Pakualam Gelar Wisuda Abdi Dalem Notokusumo
A
A
A
YOGYAKARTA - Kadipaten Pakualaman Yogyakarta mengelar wisuda abdi dalem, pada 158 anggota Himpunan Kerabat dan Kawulo Paku Alam (HKKPA) Notokusumo.
Terdapat delapan tingkatan wisuda, mulai dari Mas Ngabei yang terendah hingga Kanjeng Raden Tumenggung Haryo untuk kepangkatan yang paling tinggi.
"Ada 11 orang tidak bisa hadir dengan beragam alasan. Seharusnya jumlah yang wisuda hari ini ada 169, karena ada yang tidak hadir jadi 158 orang," kata Ketua Umum HKKPA Notokusumo KPH Wiroyudho, Sabtu (10/10/2015).
Pelantikan itu dipimpin oleh Sampeyan Dalem KGPAA Paku Alam IX Anglingkusumo. Para anggota trah penerima gelar kepangkatan mengenakan baju beskap dan peranakan dalam mengikuti prosesi yang digelar di Puro Pakualaman Yogyakarta.
"Peserta wisuda kali ini terdiri dari beberapa elemen masyarakat. Di antaranya adalah Front Jogja Rembug (FJR), Front Jihad Islamiyah (FJI), Laskar Komando Sakera, juga dari unsur pondok pesantren, seperti Pondok Pesantren Lempuyangan dan Tebu Ireng," jelas KPH Wiroyudho.
Kalau dulu, kata dia, harus dari trah atau darah keturunan Keluarga Dalem Kadipaten Puro Pakualaman Yogyakarta. Namun, untuk saat ini sudah berubah dan terbuka bagi masyarakat.
Trah Pakualam, kata dia, sudah menyebar ke seluruh Nusantara dan bahkan ke beberapa negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Pakistan, dan bahkan Amerika. Dia menyebut, ada sekira 1.700 orang yang sudah resmi mendapat gelar kepangkatan dari kadipaten.
Dia juga menyampaikan, ada pembekalan para abdi dalem sebelun diwisuda. Pembekalan itu terkait banyak hal, seperti adat istiadat, budaya hingga sosial kemasyarakatan, maupun pengetahuan politik yang selama ini ada di Pakualaman.
Keraton Yogyakarta, sebut dia, dalam perkembangannya juga terdapat unsur politis di dalamnya. Sehingga, tak dipungkiri lagi Pakualam juga memberi pemahaman tentang politik.
"Kami seleksi lagi, dilakukan pelatihan, yang lulus diwisuda. Grade kami tentukan menurut status pendidikan, pekerjaan juga, silsilahnya seperti apa, dan masih banyak faktor lain," jelasnya.
Terdapat delapan tingkatan wisuda, mulai dari Mas Ngabei yang terendah hingga Kanjeng Raden Tumenggung Haryo untuk kepangkatan yang paling tinggi.
"Ada 11 orang tidak bisa hadir dengan beragam alasan. Seharusnya jumlah yang wisuda hari ini ada 169, karena ada yang tidak hadir jadi 158 orang," kata Ketua Umum HKKPA Notokusumo KPH Wiroyudho, Sabtu (10/10/2015).
Pelantikan itu dipimpin oleh Sampeyan Dalem KGPAA Paku Alam IX Anglingkusumo. Para anggota trah penerima gelar kepangkatan mengenakan baju beskap dan peranakan dalam mengikuti prosesi yang digelar di Puro Pakualaman Yogyakarta.
"Peserta wisuda kali ini terdiri dari beberapa elemen masyarakat. Di antaranya adalah Front Jogja Rembug (FJR), Front Jihad Islamiyah (FJI), Laskar Komando Sakera, juga dari unsur pondok pesantren, seperti Pondok Pesantren Lempuyangan dan Tebu Ireng," jelas KPH Wiroyudho.
Kalau dulu, kata dia, harus dari trah atau darah keturunan Keluarga Dalem Kadipaten Puro Pakualaman Yogyakarta. Namun, untuk saat ini sudah berubah dan terbuka bagi masyarakat.
Trah Pakualam, kata dia, sudah menyebar ke seluruh Nusantara dan bahkan ke beberapa negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Pakistan, dan bahkan Amerika. Dia menyebut, ada sekira 1.700 orang yang sudah resmi mendapat gelar kepangkatan dari kadipaten.
Dia juga menyampaikan, ada pembekalan para abdi dalem sebelun diwisuda. Pembekalan itu terkait banyak hal, seperti adat istiadat, budaya hingga sosial kemasyarakatan, maupun pengetahuan politik yang selama ini ada di Pakualaman.
Keraton Yogyakarta, sebut dia, dalam perkembangannya juga terdapat unsur politis di dalamnya. Sehingga, tak dipungkiri lagi Pakualam juga memberi pemahaman tentang politik.
"Kami seleksi lagi, dilakukan pelatihan, yang lulus diwisuda. Grade kami tentukan menurut status pendidikan, pekerjaan juga, silsilahnya seperti apa, dan masih banyak faktor lain," jelasnya.
(san)