Aktivis Petani Tewas Dikeroyok Saat akan Unjuk Rasa
A
A
A
LUMAJANG - Seorang petani, yang juga aktivis Forum Petani Anti Tambang, Salim, alias Kancil ditemukan tewas, dengan luka mengenaskan di sekujur tubuh. Warga Desa Selo Awar-awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang ini, tewas dalam kondisi tangan terikat.
Selain Salim, Koordinator Forum Petani Anti Tambang, Tosan (48) juga menjadi korban aksi kekerasan, dan kebrutalan kelompok yang menentang perjuangan para petani tersebut. Korban, dikeroyok belasan orang di depan rumahnya sendiri, hingga mengalami luka parah.
Ayah tiga anak tersebut, saat ini harus menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Hartoyo, Kabupaten Lumajang.
“Kondisinya sudah sadarkan diri. Tetapi, sama dokternya belum boleh banyak bicara,” ujar istri korban, Ati Hariati (44).
Kejadian kekerasan ini, terkait erat dengan rencana Forum Petani Anti Tambang, yang akan menggelar aksi demonstrasi menentang penambangan pasir di desa tersebut, pada hari Sabtu (26/9/2015) pukul 09.00 WIB. Penambangan pasir ini, dinilai oleh para petani merusak lingkungan, dan lahan persawahan.
Polisi yang menerima laporan terjadinya kekerasan ini, langsung menuju ke tempat kejadian perkara (TKP). “Saat tiba di TKP pengeroyokan korban Tosan. Tiba-tiba kami juga menerima laporan, adanya korban tewas dengan kondisi tangan terikat. Korban tersebut diketahui bernama Salim alias Kancil,” ujar Kapolres Lumajang, AKBP Faddly Munzir Ismail.
Salim yang ditemukan tewas di lahan pemakaman desa, dengan banyak luka bacokan. Diketahui sebagai pemilik lahan persawahan di dekat pertambangan pasir.
Selama ini, dia juga dikenal sebagai aktivis petani yang menentang penambangan pasir pantai, karena merusak lahan persawahan.
Faddly menyebutkan, berdasarkan keterangan sementara, sebelum ditemukan meninggal dunia, korban Salim dibawa keluar rumah oleh belasan orang dengan kondisi tangan terikat. Setelah itu, dilaporkan sudah dalam kondisi tidak bernyawa di lahan pemakaman.
Saat ini polisi masih melakukan penyelidikan, dan pengejaran terhadap para pelaku pengeroyokan serta pembunuhan ini.
Termasuk, menyelidiki adanya kemungkinan aktor intelektual di belakang aksi kekerasan ini. Para pelaku ini, diancam dengan Pasal 170, dan 338 KUHP, tentang pengeroyokan, dan pembunuhan.
Sebelum kejadian ini, Faddly mengaku, Forum Petani Anti Tambang sudah mengajukan permohonan untuk menggelar aksi demonstrasi menentang penambangan pasir. Rencananya, ada 200 petani yang akan menggelar aksi demonstrasi.
“Kami sendiri, sedang menyiapkan pasukan, untuk mengamankan jalannya demonstrasi. Tiba-tiba mendapatkan laporan tentang aksi kekerasan tersebut,” tandasnya.
Selain Salim, Koordinator Forum Petani Anti Tambang, Tosan (48) juga menjadi korban aksi kekerasan, dan kebrutalan kelompok yang menentang perjuangan para petani tersebut. Korban, dikeroyok belasan orang di depan rumahnya sendiri, hingga mengalami luka parah.
Ayah tiga anak tersebut, saat ini harus menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Hartoyo, Kabupaten Lumajang.
“Kondisinya sudah sadarkan diri. Tetapi, sama dokternya belum boleh banyak bicara,” ujar istri korban, Ati Hariati (44).
Kejadian kekerasan ini, terkait erat dengan rencana Forum Petani Anti Tambang, yang akan menggelar aksi demonstrasi menentang penambangan pasir di desa tersebut, pada hari Sabtu (26/9/2015) pukul 09.00 WIB. Penambangan pasir ini, dinilai oleh para petani merusak lingkungan, dan lahan persawahan.
Polisi yang menerima laporan terjadinya kekerasan ini, langsung menuju ke tempat kejadian perkara (TKP). “Saat tiba di TKP pengeroyokan korban Tosan. Tiba-tiba kami juga menerima laporan, adanya korban tewas dengan kondisi tangan terikat. Korban tersebut diketahui bernama Salim alias Kancil,” ujar Kapolres Lumajang, AKBP Faddly Munzir Ismail.
Salim yang ditemukan tewas di lahan pemakaman desa, dengan banyak luka bacokan. Diketahui sebagai pemilik lahan persawahan di dekat pertambangan pasir.
Selama ini, dia juga dikenal sebagai aktivis petani yang menentang penambangan pasir pantai, karena merusak lahan persawahan.
Faddly menyebutkan, berdasarkan keterangan sementara, sebelum ditemukan meninggal dunia, korban Salim dibawa keluar rumah oleh belasan orang dengan kondisi tangan terikat. Setelah itu, dilaporkan sudah dalam kondisi tidak bernyawa di lahan pemakaman.
Saat ini polisi masih melakukan penyelidikan, dan pengejaran terhadap para pelaku pengeroyokan serta pembunuhan ini.
Termasuk, menyelidiki adanya kemungkinan aktor intelektual di belakang aksi kekerasan ini. Para pelaku ini, diancam dengan Pasal 170, dan 338 KUHP, tentang pengeroyokan, dan pembunuhan.
Sebelum kejadian ini, Faddly mengaku, Forum Petani Anti Tambang sudah mengajukan permohonan untuk menggelar aksi demonstrasi menentang penambangan pasir. Rencananya, ada 200 petani yang akan menggelar aksi demonstrasi.
“Kami sendiri, sedang menyiapkan pasukan, untuk mengamankan jalannya demonstrasi. Tiba-tiba mendapatkan laporan tentang aksi kekerasan tersebut,” tandasnya.
(sms)