tinggal bersama salah satu kakak perempuannya di Kuningan, Jawa Barat. Hal ini lantaran kedua orang tuanya meninggal dunia semenjak dia masih duduk di bangku kelas 4 SD.
Selama tinggal bersama kakaknya, DD kerap bolos sekolah. Dia lebih memilih main di sebuah salon kecantikan yang letaknya tidak jauh dari rumah sang kakak. Hal itu dilakukan lantaran dia memiliki kenginan yang kuat untuk belajar nyalon.
“Waktu SMP saya sudah mulai bantu-bantu kerja di salon, sampai-sampai saya jarang sekolah, dan sejak itu pula saya mulai berdandan seperti perempuan. Awalnya kakak saya pun tidak terima, tapi lambat laun jadi nerima,” cerita DD.
Selepas lulus SMP, DD memilih merantau ke Bandung. Di sana dia bekerja di salon selama tiga tahun.
Kemudian, pindah ke Jakarta atas ajakan seorang pemilik salon di Ibukota. Tiga tahun lebih DD bekerja di salon tersebut.
Setelah itu dia dan salah seorang temannya di Jakarta mencoba merantau ke Bengkulu dan kembali kerja di sebuah salon. Selama empat tahun lebih Dede dan temannya bekerja di kota tersebut.
“Selain nyalon, saya juga nyambi kerja sebagai PSK waria. Setelah empat tahun lebih di Bengkulu, saya pun pindah ke Yogyakarta, di sana tetap kerja di salon tapi cuma bertahan tiga bulan,” tuturnya.
Karena sesuatu hal, akhirnya DD memutuskan pulang ke kota Banjar dan bekerja di salon milik teman sesama waria seraya tetap menjalankan profesinya sebagai PSK waria.
Walau begitu, keinginannya untuk memiliki salon sendiri semakin kuat. Uang yang didapatnya selama bekerja di salon dan sebagai PSK waria dia kumpulkan sebagai modal awal.
Setelah uang tabungannya dirasa cukup untuk modal awal, maka pada 2012 keinginan buka salon dan berhenti menjadi PSK waria akhirnya dapat terwujud. Pertama kali membuka salon, lokasinya tidak jauh dari salon milik temannya itu.
Dia sempat berkali-kali memindahkan lokasi salonnya. Hingga pada 2014 dia memutuskan untuk membuka salon di wilayah seputaran tempat lahirnya di Purwaharja, Kota Banjar.
Disaat salonnya berlokasi di kampung asal kelahirannya inilah, DD mengalami sebuah kejadian yang akhirnya membuka mata hatinya.
Suatu hari di awal 2015, DD mendapat kabar duka. Salah seorang teman ‘seperjuangan’ nya saat malang melintang menjadi waria di Kota Banjar meninggal dunia.
Teman DD yang sebut saja bernama IH dan berprofesi sebagai pengamen jalanan meninggal akibat terinfeksi tetanus dari luka di kaki pasca tergores besi berkarat.
DD pun sempat dua hari menunggui IH di RSUD Kota Banjar saat dirawat. IH hidup sebatang kara di Banjar. Keluarga terdekatnya tinggal di kota lain dan cenderung tak peduli dengan keadaan IH.
Saat ikut mengantarkan jenazah teman ‘seperjuangan’nya itu ke liang lahat, DD seperti tersentak oleh sebuah fakta yang tersaji di depan matanya. IH, kawan ‘seperjuangan’nya meninggal dan dikuburkan dengan masih menyandang status sebagai waria.
Hati kecil DD bergejolak. Rasa gundah menyelimutinya sepulang dari pemakaman kawan ‘seperjuangan’ nya itu. Di rumah, pikirannya tak tenang. Di salon pun dia tak konsentrasi bekerja. Pertanyaan besar tentang identitas dan jati dirinya nampak terlihat jelas.
“Sebenarnya dari awal Desember 2014 sudah ada niat kembali ke semula (pria). Tapi akhirnya saya mantap melaksanakannya awal Februari 2015. Keinginan itu tambah mantap usai menyaksikan kejadian yang menimpa kawan saya. Saya nggak mau nantinya saat meninggal masih dalam keadaan seperti dia (waria),” tutur DD.
Akhirnya, dia pun mantap menjalankan niatnya itu. Dan tentu saja keinginan tersebut direspon positif teman-teman DD.
Apalagi DD juga aktif sebagai staf di sebuah LSM yang bergerak di bidang pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS di Kota Banjar.
Bahkan tak tanggung-tanggung, niat DD itu ‘diresmikan’ dalam sebuah syukuran di rumah salah satu sahabatnya yang memang sejak awal mendukung niat DD.
Syukuran yang juga dihadiri keluarga besar DD ini berlangsung penuh rasa haru. Keluarga besar DD pun sempat berurai air mata melihat si anak hilang kini telah kembali.
Dukungan bagi DD tak hanya berupa dukungan moral. Seluruh teman-teman dan keluarga besar DD yang hadir dalam syukuran itu memberikan pernak-pernik laki-laki, mulai dari baju koko, kopiah, sarung, kemeja hingga celana panjang.
“Saya rasa justru lebih nyaman sekarang dibandingkan saat menjalani hidup sebagai seorang waria. Sekarang saya lebih nyaman dalam bergaul dan beribadah, sampai-sampai setiap salat saya selalu menangis, ingat dosa-dosa saya,” ucap DD.
Bahkan kini dia tak segan membuka pintu hatinya terhadap wanita. Dia bertekad segera mendapatkan pasangan hidup dan melangsungkan pernikahan secepatnya.
“Harapan saya ke depan, mudah-mudahan diberikan petunjuk untuk hidup di jalan yang lurus. Ada hikmahnya di balik semua ini. Saya juga telah mengubur dalam-dalam perjalanan hidup saya dulu. Sekarang saya mulai membuka lembaran baru untuk kehidupan baru,” ucapnya.
(sms)