Khotbah Idul Adha, Pandangan Visioner Nabi Ibrahim
A
A
A
YOGYAKARTA - Semangat Hari Raya Idul Adha tak lepas dari sejarah Nabi Ibrahim AS yang mendapat perintah dari Allah untuk menyembelih putranya Ismail yang berubah menjadi hewan kurban.
Namun, esensi doa Nabi Ibrahim yang mendapat perintah cukup berat itu jarang dikupas alim ulama saat perayaan kurban.
"Selama ini kita hanya menyembelih hewan kurban saat hari raya Idul Adha tiba, tapi kita jarang membahas visioner Nabi Ibrahim," kata Direktur Muhammadiyah Bording School (MBS) Nashirul Ahsan dalam khotbah usai menjadi imam salat Idul Adha, di Lapangan Bokoharjo, Prambanan, Sleman, DI Yogyakarta, Rabu (23/9/2015).
Dia menyebut, ada dua visioner Nabi Ibraham yang perlu dipahami masyarakat, selain banyak doa yang disampaikan bapak para nabi tersebut. Dua visioner itu dalam hal pemerintahan dan perekonomian.
Negara tidak akan kuat ketika rasa aman dalam pemerintahan terabaikan. Pemerintah yang aman dibutuhkan pemimpin yang amanah.
"Kita setiap hari mendapat suguhan pemimpin yang korup, keimanan dan ketakwaan pemimpin seperti itu menunjukan bahwa pemimpin kita jauh dari harapan," katanya.
Nashir menyebut banyak anggota dewan baik tingkat kabupaten, kota, provinsi, hingga pusat yang terjerat kasus-kasus korupsi. Tindakan itu bukan seluruhnya salah pemimpin karena dia dipilih oleh masyarakat.
Apalagi, untuk mendapat kursi pimpinan tidak gratis. Butuh biaya tinggi yang harus dikeluarkan sehingga dia harus berfikir rasional untuk mengembalikan modal yang dikeluarkan.
"Jangan menyalahkan pemimpin yang korup, kenapa kita mau menerima uang receh untuk memilihnya jadi pemimpin, budaya itu harus diubah kalau kita menginginkan pemimpin yang baik, kenali karakter dan kepribadiannya," jelasnya.
Indonesia, kata Nashir, bukan negara kerajaan, yang menjadikan pemimpin dengan garis keturunan. Namun, negeri ini merupakan negara demokrasi yang menentukan pemimpin dipilih oleh masyarakat. Sudah sepantasnya masyarakat tidak boleh lagi lengah menjatuhkan pilihan pemimpin yang mengobral uang saat pesta rakyat.
"Saudara kita di atas gunung, siapa yang mensuplai air bersih saat jauh dari pemilihan pemimpin? hanya ormas keagamaan. Dimana pemimpin yang dulu berjanji akan membantu? Mereka sibuk mencari dana untuk diri sendiri tanpa memikirkan nasib yang dipimpin," terangnya.
Untuk itu, esensi visioner Nabi Ibrahim mengenai kenegaraan harus diwujudkan dengan memilih pemimpin yang memiliki ketebalan keimanan dan ketakwaan. Pemimpin dalam masyarakat bisa dimulai tingkat RT, RW, Kepala Dusun, Kepala Desa, DPR, Bupati, Walikota, Kepala Daerah, hingga Presiden.
"Kita merdeka 70 tahun belum aman karena pemimpin yang hanya mementingkan diri sendiri," jelasnya.
Visioner Nabi Ibrahim kedua yang juga jarang dibahas mengenai perekonomian. Ibraham sudah memberi contoh supaya hidup untuk saling kerjasama yang saling menguntungkan. Negeri Arab yang tandus tidak bisa hidup sendiri tanpa ada kerjasama yang baik dengan negara lain.
"Buah di Negeri arab semua ada, padahal negeri itu tandus, tidak bisa semua buah-buahan tumbuh. Buah-buahan itu ada karena hubungan baik yang diterapkan Negara Arab dengan negara lain, mereka sadar tidak bisa hidup tanpa kerjasama negara lain," jelasnya.
Nashir menoleh Indonesia yang kaya akan sumber daya alam, kekayaan laut, hingga musim yang baik untuk tanam-tanaman. Sayangnya, eksploitasi besar-besaran dilakukan sehingga rakyat masih banyak yang hidup di bawah garis kemiskinan.
Dia kembali memberi contoh kebutuhan air bersih untuk warga yang tinggal di perbukitan Prambanan masih kekurangan air bersih ketika musim kemarau. Untuk mendapatkan air bersih, mereka harus membeli manakala bantuan tak kunjung datang.
Untuk itu, kata dia, kerjasama harus tumbuh dalam lingkungan masyarakat supaya beban berat yang dipikul menjadi lebih ringan. Dia melihat budaya gotong-royong yang dulu ada, sedikit demi sedikit terkikis dengan kemajuan era teknologi yang berkembang pesat saat ini.
