Angka Bunuh Diri di Gunungkidul Meningkat
A
A
A
GUNUNGKIDUL - Angka bunuh diri di Gunungkidul terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Berdasarkan data di Polres Gunungkidul, angka bunuh diri hingga bulan November ini mencapai 29 Kasus. Selain itu ada dua upaya percobaan bunuh diri.
Panit Humas Polres Gunungkidul Iptu Ngadino mengaku tidak bisa memprediksi penyebab pasti angka bunuh diri ini.
Hanya saja sebagian besar memang lantaran depresi akibat tekanan hidup. "Ada yang karena penyakit menahun, ada pula yang malu dan juga karena permintaan tidak dituruti," terangnya.
Dijelaskan, untuk tahun ini upaya bunuh diri tidak hanya dengan cara gantung diri saja. Namun ada yang dengan cara terjun ke sumur hingga masuk ke luweng ( gua vertikal).
"Kalau dibandingkan tahun lalu kelas meningkat banyak. Karena tahun lalu 19 kasus," ulasnya.
Dikatakan, upaya sosialisasi kepada warga untuk menekan bunuh diri terus dilakukan.
Polres juga menerjunkan bintara pembina keamanan dan ketertiban masyarakat (Babinkamtibmas) dan juga menggandeng psikiater untuk sosialisasi ini.
"Harapan kami sejak 2012 sudah ada tren menurun, namun ini kembali meningkat," keluhnya.
Di tahun 2012 lalu, angka bunuh diri mencapai 40 kasus. Angka tersebut mengalami penurunan di tahun 2013 menjadi 29 kasus.
Di tahun 2014, semua kalangan mulai sedikit bernafas lega karena turun lagi menjadi 19 kasus. " Nah tahun ini naik lagi," beber Ngadino.
Menanggapi fenomena naik turunnya ngka bunuh diri ini, psikiater RSUD Wonosari Ida Rochmawaty mengatakan,bunuh diri memang dipengaruhi beberapa hal.
Di antaranya adalah karena biologi, psikologi, dan sosial. "Ini memang perlu penanganan serius sedini mungkin," katanya.
Diakuinya, depresi merupakan pemicu aksi bunuh diri ini.Depresi adalah gangguan suasana hati yang ditandai dengan murung, mudah lelah dan hilang minat. Pada saat itu terjadi penurunan zat di otak yang bernama serotonin.
Sedangkan dari sisi psikologi, pelaku bunuh diri pada umumnya memiliki kepribadian yang tertutup dan sensitif.
"Bagi warga yang depresi, diperlukan ingkungan sosial yang memperhatikan, namun kalau lingkungan sosial justru mengucilkan ini, maka ini akan memicu warga yang depresi semakin nekat melakukan aksi hingga bunuh diri," pungkasnya.
Berdasarkan data di Polres Gunungkidul, angka bunuh diri hingga bulan November ini mencapai 29 Kasus. Selain itu ada dua upaya percobaan bunuh diri.
Panit Humas Polres Gunungkidul Iptu Ngadino mengaku tidak bisa memprediksi penyebab pasti angka bunuh diri ini.
Hanya saja sebagian besar memang lantaran depresi akibat tekanan hidup. "Ada yang karena penyakit menahun, ada pula yang malu dan juga karena permintaan tidak dituruti," terangnya.
Dijelaskan, untuk tahun ini upaya bunuh diri tidak hanya dengan cara gantung diri saja. Namun ada yang dengan cara terjun ke sumur hingga masuk ke luweng ( gua vertikal).
"Kalau dibandingkan tahun lalu kelas meningkat banyak. Karena tahun lalu 19 kasus," ulasnya.
Dikatakan, upaya sosialisasi kepada warga untuk menekan bunuh diri terus dilakukan.
Polres juga menerjunkan bintara pembina keamanan dan ketertiban masyarakat (Babinkamtibmas) dan juga menggandeng psikiater untuk sosialisasi ini.
"Harapan kami sejak 2012 sudah ada tren menurun, namun ini kembali meningkat," keluhnya.
Di tahun 2012 lalu, angka bunuh diri mencapai 40 kasus. Angka tersebut mengalami penurunan di tahun 2013 menjadi 29 kasus.
Di tahun 2014, semua kalangan mulai sedikit bernafas lega karena turun lagi menjadi 19 kasus. " Nah tahun ini naik lagi," beber Ngadino.
Menanggapi fenomena naik turunnya ngka bunuh diri ini, psikiater RSUD Wonosari Ida Rochmawaty mengatakan,bunuh diri memang dipengaruhi beberapa hal.
Di antaranya adalah karena biologi, psikologi, dan sosial. "Ini memang perlu penanganan serius sedini mungkin," katanya.
Diakuinya, depresi merupakan pemicu aksi bunuh diri ini.Depresi adalah gangguan suasana hati yang ditandai dengan murung, mudah lelah dan hilang minat. Pada saat itu terjadi penurunan zat di otak yang bernama serotonin.
Sedangkan dari sisi psikologi, pelaku bunuh diri pada umumnya memiliki kepribadian yang tertutup dan sensitif.
"Bagi warga yang depresi, diperlukan ingkungan sosial yang memperhatikan, namun kalau lingkungan sosial justru mengucilkan ini, maka ini akan memicu warga yang depresi semakin nekat melakukan aksi hingga bunuh diri," pungkasnya.
(nag)