Reklamasi Makin Perlebar Kesenjangan
A
A
A
BALI - Ribuan kader Partai Perindo Bali memadati Balai Budaya Kabupaten Klungkung dalam pelantikan 32 Dewan Pimpinan Cabang (DPC) se-Provinsi Bali.
Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo (HT) tampak bersahaja mengenakan pakaian adat ringan dalam kesempatan tersebut. Kader-kader yang hadir menyambutnya dengan teriakan Partai Perindo, Untuk Indonesia Sejahtera.
Dalam sambutannya, HT mengatakan, Partai Perindo ingin membangun partai yang solid, mengakar ke bawah, lebih dekat dengan masyarakat. Tentunya harus didukung dengan SDM yang paham perjuangan partai dan mau melakukannya.
"Saya yakin dengan turunnya DPP melantik sendiri memberikan satu perspektif yang positif meningkatkan percaya diri, dan meyakinkan seluruh kader dan masyarakat bahwa kami memang betul-betul serius untuk berbuat sesuatu yang baik bagi Indonesia," tegasnya di Bali, Rabu 23 Desember 2015.
Dia mengatakan, banyak masalah yang membelit Indonesia dan harus diatasi. Salah satunya, ketimpangan kesejahteraan yang melebar dari waktu ke waktu. "Daerah tertentu kaya, daerah tertentu miskin," ungkapnya.
Di Bali, HT mencontohkan, pembangunan pariwisata terpusat di daerah selatan. Sementara di kawasan utara jauh tertinggal. "Jadi buat apa reklamasi? Bangunlah di tempat-tempat yang kosong. Jadi kalau mengembangkan infrastruktur di Bali, kembangkan di daerah utara. Itu otomatis akan menambah turis," tegasnya.
Dia mengatakan reklamasi hanya memikirkan keuntungan pengembang semata. "Indonesia ini luas, kita bukan Singapura, bukan Dubai, reklamasi nggak dibutuhkan. Justru daerah yang belum terbangun harus terbangun. Kalau kita konsentrasikan ke daerah yang sudah terbangun melalui reklamasi, nanti jadi terlalu padat di situ,bisa banjir, macet, di samping juga ketimpangan sosial kesejahteraan makin lebar," tutur HT.
Pria asal Jawa Timur tersebut tidak setuju dengan rencana reklamasi. Baik di Bali maupun rencana reklamasi di daerah lain seperti di Jakarta. Selama ini rencana reklamasi, kata dia, seringkalai dikonstruksikan dengan alasan bisa membuat lebih bagus, seperti di Singapura maupun Dubai. Namun hal tersebut menurutnya salah, Singapura melakukan reklamasi karena luas wilayahnya kecil. Sedangkan Indonesia memiliki wilayah besar yang seharusnya bisa dibangun.
Reklamasi, kata dia tidak akan menambah wisatawan di Bali. Sebab lokasi yang dikembangkan hanya disitu-situ saja. Justru, seharusnya yang dikembangkan adalah kawasan Utara Bali dengan demikian wisatawan bisa bertambah. Bisa 3 juta, 3,5 juta atau 4 juta tambahan wisatawan. Jika rata-rata turis menghabiskan sekitar US$ 1000 saat mereka datang ke Bali, maka bila ada penambahan 3 juta wisatawan, kurang lebih tambahan pendapatan yang masuk sekitar US$ 3 miliar atau Rp40 triliun.
Tak hanya bagian selatan, Bali bagian utara memiliki potensi wisata yang seharusnya bisa meningkatkan perekonomian masyarakat setempat dan Bali secara keseluruhan. Tetapi minimnya pembangunan infrastruktur menyebabkan potensi itu tidak tergarap maksimal.
"Bali ini banyak yang musti diperbaiki. Infrastruktur yang dibangun harusnya mengarah ke sana supaya turis semakin banyak dan menambah pendapatan bagi Bali. Jangan selalu di Selatan, padat, macet. Makanya, reklamasi seharusnya jangan dilakukan," tegas HT.
Masyarakat utara akan terbantu ekonominya, kesenjangan sosial juga akan makin mengecil. "Di Bali itu kesenjangan sosialnya lebar, di selatan kaya-kaya, di utara miskin-miskin. Jadi kesenjangan sosial akan mengecil dan ekonominya disana jadi lebih baik, turisnya juga akan meningkat," ungkapnya.
Secara keseluruhan pariwisata Indonesia, kata HT sangatlah kecil dibanding negara negara tetangga. "Kunjungan wisatawan ke Indonesia 9 juta wisatawan itu kecil sekali. Bandingkan dengan Singapura 16 juta, Malaysia 25-26 juta wisatawan," kata dia
Padahal tanah air punya luas wilayah yang sangat besar. Seperti Sumatra Utara, Sulawesi Utara, Lombok. "Lombok itu tidak terbangun sama sekali, meskipun pantainya bagus-bagus, kita punya Maluku itu kan indah juga, Jakarta, Jawa Tengah kita harus kembangkan semua," ungkapnya.
