Aktivitas Bromo Meningkat, Warga Tengger Gelar Tradisi Mayu
A
A
A
PROBOLINGGO - Peningkatan aktivitas vulkanik di Gunung Bromo beberapa hari terakhir ini membuat warga Suku Tengger menggelar Tradisi Mayu untuk keselamatan daerah mereka.
Warga yang bermukim di Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo ini berharap kepada Tuhan yang maha kuasa agar Gunung Bromo tidak membawa bencana bagi mereka.
Tradisi Mayu ini digelar rutin lima tahunan mengikuti siklus vulkanik Gunung Bromo atau pada saat pemangku adat menangkap isyarat buruk terhadap Gunung Bromo.
Tradisi Mayu ini juga sebagai wujud permohonan warga Suku Tengger agar tetap diberikan keselamatan dan kesejahteraan meski Gunung Bromo terjadi erupsi.
Ratusan warga, tua dan muda ini mengarak berbagai hasil bumi dan sesaji dari Balai Desa menuju rimah pemangku ada yang berada di Dusun Cemoro Lawang, pintu masuk Gunung Bromo. Arak-arak sejauh 3 kilometer ini diiringi musik tradisional khas Suku Tengger.
Setibanya di rumah pemangku adat, berbagai hasil bumi, jajanan pasar, sesaji dan kepala sapi didoakan pemangku adat.
Pemangku adat mengimbau warga melakukan kegiatan seperti biasa dan tidak panik meski aktivitas Gunung Bromo saat ini cenderung meningkat.
"Tradisi Mayu ini sebagai bentuk pengharapan warga kepada Tuhan memohon keselamatan dan kesejahteraan. Tradisi ini dilakukan manakala ada peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Bromo yang terjadi lima tahun sekali," kata Supoyo, tokoh masyarakat Suku Tengger.
Sementara berdasarkan pengamatan petugas Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), dibanding hari-hari sebelumnya, terjadi penurunan aktivitas kegempaan tremor Gunung Bromo.
Jika sebelumnya gempa tremor mencapai 7 milimeter (mm) saat ini turun menjadi 6 mm. Secara visual asap putih pekat beraroma belerang mengarah ke barat daya dengan ketinggian 50 sampai 100 meter dari bibir kawah.
"Seismik aktivitas Gunung Bromo cenderung dengan gempa tremor terus menerus 0.5 hingga 6 milimeter. Hembusan abu vulkanik bercampur belerang juga masih keluar, namun jatuh hanya di sekitar caldera atau lautan pasir," kata Ahmad Subhan, Kepala Pos Pantau PVBMG Gunung Bromo.
PVBMG mengimbau agar pada sekitar kawah Gunung Bromo steril dari aktivitas warga dan wisatawan. Hal ini untuk mengantisipasi potensi terjadinya peningkatan semburan abu material vulkanis yang bisa terjadi sewaktu-waktu.
Warga yang bermukim di Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo ini berharap kepada Tuhan yang maha kuasa agar Gunung Bromo tidak membawa bencana bagi mereka.
Tradisi Mayu ini digelar rutin lima tahunan mengikuti siklus vulkanik Gunung Bromo atau pada saat pemangku adat menangkap isyarat buruk terhadap Gunung Bromo.
Tradisi Mayu ini juga sebagai wujud permohonan warga Suku Tengger agar tetap diberikan keselamatan dan kesejahteraan meski Gunung Bromo terjadi erupsi.
Ratusan warga, tua dan muda ini mengarak berbagai hasil bumi dan sesaji dari Balai Desa menuju rimah pemangku ada yang berada di Dusun Cemoro Lawang, pintu masuk Gunung Bromo. Arak-arak sejauh 3 kilometer ini diiringi musik tradisional khas Suku Tengger.
Setibanya di rumah pemangku adat, berbagai hasil bumi, jajanan pasar, sesaji dan kepala sapi didoakan pemangku adat.
Pemangku adat mengimbau warga melakukan kegiatan seperti biasa dan tidak panik meski aktivitas Gunung Bromo saat ini cenderung meningkat.
"Tradisi Mayu ini sebagai bentuk pengharapan warga kepada Tuhan memohon keselamatan dan kesejahteraan. Tradisi ini dilakukan manakala ada peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Bromo yang terjadi lima tahun sekali," kata Supoyo, tokoh masyarakat Suku Tengger.
Sementara berdasarkan pengamatan petugas Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), dibanding hari-hari sebelumnya, terjadi penurunan aktivitas kegempaan tremor Gunung Bromo.
Jika sebelumnya gempa tremor mencapai 7 milimeter (mm) saat ini turun menjadi 6 mm. Secara visual asap putih pekat beraroma belerang mengarah ke barat daya dengan ketinggian 50 sampai 100 meter dari bibir kawah.
"Seismik aktivitas Gunung Bromo cenderung dengan gempa tremor terus menerus 0.5 hingga 6 milimeter. Hembusan abu vulkanik bercampur belerang juga masih keluar, namun jatuh hanya di sekitar caldera atau lautan pasir," kata Ahmad Subhan, Kepala Pos Pantau PVBMG Gunung Bromo.
PVBMG mengimbau agar pada sekitar kawah Gunung Bromo steril dari aktivitas warga dan wisatawan. Hal ini untuk mengantisipasi potensi terjadinya peningkatan semburan abu material vulkanis yang bisa terjadi sewaktu-waktu.
(sms)