Pesawat N219 Ditawarkan Seharga USD6 Juta
A
A
A
BANDUNG - Setelah sempat vakum selama kurang lebih 20 tahun, PT Dirgantara Indonesia akhirnya kembali membuat pesawat lokal kembali bernama N219.
Direktur Utama PT DI Budi Santoso mengatakan, pesawat yang komponen lokalnya 60% ini memiliki nilai investasi hingga Rp600 miliar.
"Nilai investasinya sekitar Rp500-600 miliar. Sebagian besar dananya ditanggung pemerintah. Kami utamakan modal dalam negeri," katanya usai Syukuran Atas Pencapaian Tahap Validasi Rekayasa Rancang Bangun Struktur N219, di Hanggar Pesawat N219, PT Dirgantara Indonesia, Jalan Padjajaran, Kamis (11/11/2015).
Diakuinya, banyak pemodal asing yang ingin ikut memodali pembuatan pesawat ini. Namun pihaknya tetap mengutamakan modal dalam negeri untuk menjaga nilai tawar pesawat lokal agar tetap bisa bersaing dengan kelas pesawat sejenis dari luar negeri.
"Untuk harga komersilnya sekitar 5-6 juta dolar Amerika," ungkapnya.
Selain modal dalam negeri, pihaknya juga memberdayakan produksi dalam negeri sebagai komponennya.
"Misalkan saja kaca. Kami mengajari industri otomotif lokal untuk membuat kaca sejenis pesawat ini. Supaya ke deoannya mereka sudah bisa memproduksi sendiri dan dipakai untuk pesawat lokal," bebernya.
Dia menyebutkan, sejauh ini pesawat buatan Indonesia tersebut sudah banyak yang memesan baik dari BUMN maupun negara tetangga. Namun hingga kini pihaknya masih menunggu izin dari pemerintah jika pesawat diproduksi massal sehingga belum bisa dijanjikan.
"Ya benar, sudah ada beberapa BUMN yang ingin kontrak dengan kita. Tapi kami tidak bisa janji, soalnya kalau mereka minta 20 pesawat diawal, yang lain bagaimana? Kesannya kami memonopoli. Kami tidak ingin seperti itu," jelasnya.
Bahkan, dari negara tetangga seperti Thailand sudah ada yang ingin kerjasama dalam pembuatan pesawat sejenis ini.
"Kanada bahkan menawarkan untuk sertifikasi pesawat di sana dan Kementrian Pertahanan Kroasia juga sudah ingin membidik untuk memesan," pungkasnya. (san)
Direktur Utama PT DI Budi Santoso mengatakan, pesawat yang komponen lokalnya 60% ini memiliki nilai investasi hingga Rp600 miliar.
"Nilai investasinya sekitar Rp500-600 miliar. Sebagian besar dananya ditanggung pemerintah. Kami utamakan modal dalam negeri," katanya usai Syukuran Atas Pencapaian Tahap Validasi Rekayasa Rancang Bangun Struktur N219, di Hanggar Pesawat N219, PT Dirgantara Indonesia, Jalan Padjajaran, Kamis (11/11/2015).
Diakuinya, banyak pemodal asing yang ingin ikut memodali pembuatan pesawat ini. Namun pihaknya tetap mengutamakan modal dalam negeri untuk menjaga nilai tawar pesawat lokal agar tetap bisa bersaing dengan kelas pesawat sejenis dari luar negeri.
"Untuk harga komersilnya sekitar 5-6 juta dolar Amerika," ungkapnya.
Selain modal dalam negeri, pihaknya juga memberdayakan produksi dalam negeri sebagai komponennya.
"Misalkan saja kaca. Kami mengajari industri otomotif lokal untuk membuat kaca sejenis pesawat ini. Supaya ke deoannya mereka sudah bisa memproduksi sendiri dan dipakai untuk pesawat lokal," bebernya.
Dia menyebutkan, sejauh ini pesawat buatan Indonesia tersebut sudah banyak yang memesan baik dari BUMN maupun negara tetangga. Namun hingga kini pihaknya masih menunggu izin dari pemerintah jika pesawat diproduksi massal sehingga belum bisa dijanjikan.
"Ya benar, sudah ada beberapa BUMN yang ingin kontrak dengan kita. Tapi kami tidak bisa janji, soalnya kalau mereka minta 20 pesawat diawal, yang lain bagaimana? Kesannya kami memonopoli. Kami tidak ingin seperti itu," jelasnya.
Bahkan, dari negara tetangga seperti Thailand sudah ada yang ingin kerjasama dalam pembuatan pesawat sejenis ini.
"Kanada bahkan menawarkan untuk sertifikasi pesawat di sana dan Kementrian Pertahanan Kroasia juga sudah ingin membidik untuk memesan," pungkasnya. (san)
(sms)