Listrik di Lereng Bromo Padam 20 Jam
A
A
A
PROBOLINGGO - Dampak tingginya intensitas semburan abu vulkanik Gunung Bromo semakin dirasakan warga Suku Tengger di Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo. Selain menimbun lahan pertanian dan permukiman, abu vulkanik Gunung Bromo juga mengakibatkan padamnya listrik.
Pemadaman listrik selama 20 jam ini karena sejumlah gardu trafo tertimbun abu vulkanik sejak Senin (28/12/2015) pagi. Abu vulkanik yang tersiram air hujan ini menjadi penghantar arus listrik dan dikhawatirkan terjadi ledakan pada gardu trafo.
"Aliran listrik padam sejak Senin sore. Lebih dari 20 jam listrik mati. Semalam gelap gulita di lereng Bromo," kata Jumadi, seorang warga Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Selasa (29/12/2015).
Menurutnya, guyuran abu vulkanik sejak Senin pagi memang cukup deras di kawasan pintu masuk lautan pasir Gunung Bromo di Cemoro Lawang.
Timbunan abu yang mencapai ketebalan 1 cm ini semakin lengket setelah hujan turun pada sore hari. "Timbunan abu yang bercampur air hujan ini menjadi lengket dan sulit dibersihkan. Tetapi jika dibiarkan justru membahayakan bangunan rumah. Genteng bisa ambruk karena tidak tahan menahan bebannya," tandas Jumadi.
Guna mengantisipasi terjadinya korsleting arus listrik, petugas PLN Probolinggo melakukan pembersihan delapan gardu trafo yang terdapat pada kawasan lereng Gunung Bromo.
Pembersihan gardu trafo ini dilakukan dengan cara manual agar abu yang menempel pada elemen listrik.
"Aliran listrik terpaksa harus dipadamkan jika abu vulkanik yang menempel cukup tebal. Abu vulkanik yang basah karena air hujan ini bisa menjadi penghantar arus lisrik dan bisa mengakibatkan korsleting," kata Kidi Hartono, petugas Pelayanan Teknik PLN Probolinggo.
Menurutnya, keterlambatan dalam memadamkan aliran listrik pada kawasan gardu trafo yang tertimbun abu vulkanik bisa mengakibatkan kerusakan fatal. Gardu trafo ini bisa meledak karena terjadi hubungan arus pendek. Hal ini pernah terjadi pada erupsi Gunung Bromo pada tahun 2010.
"Jika tidak segera dipadamkan, gardu trafo bisa meledak. Pembenahan gardu trafo ini tentu akan memakan waktu lebih lama dan biaya yang mahal," tandasnya.
Pemadaman listrik selama 20 jam ini karena sejumlah gardu trafo tertimbun abu vulkanik sejak Senin (28/12/2015) pagi. Abu vulkanik yang tersiram air hujan ini menjadi penghantar arus listrik dan dikhawatirkan terjadi ledakan pada gardu trafo.
"Aliran listrik padam sejak Senin sore. Lebih dari 20 jam listrik mati. Semalam gelap gulita di lereng Bromo," kata Jumadi, seorang warga Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Selasa (29/12/2015).
Menurutnya, guyuran abu vulkanik sejak Senin pagi memang cukup deras di kawasan pintu masuk lautan pasir Gunung Bromo di Cemoro Lawang.
Timbunan abu yang mencapai ketebalan 1 cm ini semakin lengket setelah hujan turun pada sore hari. "Timbunan abu yang bercampur air hujan ini menjadi lengket dan sulit dibersihkan. Tetapi jika dibiarkan justru membahayakan bangunan rumah. Genteng bisa ambruk karena tidak tahan menahan bebannya," tandas Jumadi.
Guna mengantisipasi terjadinya korsleting arus listrik, petugas PLN Probolinggo melakukan pembersihan delapan gardu trafo yang terdapat pada kawasan lereng Gunung Bromo.
Pembersihan gardu trafo ini dilakukan dengan cara manual agar abu yang menempel pada elemen listrik.
"Aliran listrik terpaksa harus dipadamkan jika abu vulkanik yang menempel cukup tebal. Abu vulkanik yang basah karena air hujan ini bisa menjadi penghantar arus lisrik dan bisa mengakibatkan korsleting," kata Kidi Hartono, petugas Pelayanan Teknik PLN Probolinggo.
Menurutnya, keterlambatan dalam memadamkan aliran listrik pada kawasan gardu trafo yang tertimbun abu vulkanik bisa mengakibatkan kerusakan fatal. Gardu trafo ini bisa meledak karena terjadi hubungan arus pendek. Hal ini pernah terjadi pada erupsi Gunung Bromo pada tahun 2010.
"Jika tidak segera dipadamkan, gardu trafo bisa meledak. Pembenahan gardu trafo ini tentu akan memakan waktu lebih lama dan biaya yang mahal," tandasnya.
(zik)