Foto-Foto Rumah Tidak Layak Huni di Pangandaran
A
A
A
PANGANDARAN - Program rumah tidak layak huni yang gencar disosialisasikan pemerintah rupanya tidak menyentuh masyarakat miskin. Sampai saat ini, masih banyak masyarakat miskin yang belum menikmati program tersebut.
Khasan Basri (41), warga RT 01/18 Dusun Budiasih, Desa Cibenda, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran, adalah salah satu masyarakat miskin sudah puluhan tahun tinggal di gubuk berukuran 4x6 meter.
Gubuk yang hampir roboh dengan kondisi dinding bilik bambu sudah berlubang itu hingga kini belum pernah diperbaiki karena tidak adanya anggaran untuk perbaikan.
“Bila hujan turun, air masuk ke dalam rumah lewat lubang atap dan dinding yang terbuat dari bilik bambu,” kata Khasan, saat ditemui wartawan, Senin (30/11/2015).
Khasan bersama keluarga kerap kebingungan bila terjadi musim hujan karena mereka selalu dibayangi ketakutan gubug yang mereka jadikan tempat tinggal roboh.
“Kalau musim hujan seluruh isi rumah kami basah, terkadang istri dan anak saya numpang ke rumah tetangga,” tambah Khasan.
Agar keluarganya bisa bertahan di tempat tersebut, Khasan berupaya menyangga beberapa bagian tiang gubuk menggunakan bambu dan kayu seadanya. “Pemerintah desa setempat sudah beberapa kali melakukan pendataan, namun sampai belum juga terealisasi,” jelasnya.
Padahal, program rutilahu diperuntukan kepada masyarakat miskin untuk meningkatkan kesejahtraan rakyat dengan tujuan perbaikan rumah agar masyarakat mau membangun rumah yang layak huni.
Sementara itu, Kepala Bidang Perumahan dan Permukiman Dinas Pekerjaan Umum Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dispuhubkominfo) Kabupaten Pangandaran Ade Kuswaya belum bisa dikonfirmasi.
Khasan Basri (41), warga RT 01/18 Dusun Budiasih, Desa Cibenda, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran, adalah salah satu masyarakat miskin sudah puluhan tahun tinggal di gubuk berukuran 4x6 meter.
Gubuk yang hampir roboh dengan kondisi dinding bilik bambu sudah berlubang itu hingga kini belum pernah diperbaiki karena tidak adanya anggaran untuk perbaikan.
“Bila hujan turun, air masuk ke dalam rumah lewat lubang atap dan dinding yang terbuat dari bilik bambu,” kata Khasan, saat ditemui wartawan, Senin (30/11/2015).
Khasan bersama keluarga kerap kebingungan bila terjadi musim hujan karena mereka selalu dibayangi ketakutan gubug yang mereka jadikan tempat tinggal roboh.
“Kalau musim hujan seluruh isi rumah kami basah, terkadang istri dan anak saya numpang ke rumah tetangga,” tambah Khasan.
Agar keluarganya bisa bertahan di tempat tersebut, Khasan berupaya menyangga beberapa bagian tiang gubuk menggunakan bambu dan kayu seadanya. “Pemerintah desa setempat sudah beberapa kali melakukan pendataan, namun sampai belum juga terealisasi,” jelasnya.
Padahal, program rutilahu diperuntukan kepada masyarakat miskin untuk meningkatkan kesejahtraan rakyat dengan tujuan perbaikan rumah agar masyarakat mau membangun rumah yang layak huni.
Sementara itu, Kepala Bidang Perumahan dan Permukiman Dinas Pekerjaan Umum Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dispuhubkominfo) Kabupaten Pangandaran Ade Kuswaya belum bisa dikonfirmasi.
(san)