Indonesia harus bangun suatu kekuatan tanpa mengorbankan kultur budaya, adat dan sebagainya. Dia melanjutkan tetap hormati adat-budaya. Indonesia membangun yang berkelanjutan.
Ketua DPW Partai Perindo Bali I Wayan Sukla Arnata mengungkapkan, pihaknya terus melakukan kegiatan dan program untuk membangun masyarakat Bali. Di bidang pendidikan misalnya, Partai Perindo Bali akan membangun 57 taman kanak-kanak di provinsi tersebut.
"Tahun 2018 kita akan bangun 57 taman kanak-kanak. Dan kami telah menyiapkan pelatihan-pelatihan kerja untuk masyarakat Bali yang membutuhkan," terangnya.
Agar semakin dekat dan tahu kebutuhan masyarakat, lanjut Sukla Arnata, Partai Perindo terus membangun struktur hingga paling bawah. Konsolidasi pun terus dilakukan agar kader tahu apa yang diperjuangkan partai, dan bagaimana memperjuangkannya.
"Kepada pengurus 32 DPC yang dilantik, laksanakan lah konsolidasi sampai ke tingkat desa," pungkasnya
Kegiatan di Bali
Di Bali, HT melakukan serangkaian kegiatan lainnya. Dia dan jajaran pengurus DPP Partai Perindo mengawali kegiatan di Pulau Dewata dengan bersilaturahmi ke kantor Bali Post Group. Kepada pimpinan grup media Bali Post Group Abg. Satria Naradha, Pemred Bali Post Wirata dan jajaran redaksi Bali Post Group dia menjelaskan dan berdialog tentang visi, misi dan garis perjuangan Partai Perindo.
Dia menjelaskan Partai Perindo berjuang untuk mewujudkan tujuan berbangsa dan bernegara yang hingga saat ini belum tercapai yaitu adil dan makmur. Dalam hal kesejahteraan, masyarakat menengah ke bawah harus tumbuh lebih cepat dari masyarakat menengah ke atas. Sehingga masyarakat menengah ke atas semakin banyak jumlahnya, dan mereka bisa ikut menjadi penggerak ekonomi. Di sisi lain, kesenjangan sosial menyempit dan pada akhirnya Indonesia bisa cepat menjadi negara maju.
Selain itu HT bersilaturahmi ke Puri Agung Nyalian dan Puri Agung Klungkung. Di Puri Agung Nyalian, HT dan rombongan diterima Anak Agung Gede Marta. Sementara di Puri Agung Klungkung, mereka disambut langsung oleh Raja Ida Dalem Semara Putra. Dialog akrab HT dengan tokoh-tokoh Bali tersebut terasa hangat. Ditemani jajanan sederhana khas Bali mereka membicarakan kondisi bangsa yang semerawut dan bagaimana mengubahnya.
Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo (HT) tampak bersahaja mengenakan pakaian adat ringan dalam kesempatan tersebut. Kader-kader yang hadir menyambutnya dengan teriakan Partai Perindo, Untuk Indonesia Sejahtera.
Dalam sambutannya, HT mengatakan, Partai Perindo ingin membangun partai yang solid, mengakar ke bawah, lebih dekat dengan masyarakat. Tentunya harus didukung dengan SDM yang paham perjuangan partai dan mau melakukannya.
"Saya yakin dengan turunnya DPP melantik sendiri memberikan satu perspektif yang positif meningkatkan percaya diri, dan meyakinkan seluruh kader dan masyarakat bahwa kami memang betul-betul serius untuk berbuat sesuatu yang baik bagi Indonesia," tegasnya di Bali, Rabu 23 Desember 2015.
Dia mengatakan, banyak masalah yang membelit Indonesia dan harus diatasi. Salah satunya, ketimpangan kesejahteraan yang melebar dari waktu ke waktu. "Daerah tertentu kaya, daerah tertentu miskin," ungkapnya.
Di Bali, HT mencontohkan, pembangunan pariwisata terpusat di daerah selatan. Sementara di kawasan utara jauh tertinggal. "Jadi buat apa reklamasi? Bangunlah di tempat-tempat yang kosong. Jadi kalau mengembangkan infrastruktur di Bali, kembangkan di daerah utara. Itu otomatis akan menambah turis," tegasnya.
Dia mengatakan reklamasi hanya memikirkan keuntungan pengembang semata. "Indonesia ini luas, kita bukan Singapura, bukan Dubai, reklamasi nggak dibutuhkan. Justru daerah yang belum terbangun harus terbangun. Kalau kita konsentrasikan ke daerah yang sudah terbangun melalui reklamasi, nanti jadi terlalu padat di situ,bisa banjir, macet, di samping juga ketimpangan sosial kesejahteraan makin lebar," tutur HT.
Pria asal Jawa Timur tersebut tidak setuju dengan rencana reklamasi. Baik di Bali maupun rencana reklamasi di daerah lain seperti di Jakarta. Selama ini rencana reklamasi, kata dia, seringkalai dikonstruksikan dengan alasan bisa membuat lebih bagus, seperti di Singapura maupun Dubai. Namun hal tersebut menurutnya salah, Singapura melakukan reklamasi karena luas wilayahnya kecil. Sedangkan Indonesia memiliki wilayah besar yang seharusnya bisa dibangun.
