Sriyana Titip Keluarga dan Orang Tua ke Warga
A
A
A
Duka dirasakan istri dan tiga putri almarhum Sriyana Marja Sihono, 48, di rumah duka Rewulu Kulon RT 3/22, Sidokarto, Godean, Sleman, kemarin. Sriyana dipastikan menjadi salah satu mujahid haji akibat musibah robohnya crane di Kompleks Masjidil Haram Mekkah, Jumat (11/9).
Apalagi sebelum peristiwa tersebut, keluarga tidak mendapat firasat apa pun sehingga kepergian Sriyana untuk selamanya membuat istrinya, Suryatiningsih, dan buah hati mereka, yaitu Khusnul Latifah, 21; Alfiah Nurhidayah, 17; dan Zakiah Nur Afifah, 11; syok . Hal itu tampak jelas dari raut wajah mereka yang sembab saat menerima para pelayat. Bahkan putri pertama alm Sriyana, Khusnul Latifah, sempat pingsan.
“Kami dapat kabar, tadi pagi (kemarin) pukul 06.30 WIB setelah melihat berita di televisi, ada nama Sriyana yang meninggal. Untuk memastikan kami menghubungi Komjen RI di Mekkah dan membenarkan kabar itu,” ungkap kakak sepupu Sriyana, Muhammad Fauzan di rumah duka, kemarin.
Sriyana tercatat sebagai calon jamaah haji (calhaj) asal Sleman pada Kloter 27 SOC dan diberangkatkan 30 Agustus lalu melalui Bandara Internasional Adisumarno, Solo dengan nomor paspor B1188078. Sejak keberangkatan dan setelah sampai di Mekkah, korban selalu berkomunikasi dengan keluarga.
Hanya setelah ada kabar crane roboh di Masjidil Haram, keluarga kehilangan kontak tidak bisa menghubungi lagi. Hingga akhirnya menerima kabar kepala rumah tangga mereka menjadi salah satu korban robohnya crane . “Terakhir kami kontak dengan Sriyana seusai salat Jumat. Setelah ada berita crane menimpa bangunan Masjidil Haram saat dicoba menghubungi (lagi) sudah tidak bisa,” tutur Fauzan.
Fauzan mengungkapkan, Sriyana yang berprofesi sebagai guru permesinan di SMKN 2 Depok itu mendaftar haji sejak lima tahun lalu. Tidak ada firasat yang dirasakan keluarga sebelum orang yang dicintainya meninggal. Hanya saat pamitan haji, kata Fauzan, tepatnya satu pekan sebelum keberangkatan ke Tanah Suci, dia pamit sendiri ke warga tidak diwakilkan.
Saat bertemu warga almarhum menitipkan keluarga dan orang tuanya. “Itulah yang diucapkan saat pamitan haji,” ujarnya. Selama ini Sriyana dikenal sebagai panutan masyarakat. Selain sebagai takmir Masjid Alnaser di dusun setempat, juga dikenal sebagai ustaz yang mengisi pengajian di berbagai lokasi. Karena itu, berita meninggal Sriyana membuat masyarakat kehilangan tokohnya.
Terlebih Sriyana merupakan warga asli Rewulu Kulon. Meski begitu, keluarga besar Sriyana tetap ikhlas dengan wafatnya almarhum, termasuk pemakaman di Mekkah. “Keluarga di sini sudah ikhlas,” katanya. Mertua Sriyana, Sastra Wiarjo, 73, menambahkan di mata keluarga dan masyarakat korban dikenal lugu dan apa adanya. Bahkan untuk mewujudkan keinginannya berhaji, di rumahnya membuka usaha las dengan tiga karyawan.
Dari hasil usahanya itu, kemudian disimpan di tabungan haji yang ada di Godean. Wiarjo mengungkapkan, kehidupan Sriyana sebagai guru juga berliku. Sebelum menjadi pegawai negeri sipil (PNS), setelah lulus dari IKIP (UNY), menantunya itu menjadi guru di SMK Piri. Setelah itu, pindah ke SMK Bambanglipiro, Bantul, dari sini pindah lagi ke SMK di Kroya, Cilacap.
Dari SMK di Kroya mendapatkan tawaran jadi guru bantu di SMK Piri lagi. Sebelum mengikuti ujian PNS guru, Sriyana sempat mengikuti seleksi menjadi Sekretaris Desa (Sekdes) Sidokarto, hanya saat ujian dia tidak lolos. Pada 2003 lalu mengikuti ujian CPNS guru dan lolos ditempatkan di SMKN 2 Depok sampai sekarang.
“Perjuangan menantu saya itu cukup berat dalam mencapai tujuan, termasuk saat akan naik haji juga harus menabung,” kata Wiarjo dengan mata berkaca-kaca. Keluarga, warga, serta para takziah seusai salat zuhur berjamaah di rumah duka langsung melakukan salat gaib yang dipimpin Fauzan.
Sebelumnya, Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Sleman Muhammad Lutfi Hamid mendatangi keluarga dan mengucapkan belasungkawa. Lutfi mengutarakan informasi awal saat crane jatuh Sriyana belum pulang ke pemondokan. Kemudian dikoordinasikan ke bagian orang hilang. Pada Minggu (13/9) mendapatkan kabar dari koordinator kloter haji bahwa korban meninggal adalah Sriyana.
Untuk jenazah sesuai peraturan Pemerintah Arab Saudi, jamaah haji yang meninggal harus dimakamkan di sana. Sementara keluarga almarhum akan mendapatkan asuransi dari pemerintah dan diupayakan juga dapat dari Pemerintah Arab Saudi. “Karena itu, semua dokumen Sriyana segera akan kami kirim ke bagian haji di Jakarta untuk kepengurusan asuransi ini,” kata Lutfi.
