Kapolda Pastikan Tidak Ada Bocah Tertembak di Rusuh Tambang
A
A
A
SURABAYA - Kapolda Jatim Irjen Pol Anton Setiadji memastikan tidak ada anak kecil yang terkena peluru 'nyasar' saat rusuh tambang di Banyuwangi.
"Katanya ada anak kecil kena tembak, gak ada itu anak kecil luka terkena tembak," kata Kapolda kepada Wartawan usai Salat Jumat di Masjid Mapolda Jatim, Jumat (27/11/2015).
Ia juga meminta kepada semua pihak untuk tidak mengkait-kaitkan rusuh tambang emas di Tumpang Pitu, Banyuwangi dengan kejadian penambangan pasir ilegal di Desa Selok Awar-awar, Kecamatan Pasirian, Lumajang.
"Karena itu jangan dimainkan, apalagi dikaitkan dengan Lumajang. Lumajang ya Lumajang, Banyuwangi ya Banyuwangi. Beda kasus," tegas Kapolda.
Anton menjelaskan, rusuh di kawasan tersebut berawal dari ketidakpuasan warga sekitar tambang.
Polres Banyuwangi kemudian menyediakan mediasi antara warga, PT BSI (Bumi Suksesindo) dan Pemkab Banyuwangi. Rupanya dalam mediasi tersebut warga tidak puas dan melakukan aksi anarkis.
"Warga masih tidak puas dengan mediasi itu lalu anarkhis dan merusak, ya kita tindak tegas," katanya.
Pihaknya begitu menerima berita kerusuhan langsung memerintahkan anak buahnya untuk turun ke lapangan guna melakukan penyelidikkan.
Terutama terkait izin tambang tersebut. Informasinya, lanjut Kapolda, perusahaan tersebut sudah mengantongi izin.
Sebelumnya, Komisi Orang Hilang dan Korban Kekerasan (KontraS) Surabaya merilis ada 4 korban luka akibat kerusuhan di Kawasan Tambang Gunung Emas Tumpang Pitu, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi, Rabu (25/11/2015) lalu.
"Katanya ada anak kecil kena tembak, gak ada itu anak kecil luka terkena tembak," kata Kapolda kepada Wartawan usai Salat Jumat di Masjid Mapolda Jatim, Jumat (27/11/2015).
Ia juga meminta kepada semua pihak untuk tidak mengkait-kaitkan rusuh tambang emas di Tumpang Pitu, Banyuwangi dengan kejadian penambangan pasir ilegal di Desa Selok Awar-awar, Kecamatan Pasirian, Lumajang.
"Karena itu jangan dimainkan, apalagi dikaitkan dengan Lumajang. Lumajang ya Lumajang, Banyuwangi ya Banyuwangi. Beda kasus," tegas Kapolda.
Anton menjelaskan, rusuh di kawasan tersebut berawal dari ketidakpuasan warga sekitar tambang.
Polres Banyuwangi kemudian menyediakan mediasi antara warga, PT BSI (Bumi Suksesindo) dan Pemkab Banyuwangi. Rupanya dalam mediasi tersebut warga tidak puas dan melakukan aksi anarkis.
"Warga masih tidak puas dengan mediasi itu lalu anarkhis dan merusak, ya kita tindak tegas," katanya.
Pihaknya begitu menerima berita kerusuhan langsung memerintahkan anak buahnya untuk turun ke lapangan guna melakukan penyelidikkan.
Terutama terkait izin tambang tersebut. Informasinya, lanjut Kapolda, perusahaan tersebut sudah mengantongi izin.
Sebelumnya, Komisi Orang Hilang dan Korban Kekerasan (KontraS) Surabaya merilis ada 4 korban luka akibat kerusuhan di Kawasan Tambang Gunung Emas Tumpang Pitu, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi, Rabu (25/11/2015) lalu.
(nag)