Sering Diejek, Bocah SD Berkelamin Ganda Ini Enggan Sekolah
A
A
A
SUBANG - Nasib nahas menimpa Muhamad Sobik (8), bocah asal Desa Mundusari, RT 17/RW 5 Kecamatan Pusakanagara, Subang itu terlahir dengan kelamin ganda.
Akibatnya, bocah yang kini duduk Kelas II SDN Budikarya Desa Mundusari ini, enggan masuk sekolah karena malu sering diejek oleh teman-temannya.
"Sudah empat bulan ini dia tak mau sekolah, katanya malu selalu diejek teman-temannya," ujar nenek sang bocah, Asniti, Rabu (11/11/2015).
Sobik tinggal bersama nenek, ibu dan ayah tirinya di sebuah rumah kontrakan di Desa Mundusari. Sejak berusia empat tahun, Sobik sudah ditinggal pergi ayah kandungnya yang hingga kini entah kemana.
Menurut Asniti, cucunya mengalami kelainan sejak lahir. Semula, Sobik terlahir dengan kelamin perempuan. Namun, tak berapa lama sejak dilahirkan, di bagian atas kelamin kewanitaannya, mendadak tumbuh penis berukuran kecil tanpa buah zakar (testis).
"Tapi kalau dia pipis (buang air kecil,red), keluarnya tetap dari lubang kelamin wanitanya," ucapnya.
Meski sejak lahir mengidap kelainan, pihak keluarga Sobik tak mampu berbuat banyak untuk mengobatinya, akibat keterbatasan ekonomi. Namun begitu, pihaknya mengaku sempat melakukan tes hormon dan USG di RS Hasan Sadikin Bandung.
Hasilnya, 90% hormon yang dimiliki Sobik adalah laki-laki. Hasil USG juga menunjukan tidak terdapat struktur uterus dan semua organ tubuh lainnya normal.
Kendati hasil tes menunjukkan positif, Sobik tetap harus menjalani operasi untuk menormalkan jenis kelaminnya, mengembalikan saluran lubang kencing, dan melakukan suntik penis karena ukurannya tak normal.
Namun, akibat keterbatasan ekonomi, keluarganya tak sanggup membiayai operasi yang diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah.
Pihaknya pun berharap, kalangan dermawan dan pemkab setempat dapat membantu biaya operasi, untuk menormalkan cucunya layaknya bocah laki-laki seusianya.
"Jangankan buat operasi, buat biaya hidup sehari-hari saja susah. Rumah juga masih ngontrak. Semoga saja pemerintah atau siapa pun bisa bantu buat biaya operasinya," kata Asniti.
Kepala SDN Budi Karya Desa Mundusari Hudri, mengakui, sejak naik ke Kelas II, Sobik sudah tidak sekolah lagi, karena malu sering diejek temannya.
Bersama para guru, dia beberapa kali mendatangi kontrakan Sobik untuk membujuknya agar kembali bersekolah. Namun, Sobik bergeming.
"Padahal dia ini termasuk siswa pandai, berprestasi. Di kelasnya, dia bahkan menduduki rangking dua," tutur Hudri.
Pihak sekolah, lanjut dia, berharap kalangan dermawan dan pemerintah bisa turut membantu meringankan biaya operasi yang bersangkutan, agar bisa menikmati hidup normal.
"Sejauh ini memang belum ada bantuan dari siapa pun. Bahkan, sekadar menjenguk pun tak ada. Mudah-mudah ke depan, ada pihak yang tergerak untuk membantu dia," pungkasnya.
Akibatnya, bocah yang kini duduk Kelas II SDN Budikarya Desa Mundusari ini, enggan masuk sekolah karena malu sering diejek oleh teman-temannya.
"Sudah empat bulan ini dia tak mau sekolah, katanya malu selalu diejek teman-temannya," ujar nenek sang bocah, Asniti, Rabu (11/11/2015).
Sobik tinggal bersama nenek, ibu dan ayah tirinya di sebuah rumah kontrakan di Desa Mundusari. Sejak berusia empat tahun, Sobik sudah ditinggal pergi ayah kandungnya yang hingga kini entah kemana.
Menurut Asniti, cucunya mengalami kelainan sejak lahir. Semula, Sobik terlahir dengan kelamin perempuan. Namun, tak berapa lama sejak dilahirkan, di bagian atas kelamin kewanitaannya, mendadak tumbuh penis berukuran kecil tanpa buah zakar (testis).
"Tapi kalau dia pipis (buang air kecil,red), keluarnya tetap dari lubang kelamin wanitanya," ucapnya.
Meski sejak lahir mengidap kelainan, pihak keluarga Sobik tak mampu berbuat banyak untuk mengobatinya, akibat keterbatasan ekonomi. Namun begitu, pihaknya mengaku sempat melakukan tes hormon dan USG di RS Hasan Sadikin Bandung.
Hasilnya, 90% hormon yang dimiliki Sobik adalah laki-laki. Hasil USG juga menunjukan tidak terdapat struktur uterus dan semua organ tubuh lainnya normal.
Kendati hasil tes menunjukkan positif, Sobik tetap harus menjalani operasi untuk menormalkan jenis kelaminnya, mengembalikan saluran lubang kencing, dan melakukan suntik penis karena ukurannya tak normal.
Namun, akibat keterbatasan ekonomi, keluarganya tak sanggup membiayai operasi yang diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah.
Pihaknya pun berharap, kalangan dermawan dan pemkab setempat dapat membantu biaya operasi, untuk menormalkan cucunya layaknya bocah laki-laki seusianya.
"Jangankan buat operasi, buat biaya hidup sehari-hari saja susah. Rumah juga masih ngontrak. Semoga saja pemerintah atau siapa pun bisa bantu buat biaya operasinya," kata Asniti.
Kepala SDN Budi Karya Desa Mundusari Hudri, mengakui, sejak naik ke Kelas II, Sobik sudah tidak sekolah lagi, karena malu sering diejek temannya.
Bersama para guru, dia beberapa kali mendatangi kontrakan Sobik untuk membujuknya agar kembali bersekolah. Namun, Sobik bergeming.
"Padahal dia ini termasuk siswa pandai, berprestasi. Di kelasnya, dia bahkan menduduki rangking dua," tutur Hudri.
Pihak sekolah, lanjut dia, berharap kalangan dermawan dan pemerintah bisa turut membantu meringankan biaya operasi yang bersangkutan, agar bisa menikmati hidup normal.
"Sejauh ini memang belum ada bantuan dari siapa pun. Bahkan, sekadar menjenguk pun tak ada. Mudah-mudah ke depan, ada pihak yang tergerak untuk membantu dia," pungkasnya.
(nag)