Pasutri Lulusan Undip Hilang Gabung Gafatar
A
A
A
SEMARANG - Fenomena orang hilang bergabung dengan ormas Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) terus bermunculan. Kali ini, pasangan suami istri (pasutri) dilaporkan hilang diduga kuat bergabung dengan Gafatar.
Pelapor adalah masing – masing orang tua pasutri itu. Pasutri yang hilang itu, Adiv Nugroho (31),warga Jalan Rejosari Gumuk Gang I nomor 4 RT2/RW11, Kelurahan Rejosari, Kecamatan Semarang Timur dan Inka Pratiwi (24),warga Jalan Cempedak, Lamper Lor, Kecamatan Semarang Selatan.
Mereka berpamitan pergi dari rumah sekira 3 bulan setelah menikah, tahun 2013 silam di Kota Semarang.
Para orang tuanya, setelah berbagai macam pertimbangan, akhirnya mengambil keputusan melapor ke Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polrestabes Semarang, Selasa (26/1/2016).
Harsono (60),ayah Adiv, mengakui anaknya sejak kuliah sudah bergabung dengan Gafatar. Adiv kuliah di Teknik Kimia Undip Semarang, angkatan 2008.
"Saya tahunya gafatar itu organisasi sosial, jadi ya tidak apa-apa. Memang mulai ada perubahan. Salat menghadapnya tidak ke kiblat lagi (barat-Indonesia), tapi ke timur kadang ke selatan. Katanya Tuhan ada di mana-mana," kata Harsono.
Harsono mengaku pernah ke daerah Lamper, Kecamatan Semarang Selatan, yang sempat jadi markas organisasi anaknya itu. Di sana, diakui sempat bertemu dengan para pengurusnya.
"Setelah lulus, anak saya produksi ceriping nangka. Sudah jalan, dipasarkan sampai luar Semarang, sampai Jakarta, Surabaya, Bandung," lanjut Harsono.
Sementara, Partini (50),ibu dari Inka Pratiwi, bercerita jika putrinya memang sudah ikut Gafatar sejak kuliah.
Tiwi, sapaannya, berkuliah di Teknik Mesin Undip Semarang, menempuh gelar sarjana hanya 3,2 tahun. Selepas lulus, Tiwi sempat berkerja di Zirang Motor, Jalan Dr Cipto Semarang.
Karena cerdas dan bisa bekerja dengan baik, Tiwi sempat mendapat promosi untuk jadi kepala bengkel dan servis. Namun, sebelum itu diambil, Tiwi dan suaminya pergi ke Kalimantan.
"Ke Kalimantan, Tiwi pamitan sama saya. Katanya mau kerja swasta. Saya yang ngantar ke Bandara (Ahmad Yani). Sempat memberi kabar, tapi sampai sekarang sudah tidak bisa dihubungi, tidak memberi kabar juga. Perginya ke Kalimantan suaminya (Adiv) duluan," sebutnya.
Tiwi, setahun setelah pergi, sebut Partini, sempat mengirimkan foto anak hasil pernikahannya melalui layanan BlackBerry Messenger (BBM) ke ponsel keponakannya. Namun, selepas itu kembali menghilang.
"Perginya, bawa semua uang amplop tamu saat pernikahan. Tidak jual rumah atau tanah. Meman sejak ikut Gafatar, Tiwi berubah tingkah lakunya. Dengan orang tua kurang bagus," pungkasnya.
Mereka berharap, semuanya dapat ditemukan dan kembali ke Kota Semarang. Partini mengaku bersama kerabatnya sempat mencari tahu di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang saat ada pemulangan eks Gafatar pada Senin (25/1/2016), namun hasilnya nihil. Besok Rabu (27/1/2016) dia akan kembali mencari ke pelabuhan, sebab ada informasi kedatangan kembali dari Kalimantan.
Pelapor adalah masing – masing orang tua pasutri itu. Pasutri yang hilang itu, Adiv Nugroho (31),warga Jalan Rejosari Gumuk Gang I nomor 4 RT2/RW11, Kelurahan Rejosari, Kecamatan Semarang Timur dan Inka Pratiwi (24),warga Jalan Cempedak, Lamper Lor, Kecamatan Semarang Selatan.
Mereka berpamitan pergi dari rumah sekira 3 bulan setelah menikah, tahun 2013 silam di Kota Semarang.
Para orang tuanya, setelah berbagai macam pertimbangan, akhirnya mengambil keputusan melapor ke Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polrestabes Semarang, Selasa (26/1/2016).
Harsono (60),ayah Adiv, mengakui anaknya sejak kuliah sudah bergabung dengan Gafatar. Adiv kuliah di Teknik Kimia Undip Semarang, angkatan 2008.
"Saya tahunya gafatar itu organisasi sosial, jadi ya tidak apa-apa. Memang mulai ada perubahan. Salat menghadapnya tidak ke kiblat lagi (barat-Indonesia), tapi ke timur kadang ke selatan. Katanya Tuhan ada di mana-mana," kata Harsono.
Harsono mengaku pernah ke daerah Lamper, Kecamatan Semarang Selatan, yang sempat jadi markas organisasi anaknya itu. Di sana, diakui sempat bertemu dengan para pengurusnya.
"Setelah lulus, anak saya produksi ceriping nangka. Sudah jalan, dipasarkan sampai luar Semarang, sampai Jakarta, Surabaya, Bandung," lanjut Harsono.
Sementara, Partini (50),ibu dari Inka Pratiwi, bercerita jika putrinya memang sudah ikut Gafatar sejak kuliah.
Tiwi, sapaannya, berkuliah di Teknik Mesin Undip Semarang, menempuh gelar sarjana hanya 3,2 tahun. Selepas lulus, Tiwi sempat berkerja di Zirang Motor, Jalan Dr Cipto Semarang.
Karena cerdas dan bisa bekerja dengan baik, Tiwi sempat mendapat promosi untuk jadi kepala bengkel dan servis. Namun, sebelum itu diambil, Tiwi dan suaminya pergi ke Kalimantan.
"Ke Kalimantan, Tiwi pamitan sama saya. Katanya mau kerja swasta. Saya yang ngantar ke Bandara (Ahmad Yani). Sempat memberi kabar, tapi sampai sekarang sudah tidak bisa dihubungi, tidak memberi kabar juga. Perginya ke Kalimantan suaminya (Adiv) duluan," sebutnya.
Tiwi, setahun setelah pergi, sebut Partini, sempat mengirimkan foto anak hasil pernikahannya melalui layanan BlackBerry Messenger (BBM) ke ponsel keponakannya. Namun, selepas itu kembali menghilang.
"Perginya, bawa semua uang amplop tamu saat pernikahan. Tidak jual rumah atau tanah. Meman sejak ikut Gafatar, Tiwi berubah tingkah lakunya. Dengan orang tua kurang bagus," pungkasnya.
Mereka berharap, semuanya dapat ditemukan dan kembali ke Kota Semarang. Partini mengaku bersama kerabatnya sempat mencari tahu di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang saat ada pemulangan eks Gafatar pada Senin (25/1/2016), namun hasilnya nihil. Besok Rabu (27/1/2016) dia akan kembali mencari ke pelabuhan, sebab ada informasi kedatangan kembali dari Kalimantan.
(nag)