Tolak Bandara, Petani Tidur di Jalan dan Mogok Makan
A
A
A
YOGYAKARTA - Ratusan petani yang menolak rencana pembangunan bandara baru di Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta kembali turun ke jalan.
Mereka melakukan aksi tiduran di pinggir Jalan Malioboro, tepatnya di depan Gedung DPRD Yogyakarta.
Aksi ini sempat membuat jalanan yang menjadi pusat pariwisata, perkantoran, hingga pusat perekonomian itu bertambah macet.
Pengendara, baik roda dua maupun mobil harus berjalan lebih pelan dan hanya bisa menggunakan sebagian badan jalan.
Petugas kepolisian setempat mengatur jalan agar tidak bertambah padat. Pucuk pimpinan polisi di Kota Yogya Kombes Pol Prihartono Eling Lelakon juga terlihat memantau jalannya aksi.
Selain membawa spanduk dan poster berisi tuntutan, massa aksi yang sebagian besar di atas kepala lima ini juga membawa beragam hasil panen, seperti semangka, melon, jagung, mentimun, bengkoang, dan aneka sayuran.
Aksi ini membuat wisatawan, khususnya dari mancanegara yang kebetulan melintas, mengabadikan moment ini dengan kamera, baik handphone maupun digital yang mereka bawa.
Usai melakukan aksi tidur di separoh Jalan Malioboro, massa aksi menuju gedung DPRD Yogyakarta. Mereka berencana melakukan aksi mogok makan selama 15 hari kedepan.
Surajiman, salah satu peserta aksi mengaku area lahan sekira 3000 meter miliknya hilang jika pembangunan bandara dilakukan. Lahan itu mulai dari pekarangan rumah, area sawah, rumah tempat tinggal, maupun tempat lainya.
"Harapan kita petani cuma satu, jangan buat bandara di lahan kami. Itu tanah nenek moyang, sejak dulu hingga anak cucu nanti untuk ditempati," kata bapak empat anak ini, Senin (26/10/2015).
Sementara koordinator aksi Santos Muhammad mengaku sudah mendapat ijin melakukan aksi, baik dari kepolisian maupun dari sekretaris dewan.
"Kita sudah mendapat ijin dari sekretaris dewan untuk melakukan aksi selama 15 hari kedepan," kata Santos.
Dalam 15 hari kedepan, massa aksi tak hanya mogok makan. Mereka juga akan melakukan doa bersama agar rencana pembangunan bandara di Kulonprogo dibatalkan.
"Kita juga lakukan mujahadah, harapannya cuma satu, supaya pembangunan bandara di Temon, Kulonprogo gagal," pungkasnya.
Mereka melakukan aksi tiduran di pinggir Jalan Malioboro, tepatnya di depan Gedung DPRD Yogyakarta.
Aksi ini sempat membuat jalanan yang menjadi pusat pariwisata, perkantoran, hingga pusat perekonomian itu bertambah macet.
Pengendara, baik roda dua maupun mobil harus berjalan lebih pelan dan hanya bisa menggunakan sebagian badan jalan.
Petugas kepolisian setempat mengatur jalan agar tidak bertambah padat. Pucuk pimpinan polisi di Kota Yogya Kombes Pol Prihartono Eling Lelakon juga terlihat memantau jalannya aksi.
Selain membawa spanduk dan poster berisi tuntutan, massa aksi yang sebagian besar di atas kepala lima ini juga membawa beragam hasil panen, seperti semangka, melon, jagung, mentimun, bengkoang, dan aneka sayuran.
Aksi ini membuat wisatawan, khususnya dari mancanegara yang kebetulan melintas, mengabadikan moment ini dengan kamera, baik handphone maupun digital yang mereka bawa.
Usai melakukan aksi tidur di separoh Jalan Malioboro, massa aksi menuju gedung DPRD Yogyakarta. Mereka berencana melakukan aksi mogok makan selama 15 hari kedepan.
Surajiman, salah satu peserta aksi mengaku area lahan sekira 3000 meter miliknya hilang jika pembangunan bandara dilakukan. Lahan itu mulai dari pekarangan rumah, area sawah, rumah tempat tinggal, maupun tempat lainya.
"Harapan kita petani cuma satu, jangan buat bandara di lahan kami. Itu tanah nenek moyang, sejak dulu hingga anak cucu nanti untuk ditempati," kata bapak empat anak ini, Senin (26/10/2015).
Sementara koordinator aksi Santos Muhammad mengaku sudah mendapat ijin melakukan aksi, baik dari kepolisian maupun dari sekretaris dewan.
"Kita sudah mendapat ijin dari sekretaris dewan untuk melakukan aksi selama 15 hari kedepan," kata Santos.
Dalam 15 hari kedepan, massa aksi tak hanya mogok makan. Mereka juga akan melakukan doa bersama agar rencana pembangunan bandara di Kulonprogo dibatalkan.
"Kita juga lakukan mujahadah, harapannya cuma satu, supaya pembangunan bandara di Temon, Kulonprogo gagal," pungkasnya.
(nag)