Mengenal Salim Rosyid, Anggota ISIS yang Tewas di Suriah

Selasa, 26 Januari 2016 - 16:28 WIB
Mengenal Salim Rosyid, Anggota ISIS yang Tewas di Suriah
Mengenal Salim Rosyid, Anggota ISIS yang Tewas di Suriah
A A A
BANTUL - Salim Rosyid, mahasiswa kelahiran tahun 1988 ini mendadak terkenal setelah dikabarkan meninggal dunia di Suriah. Mahasiswa LIPIA Jakarta ini ternyata memang bergabung dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Sudah setahun ini, bapak dua anak yang masih balita ini telah meninggalkan tanah air dan bergabung dengan ISIS.

Salim Rosyid berasal dari sebuah dusun di Desa Sumbermulyo, Kecamatan Bambanglipuro. Dia lahir dari pasangan Pegawai Negeri Sipil (PNS) asli Sumatera dan juga asli Sumbermulyo, Kecamatan Bambanglipuro.

Dia lahir sebagai sulung dari tiga bersaudara yang semuanya berjenis kelamin laki-laki, dan adiknya paling bungsu masih berstatus mahasiswa di salah satu universitas swasta di Yogyakarta.

Ketika wartawan mengunjungi kediamannya, saudaranya dengan ramah menemui awak media yang kebetulan datang ke rumah tersebut. Ketika mengatakan maksud kedatangan awak media, saudaranya bersedia diwawancarai.

Hanya saja, dia meminta agar identitas dirinya dan keluarganya dirahasiakan. “Mohon jangan disebut kami dan keluarga kami. Soalnya kami juga punya usaha, nanti bagaimana kalau semuanya tahu,” pesannya, Selasa (26/1/2016).

Dia lantas menceritakan Salim kecil yang dikenal memiliki keinginan yang keras bahkan cenderung seperti preman. Salim kecil hingga remaja dikenal sebagai anak yang nakal karena suka minum-minuman keras serta sering balapan liar.

Bahkan dia tercatat resmi menjadi pembalap dalam Ikatan Motor Indonesia (IMI). Namun, perangai Salim mulai berubah ketika selepas lulus dari SMA 3 Bantul tahun 2006 lalu.

Selepas SMA Salim lantas menempuh pendidikan pesantren di Pondok Pesantren Gontor Jawa Timur. Setahun di Pondok Pesantren Gontor, Salim balik ke Yogyakarta dan masuk ke pondok pesantren di kawasan Kota Yogyakarta bagian barat.

“Dan sejak di Yogya itu, dia bergabung dengan organisasi massa (ormas) yang terkenal sebagai ormas garis keras di Yogya,” terangnya.

Salim lantas memutuskan untuk kuliah di Universitas Arab, LIPIA yang ada di Jakarta, mengambil jurusan Suludin. Menurutnya, karena pergaulannya di Jakarta, Salim mulai berubah perangai dan perbuatannya.

Ketika tinggal di Jakarta itu pula, dia kenal dengan gadis berkerudung asal Mojosari, Solo, Jawa Tengah. Keduanya langsung menikah dan memiliki dua orang anak dengan selang umur tidak begitu lama.

Ketika di Jakarta itu pula, Salim meminta izin kepada kedua orangtuanya untuk pergi ke Suriah dan bergabung dengan ISIS. Tahun 2014, Salim pulang dan menyatakan langsung niatnya pergi berjihad ke negeri Suriah tersebut.

“Tetapi orangtua tidak mengizinkannya,” tuturnya.

Nampaknya, larangan kedua orangtuanya tersebut tak mengurungkan niat Salim pergi ke negeri Suriah. Bahkan saudara-saudaranya yang tidak setuju juga tak mampu mencegah Salim untuk berjihad.

Dan sejak akhir 2014, Salim pergi meninggalkan Jakarta menuju ke Thailand dan langsung ke Turki. Dia menuturkan, Salim pergi ke Turki dengan biaya sendiri yang ditabungnya selama beberapa tahun terakhir.

Awalnya keluarga tidak mengetahui jika sulung di keluarga ini nekat pergi ke Suriah. Mereka baru mengetahui dari pesan singkat yang dikirim Salim melalui nomor teleponnya, serta aplikasi media sosial di smartphonenya.

Bahkan, melalui istrinya, keluarga bisa melihat foto-foto yang dikirim Salim ketika berada di Suriah. “Dia kirim foto saat pegang senjata. Tetapi istrinya meminta langsung dihapus,” ceritanya.

Mei tahun lalu, keluarga mendapat kabar dari istri Salim yang menyatakan jika Salim sudah tiada di Suriah. Namun dia tidak mengetahui tepatnya kapan Salim telah tiada, dan apakah Salim meninggal ketika terlibat dalam sebuah penyerangan.

Saat mengabarkan kejadian menyedihkan tersebut, istri Salim hanya bilang suaminya telah mati Syahid karena berjihad. Dia mengungkapkan, kabar meninggalnya Salim diterima oleh istri Salim dari teman Salim yang sama-sama berada di Suriah.

Keluarga berusaha ikhlas untuk menerima kepergian Salim tersebut. Sang Ibu sebenarnya sudah menginginkan agar keluarga mengundang tetangga untuk memanjatkan doa.

“Tetapi bapak belum bisa menerima kenyataan dan tidak mau gelar doa bersama. Bapak nampaknya masih malu, tetapi tetangga kiri kanan sudah tahu jika Salim meninggal di Suriah,” paparnya.

Kepala Dukuh setempat Maryanto bahkan tidak mengetahui secara pasti kepergian Salim tersebut. Karena pihak keluarga Salim terkenal tertutup dan tidak pernah bergaul dengan warga sekitar.

Dari kabar yang dia terima, Salim pergi dari rumah untuk kuliah di Jakarta. Namun kuliah atau tidak, Maryanto mengaku tidak mengetahui secara pasti.

“Katanya kuliah ke Jakarta, tetapi kok beberapa tahun lalu tiba-tiba pulang meminta surat keterangan untuk menikah,” ujarnya.

Dia sendiri tidak mengetahui secara pasti kepribadian Salim yang konon bergabung dengan ISIS tersebut. Hanya saja, selama ini Salim dikenal sebagai anggota keluarga yang paling mudah bergaul dengan para tetangga dan teman-temannya.
(san)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6918 seconds (0.1#10.140)