Roda Depan Batik Air Tidak Patah
A
A
A
YOGYAKARTA - Roda depan pesawat Batik Air yang terlihat patah ternyata masih utuh. Namun, roda tersebut masuk ke belakang sehingga menepis pandangan awal terjadi patah pada as roda depan.
"Kita lihat di lokasi, yang tampak roda seperti patah," kata petugas investigasi dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Nur Cahyo Utomo, Sabtu (7/11/2015).
Namun, kata dia, setelah pesawat diangkat menggunakan 10 balon, as roda pesawat tidak patah. Kondisi roda masih utuh. Hanya saja, posisinya melipat ke belakang.
"Kita angkat badan pesawat, ternyata roda as depan tidak patah, tapi melipat ke belakang," jelasnya.
Posisi roda, lanjutnya, berada di bawah badan pesawat. Roda menyangkut pada sebuah lubang sehingga tidak kembali. "Setelah kita angkat, roda ini masih utuh. Kita tegakkan kembali bisa, ini memudahkan saat evakuasi," katanya.
Untuk mengetahui apakah peralatan yang ada pada roda tidak berjalan normal, dia mengaku masih akan menelusuri. Sebab, masih akan diteliti kembali seluruh sistem yang ada di pesawat tersebut.
Meski demikian, dia belum bisa memprediksi penyebab pesawat tersebut bisa tergelincir. Pihaknya akan menggali data mulai dari kondisi pesawat, lokasi, dan cuaca. "Untuk menyatakan pada kesimpulan penyebab, masih jauh, prosesnya masih panjang," jelasnya.
Jika menilik pada aturan internasional, untuk mengetahui penyebab kecelakaan pesawat butuh waktu satu tahun. "Melihat kondisi seperti itu, mudah-mudahan dalam waktu tiga empat bulan sudah kita ketahui. Akan kita upayakan semaksimal mungkin," katanya.
Dia mengaku, black box pesawat sudah dicopot dan akan segera dikirim ke Jakarta untuk diteliti. "Kita yakin dengan peralatan yang kita miliki di Jakarta, bisa mengetahui penyebab kecelakaan."
Dia juga menyampaikan, proses evakuasi pesawat berjalan lancar, sesuai target. "Semua berjalan lancar, kita target lima jam selesai, tadi pukul 04.40 pesawat sudah bisa digeser pada posisi yang kita inginkan."
Tepat pukul 05.00, proses evakuasi selesai sesuai yang diinginkan. Pesawat berada di apron, lokasi parkir pesawat.
"Kita lihat di lokasi, yang tampak roda seperti patah," kata petugas investigasi dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Nur Cahyo Utomo, Sabtu (7/11/2015).
Namun, kata dia, setelah pesawat diangkat menggunakan 10 balon, as roda pesawat tidak patah. Kondisi roda masih utuh. Hanya saja, posisinya melipat ke belakang.
"Kita angkat badan pesawat, ternyata roda as depan tidak patah, tapi melipat ke belakang," jelasnya.
Posisi roda, lanjutnya, berada di bawah badan pesawat. Roda menyangkut pada sebuah lubang sehingga tidak kembali. "Setelah kita angkat, roda ini masih utuh. Kita tegakkan kembali bisa, ini memudahkan saat evakuasi," katanya.
Untuk mengetahui apakah peralatan yang ada pada roda tidak berjalan normal, dia mengaku masih akan menelusuri. Sebab, masih akan diteliti kembali seluruh sistem yang ada di pesawat tersebut.
Meski demikian, dia belum bisa memprediksi penyebab pesawat tersebut bisa tergelincir. Pihaknya akan menggali data mulai dari kondisi pesawat, lokasi, dan cuaca. "Untuk menyatakan pada kesimpulan penyebab, masih jauh, prosesnya masih panjang," jelasnya.
Jika menilik pada aturan internasional, untuk mengetahui penyebab kecelakaan pesawat butuh waktu satu tahun. "Melihat kondisi seperti itu, mudah-mudahan dalam waktu tiga empat bulan sudah kita ketahui. Akan kita upayakan semaksimal mungkin," katanya.
Dia mengaku, black box pesawat sudah dicopot dan akan segera dikirim ke Jakarta untuk diteliti. "Kita yakin dengan peralatan yang kita miliki di Jakarta, bisa mengetahui penyebab kecelakaan."
Dia juga menyampaikan, proses evakuasi pesawat berjalan lancar, sesuai target. "Semua berjalan lancar, kita target lima jam selesai, tadi pukul 04.40 pesawat sudah bisa digeser pada posisi yang kita inginkan."
Tepat pukul 05.00, proses evakuasi selesai sesuai yang diinginkan. Pesawat berada di apron, lokasi parkir pesawat.
(zik)