Karyawati Dibunuh Germo usai Jual Keperawanan
A
A
A
SIDOARJO - Pembunuhan terhadap Octavian Ratna Poetri (29) yang ditemukan tewas telanjang di Kamar 216 Sun Hotel Sidoarjo, 5 Desember 2015 lalu terungkap. Polres Sidoarjo berhasil menangkap pelakunya, Ebren Hezar Kasihu (26) warga Jalan Anggrek 71, Desa Kureksari, Kecamatan Waru, Jumat (8/1/2016).
Tersangka merupakan penjaga salah satu warnet di kawasan Waru. Dia ditangkap Satuan Reskrim Polres Sidoarjo dikediamannya tanpa perlawanan.
Cukup sulit untuk membongkar kasus ini, bahkan lebih dari sebulan polisi baru menemukan titik terang dengan menelusuri jejak akun Facebook (FB) korban Octavian atau akrab disapa Tita.
“Kita mencurigai percakapan korban dengan pelaku yang mempunyai akun FB Germo Surabaya,” ujar Kapolres Sidoarjo AKBP Anwar Nasir.
Dengan akun FB Germo Surabaya, Ebren berpura-pura sebagai germo yang menampung pekerja seks komersial (PSK). Dia bahkan, bisa mencarikan pelanggan bagi penjaja seks yang dibinanya melalui dunia maya melalui akun FB-nya.
Octavian yang sering chating dengan FB Germo Surabaya kemudian menawarkan keperawanannya kepada pelaku seharga Rp20 juta. Pelaku kemudian menyepakati tawaran korban dan akhirnya ditentukan hari dan tanggal chek in.
Mereka kemudian bersepakat untuk chek in di Sun Hotel 4 Desember 2015 malam. Sedangkan yang memboking hotel adalah si korban sendiri dan malam itu pelaku datang ke kamar 216 Sun Hotel yang di dalamnya sudah ada korban.
Usai berkencan, pelaku ternyata mengingkari kesepakatan dan hanya membayar Rp200 ribu setelah merenggut keperawanan korban. Padahal, saat bersepakat melalui faceebok dia sepakat untuk membayar Rp20 juta.
Kontan saja korban marah, namun pelaku mencoba menenangkan karyawati pabrik sepatu Ecco ini dengan cara merayunya. Bahkan, pelaku dengan memeluk dari belakang tubuh korban yang posisinya miring terus melancarkan rayuan.
Korban yang awalnya minta dibayar Rp20 juta untuk harga “keperawanannya” kemudian menurunkan tarifnya menjadi Rp5 juta.
Namun, pelaku masih tidak mau menerima tawaran korban, bahkan korban sampai minta agar pembayaran Rp5 juta itu diangsur tiap bulan Rp500 ribu.
Pelaku yang sudah melampiaskan nafsunya ini tetap tidak mau. Dia kemudian menawarkan akan mengangsur pembayaran Rp5 juta itu tiap bulan Rp100 ribu. Tawaran pelaku ini membuat korban bertambah marah dan mengancam akan melaporkan masalah ini (penipuan) ke polisi.
Meski menolak untuk membayar sesuai permintaan korban, pelaku masih tetap saja memeluk gadis yang pernah kuliah di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) ini.
Pelaku yang panik dan takut akan dilaporkan polisi, perlahan-lahan mengencangkan pelukan tangan kanannya yang melingkari leher korban.
Pelaku selanjutnya mencekik korban dengan sekuat tenaga sampai gadis asal Dusun Kluwih, Desa Kebonagung, Kecamatan Porong ini tak bergerak.
"Untuk memastikan apakah korban sudah tewas, mulut korban disumpali kain seprai. Setelah yakin korban tewas, tersangka meninggalkan hotel,” ujar Anwar Nasir.
Untuk menghilangkan jejak, pelaku juga mengambil barang-barang korban. Bahkan, sepertinya pelaku juga sudah merancang aksinya untuk bisa berkencan dengan korban agar tidak mudah dideteksi. Sebab, saat masuk kamar hotel malam hari dan memakai jaket hitam dan topi.
Tersangka merupakan penjaga salah satu warnet di kawasan Waru. Dia ditangkap Satuan Reskrim Polres Sidoarjo dikediamannya tanpa perlawanan.
Cukup sulit untuk membongkar kasus ini, bahkan lebih dari sebulan polisi baru menemukan titik terang dengan menelusuri jejak akun Facebook (FB) korban Octavian atau akrab disapa Tita.
“Kita mencurigai percakapan korban dengan pelaku yang mempunyai akun FB Germo Surabaya,” ujar Kapolres Sidoarjo AKBP Anwar Nasir.
Dengan akun FB Germo Surabaya, Ebren berpura-pura sebagai germo yang menampung pekerja seks komersial (PSK). Dia bahkan, bisa mencarikan pelanggan bagi penjaja seks yang dibinanya melalui dunia maya melalui akun FB-nya.
Octavian yang sering chating dengan FB Germo Surabaya kemudian menawarkan keperawanannya kepada pelaku seharga Rp20 juta. Pelaku kemudian menyepakati tawaran korban dan akhirnya ditentukan hari dan tanggal chek in.
Mereka kemudian bersepakat untuk chek in di Sun Hotel 4 Desember 2015 malam. Sedangkan yang memboking hotel adalah si korban sendiri dan malam itu pelaku datang ke kamar 216 Sun Hotel yang di dalamnya sudah ada korban.
Usai berkencan, pelaku ternyata mengingkari kesepakatan dan hanya membayar Rp200 ribu setelah merenggut keperawanan korban. Padahal, saat bersepakat melalui faceebok dia sepakat untuk membayar Rp20 juta.
Kontan saja korban marah, namun pelaku mencoba menenangkan karyawati pabrik sepatu Ecco ini dengan cara merayunya. Bahkan, pelaku dengan memeluk dari belakang tubuh korban yang posisinya miring terus melancarkan rayuan.
Korban yang awalnya minta dibayar Rp20 juta untuk harga “keperawanannya” kemudian menurunkan tarifnya menjadi Rp5 juta.
Namun, pelaku masih tidak mau menerima tawaran korban, bahkan korban sampai minta agar pembayaran Rp5 juta itu diangsur tiap bulan Rp500 ribu.
Pelaku yang sudah melampiaskan nafsunya ini tetap tidak mau. Dia kemudian menawarkan akan mengangsur pembayaran Rp5 juta itu tiap bulan Rp100 ribu. Tawaran pelaku ini membuat korban bertambah marah dan mengancam akan melaporkan masalah ini (penipuan) ke polisi.
Meski menolak untuk membayar sesuai permintaan korban, pelaku masih tetap saja memeluk gadis yang pernah kuliah di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) ini.
Pelaku yang panik dan takut akan dilaporkan polisi, perlahan-lahan mengencangkan pelukan tangan kanannya yang melingkari leher korban.
Pelaku selanjutnya mencekik korban dengan sekuat tenaga sampai gadis asal Dusun Kluwih, Desa Kebonagung, Kecamatan Porong ini tak bergerak.
"Untuk memastikan apakah korban sudah tewas, mulut korban disumpali kain seprai. Setelah yakin korban tewas, tersangka meninggalkan hotel,” ujar Anwar Nasir.
Untuk menghilangkan jejak, pelaku juga mengambil barang-barang korban. Bahkan, sepertinya pelaku juga sudah merancang aksinya untuk bisa berkencan dengan korban agar tidak mudah dideteksi. Sebab, saat masuk kamar hotel malam hari dan memakai jaket hitam dan topi.
(sms)