Reklamasi, kata dia tidak akan menambah wisatawan di Bali. Sebab lokasi yang dikembangkan hanya disitu-situ saja. Justru, seharusnya yang dikembangkan adalah kawasan Utara Bali dengan demikian wisatawan bisa bertambah. Bisa 3 juta, 3,5 juta atau 4 juta tambahan wisatawan. Jika rata-rata turis menghabiskan sekitar US$ 1000 saat mereka datang ke Bali, maka bila ada penambahan 3 juta wisatawan, kurang lebih tambahan pendapatan yang masuk sekitar US$ 3 miliar atau Rp40 triliun.
Tak hanya bagian selatan, Bali bagian utara memiliki potensi wisata yang seharusnya bisa meningkatkan perekonomian masyarakat setempat dan Bali secara keseluruhan. Tetapi minimnya pembangunan infrastruktur menyebabkan potensi itu tidak tergarap maksimal.
"Bali ini banyak yang musti diperbaiki. Infrastruktur yang dibangun harusnya mengarah ke sana supaya turis semakin banyak dan menambah pendapatan bagi Bali. Jangan selalu di Selatan, padat, macet. Makanya, reklamasi seharusnya jangan dilakukan," tegas HT.
Masyarakat utara akan terbantu ekonominya, kesenjangan sosial juga akan makin mengecil. "Di Bali itu kesenjangan sosialnya lebar, di selatan kaya-kaya, di utara miskin-miskin. Jadi kesenjangan sosial akan mengecil dan ekonominya disana jadi lebih baik, turisnya juga akan meningkat," ungkapnya.
Secara keseluruhan pariwisata Indonesia, kata HT sangatlah kecil dibanding negara negara tetangga. "Kunjungan wisatawan ke Indonesia 9 juta wisatawan itu kecil sekali. Bandingkan dengan Singapura 16 juta, Malaysia 25-26 juta wisatawan," kata dia
Padahal tanah air punya luas wilayah yang sangat besar. Seperti Sumatra Utara, Sulawesi Utara, Lombok. "Lombok itu tidak terbangun sama sekali, meskipun pantainya bagus-bagus, kita punya Maluku itu kan indah juga, Jakarta, Jawa Tengah kita harus kembangkan semua," ungkapnya.
Indonesia harus bangun suatu kekuatan tanpa mengorbankan kultur budaya, adat dan sebagainya. Dia melanjutkan tetap hormati adat-budaya. Indonesia membangun yang berkelanjutan.
Ketua DPW Partai Perindo Bali I Wayan Sukla Arnata mengungkapkan, pihaknya terus melakukan kegiatan dan program untuk membangun masyarakat Bali. Di bidang pendidikan misalnya, Partai Perindo Bali akan membangun 57 taman kanak-kanak di provinsi tersebut.
"Tahun 2018 kita akan bangun 57 taman kanak-kanak. Dan kami telah menyiapkan pelatihan-pelatihan kerja untuk masyarakat Bali yang membutuhkan," terangnya.
Agar semakin dekat dan tahu kebutuhan masyarakat, lanjut Sukla Arnata, Partai Perindo terus membangun struktur hingga paling bawah. Konsolidasi pun terus dilakukan agar kader tahu apa yang diperjuangkan partai, dan bagaimana memperjuangkannya.
"Kepada pengurus 32 DPC yang dilantik, laksanakan lah konsolidasi sampai ke tingkat desa," pungkasnya
Kegiatan di Bali
Di Bali, HT melakukan serangkaian kegiatan lainnya. Dia dan jajaran pengurus DPP Partai Perindo mengawali kegiatan di Pulau Dewata dengan bersilaturahmi ke kantor Bali Post Group. Kepada pimpinan grup media Bali Post Group Abg. Satria Naradha, Pemred Bali Post Wirata dan jajaran redaksi Bali Post Group dia menjelaskan dan berdialog tentang visi, misi dan garis perjuangan Partai Perindo.
Dia menjelaskan Partai Perindo berjuang untuk mewujudkan tujuan berbangsa dan bernegara yang hingga saat ini belum tercapai yaitu adil dan makmur. Dalam hal kesejahteraan, masyarakat menengah ke bawah harus tumbuh lebih cepat dari masyarakat menengah ke atas. Sehingga masyarakat menengah ke atas semakin banyak jumlahnya, dan mereka bisa ikut menjadi penggerak ekonomi. Di sisi lain, kesenjangan sosial menyempit dan pada akhirnya Indonesia bisa cepat menjadi negara maju.
Selain itu HT bersilaturahmi ke Puri Agung Nyalian dan Puri Agung Klungkung. Di Puri Agung Nyalian, HT dan rombongan diterima Anak Agung Gede Marta. Sementara di Puri Agung Klungkung, mereka disambut langsung oleh Raja Ida Dalem Semara Putra. Dialog akrab HT dengan tokoh-tokoh Bali tersebut terasa hangat. Ditemani jajanan sederhana khas Bali mereka membicarakan kondisi bangsa yang semerawut dan bagaimana mengubahnya.
(mhd)