BPBD Sleman Bakal Tambah Alat Peringatan Bencana
A
A
A
SLEMAN - BPBD Sleman akan menambah alat peringatan dini terkait kerap terjadinya bencana longsor di perbukitan Kecaman Prambanan.
Tambahan tiga alat berupa stasiun curah hujan tersebut akan dipasang pada Desember mendatang.
Kepala Bidang Kesiapsiagaan dan Pencegahan BPBD Kabupaten Sleman Heru Saptono, mengatakan saat ini sudah terpasang 30 EWS longsor di Prambanan bantuan dari BPBD DIY.
"Akan kita tambah lagi tiga unit. Berupa EWS stasiun pengukur curah hujan," katanya, Sabtu (14/11/2015).
Berbeda dari EWS longsor, untuk alat ini nantinya mengukur tingginya curah hujan. Di tingkat tertentu, maka akan terkoneksi dengan sirine yang terpasang. "Dengan indikator curah hujan sekian, nanti akan terkoneksi dengaan sirine yang terpasang," ujarnya.
Penambahan alat ini dilakukan agar kesiapsiagaan warga setempat bisa lebih terjamin. Karena di wilayah ini, setiap tahunnya selalu ada longsor pada masa musim hujan. "Setiap tahun, hampir ada," katanya.
Selain di wilayah Prambanan, longsor menurutnya juga mengancam tebing-tebing di sungai yang berhulu Merapi. Terutama yang tegak lurus, akibat ulah para penambang.
"Tegak lurus karena ulah dia (penambang). Saat ini juga masih ada satu dua penambang," katanya.
Dalam pemantauan bahaya longsor di sungai ini, pihaknya pun bekerjasama dengan komunitas-komunitas relawan. Yang sudah disiagakannya mulai pagi kemarin.
Terpisah, koordinator relawan dari Tagana Prambanan Elly Mohammad Bazir, mengatakan ada beberapa titik yang rawan longsor di wilayahnya.
Di antaranya ada di Desa Sumberharjo, Wukirharjo, Bokoharjo, dan Gayamharjo. "Tak hanya tanah, tapi bebatuan yang rawan longsor," ucapnya.
Tambahan tiga alat berupa stasiun curah hujan tersebut akan dipasang pada Desember mendatang.
Kepala Bidang Kesiapsiagaan dan Pencegahan BPBD Kabupaten Sleman Heru Saptono, mengatakan saat ini sudah terpasang 30 EWS longsor di Prambanan bantuan dari BPBD DIY.
"Akan kita tambah lagi tiga unit. Berupa EWS stasiun pengukur curah hujan," katanya, Sabtu (14/11/2015).
Berbeda dari EWS longsor, untuk alat ini nantinya mengukur tingginya curah hujan. Di tingkat tertentu, maka akan terkoneksi dengan sirine yang terpasang. "Dengan indikator curah hujan sekian, nanti akan terkoneksi dengaan sirine yang terpasang," ujarnya.
Penambahan alat ini dilakukan agar kesiapsiagaan warga setempat bisa lebih terjamin. Karena di wilayah ini, setiap tahunnya selalu ada longsor pada masa musim hujan. "Setiap tahun, hampir ada," katanya.
Selain di wilayah Prambanan, longsor menurutnya juga mengancam tebing-tebing di sungai yang berhulu Merapi. Terutama yang tegak lurus, akibat ulah para penambang.
"Tegak lurus karena ulah dia (penambang). Saat ini juga masih ada satu dua penambang," katanya.
Dalam pemantauan bahaya longsor di sungai ini, pihaknya pun bekerjasama dengan komunitas-komunitas relawan. Yang sudah disiagakannya mulai pagi kemarin.
Terpisah, koordinator relawan dari Tagana Prambanan Elly Mohammad Bazir, mengatakan ada beberapa titik yang rawan longsor di wilayahnya.
Di antaranya ada di Desa Sumberharjo, Wukirharjo, Bokoharjo, dan Gayamharjo. "Tak hanya tanah, tapi bebatuan yang rawan longsor," ucapnya.
(nag)