Disuruh Baca Alfatihah 11 Orang Pemalak Menangis
A
A
A
PALEMBANG - Sebanyak 11 juru parkir liar yang merangkap sebagai pemalak ditangkap aparat Polsekta Ilir Timur (IT) II Palembang. Sebanyak 11 preman tersebut ditangkap di seputaran Palembang Square, Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Beringin Janggut Palembang, di bawah Jembatan Ampera dan di depan Pusat Perbelanjaan Megaria, Rabu (10/2/2016) petang.
Bahkan, dua di antaranya merupakan remaja yang masih berstatus sebagai pelajar. Setelah didata, sebelas pemalak tersebut disuruh berbaris di halaman Mapolsek untuk dikenakan sanksi. Saat disuruh untuk menyebutkan Pancasila, sebelas orang yang diduga preman ini justru tak hafal.
Sanksi tersebut akhirnya diubah. Mereka diperintahkan untuk membaca surat Alfatihah dan belajar salat. Satu di antara pemalak ditunjuk menjadi pengajarnya, karena pemalak tersebut mengaku alumni dari salah satu pondok pesantren di Sumsel.
Kejadian sebelumnya lagi-lagi terjadi. Karena rata-rata pemalak yang terjaring tersebut juga tak hafal Surat Alfatihah yang diinstruksikan. Alhasil, petugas harus berkali-kali menyuruh mengulang kembali.
Lucunya, salah satu dari pemalak yang diketahui bernama Rifki malah menangis saat Kapolsek mencecarnya dengan pertanyaan yang berkaitan dengan agama. "Saya salat pak. Tapi hanya salat Jumat saja. Saya tidak akan jadi pemalak lagi," ucapnya.
Usai belajar surat Alfatihah dan salat, 11 pemalak ini mengikuti renungan suci. Sambil tertunduk, beberapa di antaranya meneteskan air mata karena menyesali perbuatannya.
Kapolsek Ilir Timur I Palembang Kompol Zulkarnain mengungkapkan, pihaknya sengaja memberikan sanksi tersebut sebagai peringatan tentang pentingnya ibadah. "Batin mereka kosong, jarang ibadah, ada yang tidak pernah sama sekali. Ini yang kita ingatkan, biar mereka sadar," katanya.
Setelah menjalani sanksi, 11 orang ini harus menginap sementara di Mapolsek sampai nanti ada keluarga yang menjaminnya. "Keluarga mereka akan kita panggil. Jika berani menjaminnya baru akan kita lepaskan. Tapi kita akan terus pantau mereka," tukasnya.
Bahkan, dua di antaranya merupakan remaja yang masih berstatus sebagai pelajar. Setelah didata, sebelas pemalak tersebut disuruh berbaris di halaman Mapolsek untuk dikenakan sanksi. Saat disuruh untuk menyebutkan Pancasila, sebelas orang yang diduga preman ini justru tak hafal.
Sanksi tersebut akhirnya diubah. Mereka diperintahkan untuk membaca surat Alfatihah dan belajar salat. Satu di antara pemalak ditunjuk menjadi pengajarnya, karena pemalak tersebut mengaku alumni dari salah satu pondok pesantren di Sumsel.
Kejadian sebelumnya lagi-lagi terjadi. Karena rata-rata pemalak yang terjaring tersebut juga tak hafal Surat Alfatihah yang diinstruksikan. Alhasil, petugas harus berkali-kali menyuruh mengulang kembali.
Lucunya, salah satu dari pemalak yang diketahui bernama Rifki malah menangis saat Kapolsek mencecarnya dengan pertanyaan yang berkaitan dengan agama. "Saya salat pak. Tapi hanya salat Jumat saja. Saya tidak akan jadi pemalak lagi," ucapnya.
Usai belajar surat Alfatihah dan salat, 11 pemalak ini mengikuti renungan suci. Sambil tertunduk, beberapa di antaranya meneteskan air mata karena menyesali perbuatannya.
Kapolsek Ilir Timur I Palembang Kompol Zulkarnain mengungkapkan, pihaknya sengaja memberikan sanksi tersebut sebagai peringatan tentang pentingnya ibadah. "Batin mereka kosong, jarang ibadah, ada yang tidak pernah sama sekali. Ini yang kita ingatkan, biar mereka sadar," katanya.
Setelah menjalani sanksi, 11 orang ini harus menginap sementara di Mapolsek sampai nanti ada keluarga yang menjaminnya. "Keluarga mereka akan kita panggil. Jika berani menjaminnya baru akan kita lepaskan. Tapi kita akan terus pantau mereka," tukasnya.
(hyk,whb)