Melihat Ritual Pemindahan Tombak Pusaka di Wajo

Senin, 11 Januari 2016 - 11:55 WIB
Melihat Ritual Pemindahan Tombak Pusaka di Wajo
Melihat Ritual Pemindahan Tombak Pusaka di Wajo
A A A
SENGKANG - Warga Desa Akkotengeng, Kecamatan Sajoanging, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, menggelar ritual pemindahan pusaka. Pemindahan pusaka berupa tombak itu sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur serta upaya melestarikan budaya bangsa.

Kegiatan ritual tahunan ini belangsung meriah dengan tabuhan gendang, tarian, serta penganan khusus penunjang kelengkapan ritual.

Suara tabuh gendang mengiringi langkah puluhan warga desa menuju rumah tetua adat. Mereka membawa kain merah berisikan tombak pusaka.

Saat tiba di rumah tetua adat, warga disambut dengan Tari Paduppa serta Tari Kipas. Hal itu juga menjadi awal ritual dalam menyambut tombak pusaka milik Datu Akkotengeng itu.

Melihat Ritual Pemindahan Tombak Pusaka di Wajo


Kemudian, iring iringan warga pengantar tombak pusaka melangkah menuju rumah tetua adat. Mereka disambut taburan beras dari sang inang.

Tombak pusaka kemudian diserahkan kepada tetua adat dengan ritual sederhana. Sementara, saat penyerahan pusaka di lantai rumah terlihat sesepuh adat atau yang dikenal dengan nama Sanro memulai ritual dengan membaca doa.

Menurut keterangan warga serta tetua adat, tombak pusaka itu dinamakan Tombak Janggore milik Petta Lawa Lawae. Tombak itu kemudian diangkat menuju loteng, tempat pusaka tersebut akan ditempatkan satu tahun ke depan.

Bagi warga, Tombak Janggore merupakan tombak pusaka yang mereka yakini sebagai tombak penguasa di daerah tersebut. Kelebihan tombak itu, akan bergetar serta keluar dari warangkanya beberapa sentimeter ketika ada bencana yang akan datang ke daerah tersebut.

"Sementara, tarian penyambutan sebagai ungkapan sambut tamu. Makanan beras ketan empat warna menandakan sebagai wujud air, api, tanah, dan angin sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan. Unsur tersebut ada di alam ini," kata Asri Kasim, tetua adat, Senin (11/1/2016).

Meskipun ritualnya sederhana, bagi warga Akkotengeng, hal itu sangat berharga. Mereka terus melakukan ritual ini sebagai wujud melestarikan budaya bangsa serta budaya daerah yang makin terkikis oleh perkembangan zaman.

PILIHAN:
Nama Kabupaten Ciamis Berubah Menjadi Kabupaten Galuh?
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5387 seconds (0.1#10.140)