Rasiyo Bangun SMA Olah Raga, Risma Dukung Batik Surabaya
A
A
A
SURABAYA - Calon wali kota (cawali) Surabaya, nomor urut 1, Rasiyo menjanjikan membangun Sekolah Menengah Atas Negeri olah raga di Surabaya, sementara Tri Rismaharini Cawali no urut 2 akan mengembangkan batik Surabaya.
Program-program tersebut akan diwujudkan, jika pasangan calon (paslon) terpilih sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surabaya pada Pilkada Kota Surabaya 9 Desember mendatang.
Rasiyo menilai, banyak atlet di Surabaya yang memiliki potensi besar. Sehingga, harus ada pembibitan dan pembinaan secara terus menerus.
Program itu secara teknis dan sistematis dapat dilakukan melalui sekolah. Saat ini, SMAN olahraga di Surabaya belum ada. Sebagai wahan pembibitan sekaligus pembinaan, SMAN olahraga mutlak diperlukan.
"Khusus untuk prestasi, tanggung jawab dan penanganannya, ada di KONI (Komite Olah Raga Nasional). Sehingga KONI harus memperbanyak kegiatan dan turnamen.
Selain itu, KONI juga harus punya program, mereka yang terbaik di tingkat kota, harus dibuatkan kerjasama dengan luar negeri. Agar bisa go internasional dan menjadi atlet dunia," kata cawali yang diusung Partai Demokrat dan PAN ini.
Selain itu, Rasiyo juga akan membenahi sistem pembiayaan dan bantuan olahraga di Surabaya. Bantuan anggaran untuk olahraga tidak akan dikelola Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora), tapi harus langsung ke KONI.
Dengan begitu, KONI memiliki kewenangan dalam pengelolaan anggaran. Selama KONI tidak diberi kewenangan, tentu hal itu mengakibatkan atlet sulit untuk bisa berkreasi dan berprestasi.
Di Surabaya banyak atlet dari sejumlah cabang olah raga (cabor) yang menorehkan prestasi, baik dalam skala nasional maupun internasional. Diantaranya, cabor atletik, renang, pencak silat, karate dan panahan.
"Untuk melakukan pembinaan dan pembibitan tentu dibutuhkan dana yang tidak sedikit. Kami siap untuk mengalokasikan dana yang cukup untuk olah raga," paparnya.
Sementara itu, Tri Rismaharini tidak hanya ingin warga Surabaya bisa mandiri di bidang industri kreatif. Lebih dari itu, cawali yang diusung PDIP ini berharap hasil produksi industri kreatif warga Kota Pahlawan bisa menjadi salah satu komoditas andalan di pasar bebas.
Risma, panggilan Tri Rismaharini menyebutkan, salah satu hasil industri kreatif yang cukup membanggakan adalah batik khas Surabaya.
"Saya berharap Batik Surabaya bisa menjadi komoditas souvenir di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2016 nanti," harapnya.
Harapan tersebut dia sampaikan, karena batik khas Surabaya garapan ibu-ibu warga Kota Pahlawan, tidak kalah dengan batik tulis dari daerah lain. Baik dari kualitas maupun coraknya.
Perempuan kelahiran Kediri ini mencontohkan, batik hasil garapan Kelompok W-Quin, Jambangan. Pada Minggu 15 November lalu, Risma menghadiri peresmian industri kreatif warga Surabaya di bawah CV Kreatif Indah Alam itu.
Risma yakin, batik yang coraknya menggambarkan ikon-ikon Surabaya itu, akan menjadi komoditas yang dicari orang, khususnya dari luar daerah, ataupun dari luar negeri.
"Jadi kalau bisa nanti ada ungkapan, ke Surabaya belum lengkap kalau belum membeli batik khas Surabaya," ujarnya.
Program-program tersebut akan diwujudkan, jika pasangan calon (paslon) terpilih sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surabaya pada Pilkada Kota Surabaya 9 Desember mendatang.
Rasiyo menilai, banyak atlet di Surabaya yang memiliki potensi besar. Sehingga, harus ada pembibitan dan pembinaan secara terus menerus.
Program itu secara teknis dan sistematis dapat dilakukan melalui sekolah. Saat ini, SMAN olahraga di Surabaya belum ada. Sebagai wahan pembibitan sekaligus pembinaan, SMAN olahraga mutlak diperlukan.
"Khusus untuk prestasi, tanggung jawab dan penanganannya, ada di KONI (Komite Olah Raga Nasional). Sehingga KONI harus memperbanyak kegiatan dan turnamen.
Selain itu, KONI juga harus punya program, mereka yang terbaik di tingkat kota, harus dibuatkan kerjasama dengan luar negeri. Agar bisa go internasional dan menjadi atlet dunia," kata cawali yang diusung Partai Demokrat dan PAN ini.
Selain itu, Rasiyo juga akan membenahi sistem pembiayaan dan bantuan olahraga di Surabaya. Bantuan anggaran untuk olahraga tidak akan dikelola Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora), tapi harus langsung ke KONI.
Dengan begitu, KONI memiliki kewenangan dalam pengelolaan anggaran. Selama KONI tidak diberi kewenangan, tentu hal itu mengakibatkan atlet sulit untuk bisa berkreasi dan berprestasi.
Di Surabaya banyak atlet dari sejumlah cabang olah raga (cabor) yang menorehkan prestasi, baik dalam skala nasional maupun internasional. Diantaranya, cabor atletik, renang, pencak silat, karate dan panahan.
"Untuk melakukan pembinaan dan pembibitan tentu dibutuhkan dana yang tidak sedikit. Kami siap untuk mengalokasikan dana yang cukup untuk olah raga," paparnya.
Sementara itu, Tri Rismaharini tidak hanya ingin warga Surabaya bisa mandiri di bidang industri kreatif. Lebih dari itu, cawali yang diusung PDIP ini berharap hasil produksi industri kreatif warga Kota Pahlawan bisa menjadi salah satu komoditas andalan di pasar bebas.
Risma, panggilan Tri Rismaharini menyebutkan, salah satu hasil industri kreatif yang cukup membanggakan adalah batik khas Surabaya.
"Saya berharap Batik Surabaya bisa menjadi komoditas souvenir di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2016 nanti," harapnya.
Harapan tersebut dia sampaikan, karena batik khas Surabaya garapan ibu-ibu warga Kota Pahlawan, tidak kalah dengan batik tulis dari daerah lain. Baik dari kualitas maupun coraknya.
Perempuan kelahiran Kediri ini mencontohkan, batik hasil garapan Kelompok W-Quin, Jambangan. Pada Minggu 15 November lalu, Risma menghadiri peresmian industri kreatif warga Surabaya di bawah CV Kreatif Indah Alam itu.
Risma yakin, batik yang coraknya menggambarkan ikon-ikon Surabaya itu, akan menjadi komoditas yang dicari orang, khususnya dari luar daerah, ataupun dari luar negeri.
"Jadi kalau bisa nanti ada ungkapan, ke Surabaya belum lengkap kalau belum membeli batik khas Surabaya," ujarnya.
(sms)