Demam Berdarah Renggut Nyawa Rifki
A
A
A
WATAMPONE - Wabah Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, terus meminta korban. Kali ini, Rifki (11), asal Desa Uloe Kecamatan Dua Boccoe, meninggal dunia akibat wabah DBD setelah dirawat beberapa hari di RSUD Tenriawaru.
Humas RSUD Tenriawaru Ramli mengatakan, kondisi korban pada saat dibawa ke RSUD Tenriawaru sudah sangat buruk.
Korban mulai dirawat di rumah sakit itu sejak 21 Januari 2016 dan mendapatkan perawatan di bangsal anak 2 RSUD Tenriawaru, hingga akhirnya meninggal dunia sekira pukul 11.25 Wita tadi.
"Keadaannya memang lemah. Pda saat pertama masuk, trombositnya hanya 60 ribu. Dia juga sempat dirawat bersama dua kakaknya yang juga terserang DBD," kata Ramli saat dikonfirmasi, Senin (25/1/2016).
Ramli menambahkan, pasien yang dirawat di RSUD Tenriawaru tersebut adalah pasien rujukan dari kecamatan. Mayoritas pasien adalah anak-anak.
Jumlah warga yang terserang gejala DBD pada awal tahun ini paling banyak dari tahun-tahun sebelumnya. Selain itu, saat ini pasien demam berdarah yang dirawat di RSUD Tenriawaru masih terus meningkat.
Saat ini jumlah pasien demam berdarah yang dirawat di RSUD Tenriawaru mencapai 29 pasien. Ruang perawatan anak pun dipenuhi pasien DBD.
Sementara, salah seorang kerabat korban, Daeng Patombong mengatakan, penyakit demam berdarah telah mewabah di lingkungannya, Desa Uloe. Selain Rifki, dua saudaranya juga terkena penyakit itu.
"Tiga bersaudara ini sakit DBD. Kakaknya Rifki sudah keluar kemarin. Tapi kakaknya yang satu lagi masih dirawat di sini," ujar Daeng Patombong yang merupakan paman dari Rifki.
PILIHAN:
Lagi, Rano Keluhkan Ada Dua Polda dan Kodam di Banten
Mbah Tohari, Pedagang Keliling Berusia 104 Tahun
Humas RSUD Tenriawaru Ramli mengatakan, kondisi korban pada saat dibawa ke RSUD Tenriawaru sudah sangat buruk.
Korban mulai dirawat di rumah sakit itu sejak 21 Januari 2016 dan mendapatkan perawatan di bangsal anak 2 RSUD Tenriawaru, hingga akhirnya meninggal dunia sekira pukul 11.25 Wita tadi.
"Keadaannya memang lemah. Pda saat pertama masuk, trombositnya hanya 60 ribu. Dia juga sempat dirawat bersama dua kakaknya yang juga terserang DBD," kata Ramli saat dikonfirmasi, Senin (25/1/2016).
Ramli menambahkan, pasien yang dirawat di RSUD Tenriawaru tersebut adalah pasien rujukan dari kecamatan. Mayoritas pasien adalah anak-anak.
Jumlah warga yang terserang gejala DBD pada awal tahun ini paling banyak dari tahun-tahun sebelumnya. Selain itu, saat ini pasien demam berdarah yang dirawat di RSUD Tenriawaru masih terus meningkat.
Saat ini jumlah pasien demam berdarah yang dirawat di RSUD Tenriawaru mencapai 29 pasien. Ruang perawatan anak pun dipenuhi pasien DBD.
Sementara, salah seorang kerabat korban, Daeng Patombong mengatakan, penyakit demam berdarah telah mewabah di lingkungannya, Desa Uloe. Selain Rifki, dua saudaranya juga terkena penyakit itu.
"Tiga bersaudara ini sakit DBD. Kakaknya Rifki sudah keluar kemarin. Tapi kakaknya yang satu lagi masih dirawat di sini," ujar Daeng Patombong yang merupakan paman dari Rifki.
PILIHAN:
Lagi, Rano Keluhkan Ada Dua Polda dan Kodam di Banten
Mbah Tohari, Pedagang Keliling Berusia 104 Tahun
(zik)