Kota Solo Gagal Raih Piala Adipura
A
A
A
SOLO - Kota Solo gagal meraih penghargaan Adipura di tahun 2015. Pengelolaan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo menjadi indikator terburuk yang mengganjal meraih penghargaan.
Kasi Pengembangan Kapasitas, Badan Lingkungan Hidup (BLH) Pemkot Solo Banny mengatakan, pengelolaan sampah TPA Putri Cempo masih menggunakan sistem open dumping.
Pengelolaan semestinya sudah memakai sistem sanitary landfill. Dalam penilaian Adipura, ada empat indikator untuk kategori kota besar.
Yakni pengelolaan sampah, kebersihan dan keindahan, pencemaran udara, serta pencemaran air.
"Kami sebelumnya telah berupaya memperbaiki indikator penilaian yang ditentukan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan," ungkap Banny, Senin 23 November 2015.
Selain itu, dinaikkan batas minimal pencapaian poin dari penilaian seluruh indikator juga turut mengganjal upaya Pemkot Solo meraih piala Adipura.
Poin yang diperoleh Kota Bengawan sudah mencapai 73 sesuai standar penilaian Adipura kategori kota besar pada tahun lalu.
"Tapi ternyata standar poinnya dinaikkan menjadi 75. Sehingga Solo kembali belum bisa memenuhi standar," ungkapnya. Sementara, penghargaan Adipura diraih kota besar seperti Semarang, Jakarta, Surabaya, dan Medan.
Solo hanya bisa meraih piagam Adipura karena sebagai kota yang telah meningkatkan kualitas lingkungan.
Kegagalan meraih piala Adipura selanjutnya menjadi bahan evaluasi untuk memperbaiki pengelolaan sampah. "Kami tetap menargetkan bisa memboyong piala Adipura untuk tahun mendatang," pungkasnya.
Kasi Pengembangan Kapasitas, Badan Lingkungan Hidup (BLH) Pemkot Solo Banny mengatakan, pengelolaan sampah TPA Putri Cempo masih menggunakan sistem open dumping.
Pengelolaan semestinya sudah memakai sistem sanitary landfill. Dalam penilaian Adipura, ada empat indikator untuk kategori kota besar.
Yakni pengelolaan sampah, kebersihan dan keindahan, pencemaran udara, serta pencemaran air.
"Kami sebelumnya telah berupaya memperbaiki indikator penilaian yang ditentukan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan," ungkap Banny, Senin 23 November 2015.
Selain itu, dinaikkan batas minimal pencapaian poin dari penilaian seluruh indikator juga turut mengganjal upaya Pemkot Solo meraih piala Adipura.
Poin yang diperoleh Kota Bengawan sudah mencapai 73 sesuai standar penilaian Adipura kategori kota besar pada tahun lalu.
"Tapi ternyata standar poinnya dinaikkan menjadi 75. Sehingga Solo kembali belum bisa memenuhi standar," ungkapnya. Sementara, penghargaan Adipura diraih kota besar seperti Semarang, Jakarta, Surabaya, dan Medan.
Solo hanya bisa meraih piagam Adipura karena sebagai kota yang telah meningkatkan kualitas lingkungan.
Kegagalan meraih piala Adipura selanjutnya menjadi bahan evaluasi untuk memperbaiki pengelolaan sampah. "Kami tetap menargetkan bisa memboyong piala Adipura untuk tahun mendatang," pungkasnya.
(nag)