Warga Berebut Air Bekas Memandikan Tombak Pusaka Kiai Upas

Sabtu, 31 Oktober 2015 - 06:37 WIB
Warga Berebut Air Bekas...
Warga Berebut Air Bekas Memandikan Tombak Pusaka Kiai Upas
A A A
TULUNGAGUNG - Prosesi jamasan atau memandikan tombak pusaka Kiai Upas Ndalem Kanjengan, Kelurahan Kepatihan, Tulungagung selalu dipadati warga.

Pasalnya, warga meyakini air bekas memandikan tombak pusaka Kiai Upas bisa memberikan barakah.

Sehingga ratusan orang rela mengantri berdesak-desakan. Ada yang menyodorkan baskom, gayung, ember, botol air mineral atau apa saja yang bisa menjadi wadah penampungan.

Namun tidak sedikit yang menengadahkan kedua tangan. Mereka tidak sabar menanti momen terakhir prosesi jamasan.

"Jangan ada yang meminum air bekas jamasan, jangan ada yang meminum, " teriak panitia jamasan memperingatkan berulang ulang.

Air disiramkan dari atas panggung. Dari posisi bawah air yang jatuh serupa curah hujan. Air itu berwarna keruh dan kotor. Aromanya menyengat khas warangan (arsenik).

Air jamasan itu dinamai nawa tirta. Sebab diambil dari sembilan mata air di Tulungagung. Dengan ramuan kembang setaman serta irisan jeruk nipis pusaka tombak Kiai upas dimandikan.

Dalam cerita babad pusaka, tombak Kiai Upas diyakini sebagai penjelmaan seekor naga bernama Baru Klinthing. Kiai Upas berasal dari Kerajaan Mataram Islam.

Pusaka yang memiliki bilah 35 cm dan landeyan atau tangkai 5 meter itu diyakini memiliki tuah kesaktian.

Konon karena keampuhannya tombak Kiai Upas pernah dipinjam seorang ulama untuk melawan penjajah dalam pertempuran 10 November di Surabaya.

Pusaka itu dibawa Raden Mas Tumenggung Pringgodiningrat, putra Pangeran Noyokusumo Pekalongan yang juga menantu Sultan Hamengku Buwono II.

Pringgodiningrat merupakan Bupati Ngrowo yang dikemudian hari berubah nama Tulungagung.
(nag)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1267 seconds (0.1#10.140)