Miris, Masih Ada Balita Gizi Buruk di Kulonprogo
A
A
A
KULONPROGO - Kasus gizi buruk masih ditemukan di Kulonprogo. Dinas Kesehatan mencatat ada 175 anak kurang gizi pada 2015. Sebanyak 23 anak di antaranya masuk dalam kategori gizi buruk.
"Ada penurunan, karena pada 2014 ada 205 anak kurang gizi dan 35 gizi buruk," jelas Kasi Gizi Dinkes Kulonprogo Andri Susilaning Dyah.
Dikatakan, pihaknya telah menindaklanuti temuan ini. Bahkan 23 anak itu sudah dilakukan pemeriksakan sekaligus membandingkan antara berat badan dan tinggi badan.
Anak ditemukan terlalu kurus atau terlalu kecil karena terganggu pertumbuhannya. Namun bukan karena kekurangan makanan, melainkan memang ada penyakit penyertaan.
Bayi lahir dengan bobot kurang dari 2,5 kilogram, juga bisa dikategorikan anak kurang gizi. Kondisi ini diperparah dengan pemberian asi ekslusif yang tidak maksimal.
"Melalui kader di Posyandu kita setiap bulan melakukan pantauan," jelasnya.
Dinkes Kulonprogo juga sudah melatih sejumlah kader terkait asupan makanan yang baik kepada anak atau balita.
Puskesmas juga sudah menyediakan program makanan bagi anak yang terdeteksi kekurangan gizi. Program itu sudah diaktifkan sejak tahun 2012 dan masih berlangsung sampai sekarang.
Kepala Dinkes Kulonprogo Bambang Haryatno mengatakan ada trend penurunan kasus gizi buruk. Jika di nasional mencapai satu persen, di Kulonprogo hanya 0,81 persen di 2015. Sedangkan di 2014 masih 0,93 persen.
"Kita terus sosialisasikan untuk pemberikan makanan bergizi seimbang dan pola makan yang benar," ujarnya.
Dinas melalui Posyandu terus memberi pemahaman terkait gizi. Dalam setiap kegiatannya, juga selalu dilakukan kontrol, dan pemberian asupan gizi tambahan bagi balita yang terindikasi kurang gizi.
"Ada penurunan, karena pada 2014 ada 205 anak kurang gizi dan 35 gizi buruk," jelas Kasi Gizi Dinkes Kulonprogo Andri Susilaning Dyah.
Dikatakan, pihaknya telah menindaklanuti temuan ini. Bahkan 23 anak itu sudah dilakukan pemeriksakan sekaligus membandingkan antara berat badan dan tinggi badan.
Anak ditemukan terlalu kurus atau terlalu kecil karena terganggu pertumbuhannya. Namun bukan karena kekurangan makanan, melainkan memang ada penyakit penyertaan.
Bayi lahir dengan bobot kurang dari 2,5 kilogram, juga bisa dikategorikan anak kurang gizi. Kondisi ini diperparah dengan pemberian asi ekslusif yang tidak maksimal.
"Melalui kader di Posyandu kita setiap bulan melakukan pantauan," jelasnya.
Dinkes Kulonprogo juga sudah melatih sejumlah kader terkait asupan makanan yang baik kepada anak atau balita.
Puskesmas juga sudah menyediakan program makanan bagi anak yang terdeteksi kekurangan gizi. Program itu sudah diaktifkan sejak tahun 2012 dan masih berlangsung sampai sekarang.
Kepala Dinkes Kulonprogo Bambang Haryatno mengatakan ada trend penurunan kasus gizi buruk. Jika di nasional mencapai satu persen, di Kulonprogo hanya 0,81 persen di 2015. Sedangkan di 2014 masih 0,93 persen.
"Kita terus sosialisasikan untuk pemberikan makanan bergizi seimbang dan pola makan yang benar," ujarnya.
Dinas melalui Posyandu terus memberi pemahaman terkait gizi. Dalam setiap kegiatannya, juga selalu dilakukan kontrol, dan pemberian asupan gizi tambahan bagi balita yang terindikasi kurang gizi.
(nag)