Ritual Ngundang Dewi Sri Kampung Djawa Sekatul

Jum'at, 02 Oktober 2015 - 06:00 WIB
Ritual Ngundang Dewi...
Ritual Ngundang Dewi Sri Kampung Djawa Sekatul
A A A
KENDAL - Beragam hasil bumi diwujudkan dalam bentuk gunungan dan sentong diarak ratusan masyarakat adat dari berbagai daerah di Jawa Tengah, di Kompleks Kampung Djawa Sekatul Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.

Diiringi prajurit bersenjata tombak dan pedang, hasil bumi tersebut dibawa menuju bangsal Agung Kampung Djawa Sekatul. Aroma bunga dan dupa menambah kekhusyukan para hadirin yang turut melakukan Ritual Ngundang Dewi Sri.

Dewi Sri oleh orang Jawa dikenal sebagai Dewi Padi atau yang memberikan kemakmuran hasil bumi. Kebanyakan kisah mengenai Dewi Sri terkait dengan mitos asal mula terciptanya tanaman padi, bahan pangan utama.

Proses ritual ini dimulai dengan tarian sri karahayon agung dan tari tayub. Selanjutnya, di antara masyarakat adat khidmat mengumandangkan tembang berbahasa Jawa, yang merupakan cara untuk mengundang Dewi Sri.

Beberapa ikat padi yang disimbolkan sebagai tokoh Dewi Sri dan Raden Sadaono kemudian diambil KPHA Djoyonegoro, untuk diserahkan kepada istrinya supaya disimpan dalam tempat beras.

Seusai prosesi ritual, warga yang hadir pun berebut hasil bumi berupa buah-buahan dan sayuran. Tak hanya itu, warga juga memperebutkan gunungan gabah yang dibentuk tokoh Dewi Sri dan Raden Sadono.

KPHA Djojonegoro, sesepuh adat Kampung Djawa Sekatul mengatakan bahwa ritual mengundang Dewi Sri ini dilakukan sebagai ucapan syukur kepada Tuhan atas kelimpahan rejeki dan kemakmuran.

"Ini sudah menjadi adat dan tradisi. Orang Jawa punya cara untuk bersyukur atas kenikmatan yang dia dapatkan dari Tuhan," ujarnya.

Menurutnya, Jawa ada dengan berbagai tradisinya. Namun, saat ini tradisi-tradisi itu mulai tergerus oleh kemajuan teknologi. "Sebagai orang Jawa mestinya tetap melestarikan budaya, adat, dan keseniannya. Karena itu sebagai identitas."

Sukainah, salah seorang warga yang ikut hadir dalam prosesi tersebut mengaku merasakan ketenteraman saat mengikuti ritual. Hal itu lantaran kekhusyukan dan kerendahhatian para masyarakat adat dalam menjunjung rasa syukur terhadap kemakmuran yang diperolehnya.

"Orang Jawa dipelajari tentang bagaimana bersyukur. Tidak menyia-nyiakan apa yang diberikan Tuhan," tandasnya.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1039 seconds (0.1#10.140)