FKPT DIY Imbau Waspadai Aksi Teroris di Yogyakarta

Sabtu, 30 Januari 2016 - 15:17 WIB
FKPT DIY Imbau Waspadai Aksi Teroris di Yogyakarta
FKPT DIY Imbau Waspadai Aksi Teroris di Yogyakarta
A A A
YOGYAKARTA - Ketua Forum Komunikasi Penanggulangan Teroris (FKPT) DIY Abdul Muhaimin meminta masyarakat waspada terhadap aksi teror yang dilakukan kelompok teroris. Dia mengaku mendapat informasi ada lima calon 'pengantin' yang disiapkan untuk melakukan aksi di Yogyakarta.

Pengantin, kata dia, adalah istilah untuk teroris yang siap mati meledakan diri dengan bom. Sang pengantin ini mendapat tugas untuk melakukan aksi karena sudah dicuci otaknya sehingga tidak bisa membedakan mana yang salah dan benar.

"Siapa mereka, saya tidak bisa menyampaikan, karena ini informasi yang belum tentu kebenarannya," katanya dalam dialog bertema 'Menjaga Yogya Tetap Aman' di Kantor PWI Yogyakarta, Sabtu (30/1/2016).

Pengasuh Ponpes Nurul Ummahat Kotagede itu berharap masyarakat Yogya harus lebih berhati-hati setelah aksi bom Sariah di Jalan Thamrin, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Apa yang disampaikan itu bukan untuk memberi rasa takut pada masyarakat. Tapi, lebih pada informasi yang diperoleh sehingga masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan.

"Yang penting, kita harus terus meningkatkan kewaspadaan. Semua elemen masyarakat harus terus kita ingatkan soal ini," kata Abdul Muhaimin, yang juga sebagai Ketua
Forum Persaudaraan Umat Beriman (FPUB) itu.

Dialog yang dipandu Ketua PWI Yogyakarta ini juga menghadirkan Wayan Sumerta (Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia/PHDI Yogyakarta) serta Ki Demang Wangsyafuddin (aktivis lintas iman) sebagai narasumber.

"Masyarakat Yogyakarta sangat heterogen, latar belakang apa saja ada di Yogya. Konon, aksi terorisme di daerah lain ada yang disiapkan di Yogyakarta," kata Ki Demang Wangsyafuddin, dalam kesempatan yang sama.

Sementara Wayan Sukerta menuturkan, apa yang terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia beberapa waktu terakhir cukup memprihatinkan.

Jika ingin bicara soal kebebasan, tentu kekebasan tersebut tetap memiliki batasan yakni konstitusi. Artinya, kebebasan tetap ada aturannya jadi tidak bisa seenaknya sendiri.

Oleh karena itu, dia selalu berharap bisa tumbuh persaudaraan sejati. Seperti halnya dalam Hari Raya Nyepi yang titik pangkalnya untuk menghayati kedamaian abadi di bumi.

"Semua agama tidak ada yang mengajarkan kekerasan, aksi teror mengatasnamakan agama tertentu itu tidak memiliki dasar. Semua agama mengajarkan hidup selaras, damai, tidak saling memusuhi satu sama lain," paparnya.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5561 seconds (0.1#10.140)