Tebing Bangunan di Daerah Terlarang Longsor
A
A
A
BANTUL - Sebuah tebing di bukit Hargodumilah, tepatnya di perbatasan antara Kabupaten Bantul dengan Gunungkidul longsor.
Tebing buatan yang memang dikemas sebagai pondasi calon bangunan baru ini berada di atas Jalan Yogya-Wonosari ini longsor, Minggu 13 Desember 2015 dini hari. Padahal kawasan tersebut merupakan zona merah bahaya longsor.
Warti (69), warga setempat mengungkapkan, tebing setinggi sekitar 2 meter tersebut belum lama dibuat talud.
Namun karena guyuran hujan dengan intensitas cukup tinggi yang terjadi sejak Sabtu 12 Desember 2015 siang, talud tebing tersebut longsor sehari kemudian. Material longsor sempat menutup setengah badan jalan.
"Untungnya masih pagi, jadi tidak mengganggu arus lalu lintas. Dan pemilik bangunan langsung berusaha menyingkirkannya," terangnya.
Warga sebenarnya mengetahui jika kawasan tersebut termasuk rawan longsor, namun ternyata banyak yang mendirikan bangunan dengan berbagai tipe.
Tak hanya di atas Jalan Yogya-Wonosari, warga juga banyak mendirikan bangunan di tebing-tebing yang sebenarnya sangat rawan longsor.
Pembangunan tersebut semakin masif mengingat jumlah pengunjung Bukit Hargodumilah atau yang terkenal dengan sebutan Bukit Bintang semakin banyak.
Bukit Bintang selama ini memang dikenal sebagai salah satu lokasi wisata yang berada di Jalan Yogya-Wonosari tepatnya di Dusun Plesetan, Desa Srimulyo, Kecamatan Piyungan.
Hampir setiap saat banyak pelintas jalan tersebut yang mampir ke kawasan Bukit Bintang ini untuk sekedar menikmati pemandangan Kota Yogyakarta dari atas bukit.
"Sekarang ramai sekali. Padahal dulu masih hutan, hanya ada satu dua rumah. Sekarang sudah belasan rumah di sini," terangnya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul Dwi Daryanto mengatakan, dari pengamatannya, banyak wilayah di kawasan Bukit Bintang tersebut menyalahi peruntukkannya.
Bahkan desain bangunan tidak sesuai dengan bangunan yang berada di daerah rawan bencana tanah longsor.
"Sementara kondisi jalan, dipastikan lama-kelamaan dipastikan akan terpengaruh dengan ribuan kendaraan tonase besar yang melintas di atasnya," katanya.
Dwi menambahkan, pihaknya sudah berkali-kali memperingatkan kepada para pengguna kawasan tersebut.
Namun sampai sekarang belum pernah digubris dan bangunan-bangunan baru terus mengalami penambahan. Dan untuk itu, Dwi mengaku akan segera melakukan koordinasi lintas instansi. "Yang kami khawatirkan kalau hujan itu lho," paparnya.
Sementara untuk kondisi jalan sebenarnya bukan wilayah kerjanya, hanya saja ia mengakui jika kawasan Bukit Bintang merupakan wilayah rawan longsor.
Karena sebagian perbukitan Piyungan merupakan wilayah rawan longsor, termasuk kawasan Bukit Bintang.
"Di sana tanahnya labil. Unsur tanahnya sebagian merupakan lempung, sehingga tidak terlalu kuat, terlebih ketika hujan turun," pungkasnya.
Tebing buatan yang memang dikemas sebagai pondasi calon bangunan baru ini berada di atas Jalan Yogya-Wonosari ini longsor, Minggu 13 Desember 2015 dini hari. Padahal kawasan tersebut merupakan zona merah bahaya longsor.
Warti (69), warga setempat mengungkapkan, tebing setinggi sekitar 2 meter tersebut belum lama dibuat talud.
Namun karena guyuran hujan dengan intensitas cukup tinggi yang terjadi sejak Sabtu 12 Desember 2015 siang, talud tebing tersebut longsor sehari kemudian. Material longsor sempat menutup setengah badan jalan.
"Untungnya masih pagi, jadi tidak mengganggu arus lalu lintas. Dan pemilik bangunan langsung berusaha menyingkirkannya," terangnya.
Warga sebenarnya mengetahui jika kawasan tersebut termasuk rawan longsor, namun ternyata banyak yang mendirikan bangunan dengan berbagai tipe.
Tak hanya di atas Jalan Yogya-Wonosari, warga juga banyak mendirikan bangunan di tebing-tebing yang sebenarnya sangat rawan longsor.
Pembangunan tersebut semakin masif mengingat jumlah pengunjung Bukit Hargodumilah atau yang terkenal dengan sebutan Bukit Bintang semakin banyak.
Bukit Bintang selama ini memang dikenal sebagai salah satu lokasi wisata yang berada di Jalan Yogya-Wonosari tepatnya di Dusun Plesetan, Desa Srimulyo, Kecamatan Piyungan.
Hampir setiap saat banyak pelintas jalan tersebut yang mampir ke kawasan Bukit Bintang ini untuk sekedar menikmati pemandangan Kota Yogyakarta dari atas bukit.
"Sekarang ramai sekali. Padahal dulu masih hutan, hanya ada satu dua rumah. Sekarang sudah belasan rumah di sini," terangnya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul Dwi Daryanto mengatakan, dari pengamatannya, banyak wilayah di kawasan Bukit Bintang tersebut menyalahi peruntukkannya.
Bahkan desain bangunan tidak sesuai dengan bangunan yang berada di daerah rawan bencana tanah longsor.
"Sementara kondisi jalan, dipastikan lama-kelamaan dipastikan akan terpengaruh dengan ribuan kendaraan tonase besar yang melintas di atasnya," katanya.
Dwi menambahkan, pihaknya sudah berkali-kali memperingatkan kepada para pengguna kawasan tersebut.
Namun sampai sekarang belum pernah digubris dan bangunan-bangunan baru terus mengalami penambahan. Dan untuk itu, Dwi mengaku akan segera melakukan koordinasi lintas instansi. "Yang kami khawatirkan kalau hujan itu lho," paparnya.
Sementara untuk kondisi jalan sebenarnya bukan wilayah kerjanya, hanya saja ia mengakui jika kawasan Bukit Bintang merupakan wilayah rawan longsor.
Karena sebagian perbukitan Piyungan merupakan wilayah rawan longsor, termasuk kawasan Bukit Bintang.
"Di sana tanahnya labil. Unsur tanahnya sebagian merupakan lempung, sehingga tidak terlalu kuat, terlebih ketika hujan turun," pungkasnya.
(nag)