Sementara itu, hewan kurban di wilayah Bokoharjo sendiri tercatat ada 101 ekor sapi dan 23 ekor kambing. Jumlah itu diprediksi bertambah karena tidak semua dusun di bokoharjo memberitahukan ke pihak panitia hewan kurban.
Namun, esensi doa Nabi Ibrahim yang mendapat perintah cukup berat itu jarang dikupas alim ulama saat perayaan kurban.
"Selama ini kita hanya menyembelih hewan kurban saat hari raya Idul Adha tiba, tapi kita jarang membahas visioner Nabi Ibrahim," kata Direktur Muhammadiyah Bording School (MBS) Nashirul Ahsan dalam khotbah usai menjadi imam salat Idul Adha, di Lapangan Bokoharjo, Prambanan, Sleman, DI Yogyakarta, Rabu (23/9/2015).
Dia menyebut, ada dua visioner Nabi Ibraham yang perlu dipahami masyarakat, selain banyak doa yang disampaikan bapak para nabi tersebut. Dua visioner itu dalam hal pemerintahan dan perekonomian.
Negara tidak akan kuat ketika rasa aman dalam pemerintahan terabaikan. Pemerintah yang aman dibutuhkan pemimpin yang amanah.
"Kita setiap hari mendapat suguhan pemimpin yang korup, keimanan dan ketakwaan pemimpin seperti itu menunjukan bahwa pemimpin kita jauh dari harapan," katanya.
Nashir menyebut banyak anggota dewan baik tingkat kabupaten, kota, provinsi, hingga pusat yang terjerat kasus-kasus korupsi. Tindakan itu bukan seluruhnya salah pemimpin karena dia dipilih oleh masyarakat.
Apalagi, untuk mendapat kursi pimpinan tidak gratis. Butuh biaya tinggi yang harus dikeluarkan sehingga dia harus berfikir rasional untuk mengembalikan modal yang dikeluarkan.
"Jangan menyalahkan pemimpin yang korup, kenapa kita mau menerima uang receh untuk memilihnya jadi pemimpin, budaya itu harus diubah kalau kita menginginkan pemimpin yang baik, kenali karakter dan kepribadiannya," jelasnya.
Indonesia, kata Nashir, bukan negara kerajaan, yang menjadikan pemimpin dengan garis keturunan. Namun, negeri ini merupakan negara demokrasi yang menentukan pemimpin dipilih oleh masyarakat. Sudah sepantasnya masyarakat tidak boleh lagi lengah menjatuhkan pilihan pemimpin yang mengobral uang saat pesta rakyat.
"Saudara kita di atas gunung, siapa yang mensuplai air bersih saat jauh dari pemilihan pemimpin? hanya ormas keagamaan. Dimana pemimpin yang dulu berjanji akan membantu? Mereka sibuk mencari dana untuk diri sendiri tanpa memikirkan nasib yang dipimpin," terangnya.
Untuk itu, esensi visioner Nabi Ibrahim mengenai kenegaraan harus diwujudkan dengan memilih pemimpin yang memiliki ketebalan keimanan dan ketakwaan. Pemimpin dalam masyarakat bisa dimulai tingkat RT, RW, Kepala Dusun, Kepala Desa, DPR, Bupati, Walikota, Kepala Daerah, hingga Presiden.
"Kita merdeka 70 tahun belum aman karena pemimpin yang hanya mementingkan diri sendiri," jelasnya.
Visioner Nabi Ibrahim kedua yang juga jarang dibahas mengenai perekonomian. Ibraham sudah memberi contoh supaya hidup untuk saling kerjasama yang saling menguntungkan. Negeri Arab yang tandus tidak bisa hidup sendiri tanpa ada kerjasama yang baik dengan negara lain.
"Buah di Negeri arab semua ada, padahal negeri itu tandus, tidak bisa semua buah-buahan tumbuh. Buah-buahan itu ada karena hubungan baik yang diterapkan Negara Arab dengan negara lain, mereka sadar tidak bisa hidup tanpa kerjasama negara lain," jelasnya.
Nashir menoleh Indonesia yang kaya akan sumber daya alam, kekayaan laut, hingga musim yang baik untuk tanam-tanaman. Sayangnya, eksploitasi besar-besaran dilakukan sehingga rakyat masih banyak yang hidup di bawah garis kemiskinan.
Dia kembali memberi contoh kebutuhan air bersih untuk warga yang tinggal di perbukitan Prambanan masih kekurangan air bersih ketika musim kemarau. Untuk mendapatkan air bersih, mereka harus membeli manakala bantuan tak kunjung datang.
Untuk itu, kata dia, kerjasama harus tumbuh dalam lingkungan masyarakat supaya beban berat yang dipikul menjadi lebih ringan. Dia melihat budaya gotong-royong yang dulu ada, sedikit demi sedikit terkikis dengan kemajuan era teknologi yang berkembang pesat saat ini.
Sementara itu, hewan kurban di wilayah Bokoharjo sendiri tercatat ada 101 ekor sapi dan 23 ekor kambing. Jumlah itu diprediksi bertambah karena tidak semua dusun di bokoharjo memberitahukan ke pihak panitia hewan kurban.
(san)