Mainan Anak Berlogo Palu Arit Beredar di Yogyakarta
A
A
A
YOGYAKARTA - Warga Yogyakarta dikejutkan dengan beredarnya mainan anak yang terdapat logo palu arit di bagian pojok atas mainan tersebut. Sepintas, mainan anak berupa tentara menenteng senjata tampak biasa, namun jika diperhatikan lebih seksama terdapat logo palu arit di bagian pojok atas mainan tersebut.
Penemuan mainan ramai diperbincangkan sejak Senin 2 Nopember. Saat itu, beredar kabar jika salah satu toko mainan di Kawasan Manding, Bantul menjual mainan dan bendera dengan logo palu arit. Hanya setelah dicek, mainan justru terdapat di daerah lain.
Mainan anak berupa tentara menenteng senjata dengan tambahan bendera warna merah berlogo palu arit ditemukan di sebuah toko di Jalan Wahidin Sudiro Husodo, Bantul. Di lokasi ini, petugas menemukan tiga buah mainan siap jual.
Kemudian belasan mainan kembali ditemukan di sebuah toko di Kawasan Ngipik, Baturetno. Pemilik toko, Ny Daryono mengatakan, maninan yang dijualnya dibeli dari sebuah toko di Kota Yogyakarta. “Beli dari toko Alfa di Yogya,” timpalnya.
Seluruh mainan yang ditemukan kemudian diamankan. Meski begitu, penelusuran keberadaan maninan ilegal masih terus dilakukan mengingat mainan itu dimungkinan dijual di toko lain.
Mainan dengan logo palu arit ternyata tidak hanya ada di Bantul karena mainan serupa ditemukan di Kota Yogyakarta. Di sini, mainan tersebut sudah beredar sejak setahun lalu. yang ada saat ini hanyalah sisa dengan jumlah yang tidak banyak, hanya delapan buah saja.
Barang yang tersisa kemudian diamankan anggota Daninteldam IV/Diponegoro satu buah, tim Intel Korem 3 buah, unit intel Kodim 1 buah, Polresta Yogyakarta 2 buah, dan Polsek Gondomanan 1 buah.
Kepala Penerangan Korem 072/Pamungkas Mayor Inf M Munasik memastikan pihaknya akan terus menelusuri keberadaan mainan dengan logo palu arit tersebut. Penelusuran tidak hanya untuk mengungkap asal barang tersebut, akan tetapi juga motif di belakangnya.
Disinggung terkait kemungkinan keberadaan mainan karena unsur kesengajaan, Kapenrem tidak membantahnya. Menurutnya, kemungkinan ke arah itu tetap ada mengingat peristiwa serupa terjadi beberapa kali meski dengan media yang berbeda.
Kendati begitu, lanjut dia, yang perlu ditekankan kepada masyarakat adalah pemahaman bahwa gambar yang ada pada mainan adalah gambar organisasi yang pernah mencoba meruntuhkan Pancasila. “Pemahaman itu yang lebih penting sekarang,” tandasnya.
Penemuan mainan ramai diperbincangkan sejak Senin 2 Nopember. Saat itu, beredar kabar jika salah satu toko mainan di Kawasan Manding, Bantul menjual mainan dan bendera dengan logo palu arit. Hanya setelah dicek, mainan justru terdapat di daerah lain.
Mainan anak berupa tentara menenteng senjata dengan tambahan bendera warna merah berlogo palu arit ditemukan di sebuah toko di Jalan Wahidin Sudiro Husodo, Bantul. Di lokasi ini, petugas menemukan tiga buah mainan siap jual.
Kemudian belasan mainan kembali ditemukan di sebuah toko di Kawasan Ngipik, Baturetno. Pemilik toko, Ny Daryono mengatakan, maninan yang dijualnya dibeli dari sebuah toko di Kota Yogyakarta. “Beli dari toko Alfa di Yogya,” timpalnya.
Seluruh mainan yang ditemukan kemudian diamankan. Meski begitu, penelusuran keberadaan maninan ilegal masih terus dilakukan mengingat mainan itu dimungkinan dijual di toko lain.
Mainan dengan logo palu arit ternyata tidak hanya ada di Bantul karena mainan serupa ditemukan di Kota Yogyakarta. Di sini, mainan tersebut sudah beredar sejak setahun lalu. yang ada saat ini hanyalah sisa dengan jumlah yang tidak banyak, hanya delapan buah saja.
Barang yang tersisa kemudian diamankan anggota Daninteldam IV/Diponegoro satu buah, tim Intel Korem 3 buah, unit intel Kodim 1 buah, Polresta Yogyakarta 2 buah, dan Polsek Gondomanan 1 buah.
Kepala Penerangan Korem 072/Pamungkas Mayor Inf M Munasik memastikan pihaknya akan terus menelusuri keberadaan mainan dengan logo palu arit tersebut. Penelusuran tidak hanya untuk mengungkap asal barang tersebut, akan tetapi juga motif di belakangnya.
Disinggung terkait kemungkinan keberadaan mainan karena unsur kesengajaan, Kapenrem tidak membantahnya. Menurutnya, kemungkinan ke arah itu tetap ada mengingat peristiwa serupa terjadi beberapa kali meski dengan media yang berbeda.
Kendati begitu, lanjut dia, yang perlu ditekankan kepada masyarakat adalah pemahaman bahwa gambar yang ada pada mainan adalah gambar organisasi yang pernah mencoba meruntuhkan Pancasila. “Pemahaman itu yang lebih penting sekarang,” tandasnya.
(sms)