Miris, Yadi Terbaring Lemah Selama 19 Tahun karena Kurang Gizi
A
A
A
PANGANDARAN - Yadi (20), warga Dusun Patrol RT 02/02 Desa Cibenda, Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran, 19 tahun terbaring lemah akibat menderita gizi buruk.
Yadi merupakan anak pertama dari pasangan suami istri (pasutri) Nadi (49), dan Yayah, (40) yang secara ekonomi hidup dalam kemiskinan.
"Kami tinggal berempat di gubuk ini, sambil mengurus Yadi," kata Nadi sambil menyuapi Yadi dengan nasi bubur campur garam.
Masih dikatakan Nadi, untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga dia hanya mengandalkan penghasilan dari upah buruh serabutan dan belas kasihan orang lain.
"Bukan kami tidak mau mengobati anak kami, untuk kebutuhan hidup layak pun kami tak mampu, mungkin sepantasnya yang miskin jangan sakit karena tak ada biaya untuk berobat," tambah Nadi sambil berlinang air matanya.
Sementara Yayah mengatakan, Yadi mengalami lumpuh sejak usia satu tahun, saat ini kondisi terbaring di atas tikar sudah hampir 19 tahun.
"Kami tidak tahu penyakit apa yang diderita Yadi, hanya saja orang lain bilang kondisi ini dampak dari penyakit epilepsi karena Yadi sering mengalami kejang waktu kecil," kata Yayah.
Keseharian Yadi hanya terbaring di atas ranjang bambu beralaskan tikar dan kain yang lusuh dimakan usia dalam kamar sempit tanpa sekat yang menyatu dengan dapur.
Rumahnya tidak layak huni berdinding bambu tanpa ventilasi ini tidak pernah terdata oleh Pemerintah setempat untuk mendapatkan program pengentasan Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu) program Pemerintah.
"Kami orang miskin Pak dan tidak mengetahui program Pemerintah, apalagi mengurus persyaratan," keluh Yayah dengan nada rendah.
Namun meski kondisi seperti itu, Nadi dan Yayah masih semangat untuk mengurus Yadi dan Ayu adik Yadi dengan harapan nasib ekonominya berubah.
Yadi merupakan anak pertama dari pasangan suami istri (pasutri) Nadi (49), dan Yayah, (40) yang secara ekonomi hidup dalam kemiskinan.
"Kami tinggal berempat di gubuk ini, sambil mengurus Yadi," kata Nadi sambil menyuapi Yadi dengan nasi bubur campur garam.
Masih dikatakan Nadi, untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga dia hanya mengandalkan penghasilan dari upah buruh serabutan dan belas kasihan orang lain.
"Bukan kami tidak mau mengobati anak kami, untuk kebutuhan hidup layak pun kami tak mampu, mungkin sepantasnya yang miskin jangan sakit karena tak ada biaya untuk berobat," tambah Nadi sambil berlinang air matanya.
Sementara Yayah mengatakan, Yadi mengalami lumpuh sejak usia satu tahun, saat ini kondisi terbaring di atas tikar sudah hampir 19 tahun.
"Kami tidak tahu penyakit apa yang diderita Yadi, hanya saja orang lain bilang kondisi ini dampak dari penyakit epilepsi karena Yadi sering mengalami kejang waktu kecil," kata Yayah.
Keseharian Yadi hanya terbaring di atas ranjang bambu beralaskan tikar dan kain yang lusuh dimakan usia dalam kamar sempit tanpa sekat yang menyatu dengan dapur.
Rumahnya tidak layak huni berdinding bambu tanpa ventilasi ini tidak pernah terdata oleh Pemerintah setempat untuk mendapatkan program pengentasan Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu) program Pemerintah.
"Kami orang miskin Pak dan tidak mengetahui program Pemerintah, apalagi mengurus persyaratan," keluh Yayah dengan nada rendah.
Namun meski kondisi seperti itu, Nadi dan Yayah masih semangat untuk mengurus Yadi dan Ayu adik Yadi dengan harapan nasib ekonominya berubah.
(nag)