Priyo setyawan
Apalagi sebelum peristiwa tersebut, keluarga tidak mendapat firasat apa pun sehingga kepergian Sriyana untuk selamanya membuat istrinya, Suryatiningsih, dan buah hati mereka, yaitu Khusnul Latifah, 21; Alfiah Nurhidayah, 17; dan Zakiah Nur Afifah, 11; syok . Hal itu tampak jelas dari raut wajah mereka yang sembab saat menerima para pelayat. Bahkan putri pertama alm Sriyana, Khusnul Latifah, sempat pingsan.
“Kami dapat kabar, tadi pagi (kemarin) pukul 06.30 WIB setelah melihat berita di televisi, ada nama Sriyana yang meninggal. Untuk memastikan kami menghubungi Komjen RI di Mekkah dan membenarkan kabar itu,” ungkap kakak sepupu Sriyana, Muhammad Fauzan di rumah duka, kemarin.
Sriyana tercatat sebagai calon jamaah haji (calhaj) asal Sleman pada Kloter 27 SOC dan diberangkatkan 30 Agustus lalu melalui Bandara Internasional Adisumarno, Solo dengan nomor paspor B1188078. Sejak keberangkatan dan setelah sampai di Mekkah, korban selalu berkomunikasi dengan keluarga.
Hanya setelah ada kabar crane roboh di Masjidil Haram, keluarga kehilangan kontak tidak bisa menghubungi lagi. Hingga akhirnya menerima kabar kepala rumah tangga mereka menjadi salah satu korban robohnya crane . “Terakhir kami kontak dengan Sriyana seusai salat Jumat. Setelah ada berita crane menimpa bangunan Masjidil Haram saat dicoba menghubungi (lagi) sudah tidak bisa,” tutur Fauzan.
Fauzan mengungkapkan, Sriyana yang berprofesi sebagai guru permesinan di SMKN 2 Depok itu mendaftar haji sejak lima tahun lalu. Tidak ada firasat yang dirasakan keluarga sebelum orang yang dicintainya meninggal. Hanya saat pamitan haji, kata Fauzan, tepatnya satu pekan sebelum keberangkatan ke Tanah Suci, dia pamit sendiri ke warga tidak diwakilkan.
Saat bertemu warga almarhum menitipkan keluarga dan orang tuanya. “Itulah yang diucapkan saat pamitan haji,” ujarnya. Selama ini Sriyana dikenal sebagai panutan masyarakat. Selain sebagai takmir Masjid Alnaser di dusun setempat, juga dikenal sebagai ustaz yang mengisi pengajian di berbagai lokasi. Karena itu, berita meninggal Sriyana membuat masyarakat kehilangan tokohnya.
Terlebih Sriyana merupakan warga asli Rewulu Kulon. Meski begitu, keluarga besar Sriyana tetap ikhlas dengan wafatnya almarhum, termasuk pemakaman di Mekkah. “Keluarga di sini sudah ikhlas,” katanya. Mertua Sriyana, Sastra Wiarjo, 73, menambahkan di mata keluarga dan masyarakat korban dikenal lugu dan apa adanya. Bahkan untuk mewujudkan keinginannya berhaji, di rumahnya membuka usaha las dengan tiga karyawan.
Dari hasil usahanya itu, kemudian disimpan di tabungan haji yang ada di Godean. Wiarjo mengungkapkan, kehidupan Sriyana sebagai guru juga berliku. Sebelum menjadi pegawai negeri sipil (PNS), setelah lulus dari IKIP (UNY), menantunya itu menjadi guru di SMK Piri. Setelah itu, pindah ke SMK Bambanglipiro, Bantul, dari sini pindah lagi ke SMK di Kroya, Cilacap.
Dari SMK di Kroya mendapatkan tawaran jadi guru bantu di SMK Piri lagi. Sebelum mengikuti ujian PNS guru, Sriyana sempat mengikuti seleksi menjadi Sekretaris Desa (Sekdes) Sidokarto, hanya saat ujian dia tidak lolos. Pada 2003 lalu mengikuti ujian CPNS guru dan lolos ditempatkan di SMKN 2 Depok sampai sekarang.
“Perjuangan menantu saya itu cukup berat dalam mencapai tujuan, termasuk saat akan naik haji juga harus menabung,” kata Wiarjo dengan mata berkaca-kaca. Keluarga, warga, serta para takziah seusai salat zuhur berjamaah di rumah duka langsung melakukan salat gaib yang dipimpin Fauzan.
Sebelumnya, Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Sleman Muhammad Lutfi Hamid mendatangi keluarga dan mengucapkan belasungkawa. Lutfi mengutarakan informasi awal saat crane jatuh Sriyana belum pulang ke pemondokan. Kemudian dikoordinasikan ke bagian orang hilang. Pada Minggu (13/9) mendapatkan kabar dari koordinator kloter haji bahwa korban meninggal adalah Sriyana.
Untuk jenazah sesuai peraturan Pemerintah Arab Saudi, jamaah haji yang meninggal harus dimakamkan di sana. Sementara keluarga almarhum akan mendapatkan asuransi dari pemerintah dan diupayakan juga dapat dari Pemerintah Arab Saudi. “Karena itu, semua dokumen Sriyana segera akan kami kirim ke bagian haji di Jakarta untuk kepengurusan asuransi ini,” kata Lutfi.
Priyo setyawan
(bbg)