Kakek Warsono, Kuli Panggul Kayu Jati Asal Ngawi
A
A
A
NGAWI - Seorang kakek di Ngawi, Jawa Timur, mampu mengangkat gelondongan kayu berbobot lebih dari dua kuintal seorang diri. Keistimewaan ini didapat karena sang kakek sudah menggeluti profesi ini sejak kecil dan merupakan pekerjaan turun-temurun.
Warsono (55), kakek tiga cucu warga Desa Sonde, Kecamatan Pitu, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur ini sehari-hari bekerja memindahkan gelondongan kayu jati berukuran besar ke atas truk pengangkut.
Kemampuan Warsono memanggul kayu jati berbobot lebih dua kuintal seorang diri sungguh luar biasa dan di atas rata-rata manusia pada umumnya. Padahal, untuk menaikkan kayu sebesar ini ke atas bak truk biasanya membutuhkan empat orang dewasa.
Warsono yang oleh warga dipanggil Mbah Kimplong, memiliki keistimewaan memanggul kayu jati sejak masih kecil. "Tak ada resep khusus," kata Mbah Kimplong.
Selama menjalani pekerjaan ini, risiko terjepit maupun keseleo bukan hal yang tidak bisa dihindari. Beberapa kali ia mengalami cedera kaki dan harus beristirahat beberapa lama.
Upah yang diterima dari kelompok tebangnya sekitar Rp200 ribu per muatan satu truk tak sebanding dengan risiko maupun nilai kayu jati yang dimuatnya.
Warsono tak tahu sampai kapan kemampuannya ini bertahan. Yang jelas, dia rela melakukan ini untuk mencukupi kebutuhan hidup bersama istrinya yang juga bekerja sebagai seorang buruh hutan.
PILIHAN:
Museum Alam Ini Jadi Pengingat Ganasnya Erupsi Merapi
Jalur Pendakian Gunung Merbabu Ditutup hingga Awal Musim Hujan
Warsono (55), kakek tiga cucu warga Desa Sonde, Kecamatan Pitu, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur ini sehari-hari bekerja memindahkan gelondongan kayu jati berukuran besar ke atas truk pengangkut.
Kemampuan Warsono memanggul kayu jati berbobot lebih dua kuintal seorang diri sungguh luar biasa dan di atas rata-rata manusia pada umumnya. Padahal, untuk menaikkan kayu sebesar ini ke atas bak truk biasanya membutuhkan empat orang dewasa.
Warsono yang oleh warga dipanggil Mbah Kimplong, memiliki keistimewaan memanggul kayu jati sejak masih kecil. "Tak ada resep khusus," kata Mbah Kimplong.
Selama menjalani pekerjaan ini, risiko terjepit maupun keseleo bukan hal yang tidak bisa dihindari. Beberapa kali ia mengalami cedera kaki dan harus beristirahat beberapa lama.
Upah yang diterima dari kelompok tebangnya sekitar Rp200 ribu per muatan satu truk tak sebanding dengan risiko maupun nilai kayu jati yang dimuatnya.
Warsono tak tahu sampai kapan kemampuannya ini bertahan. Yang jelas, dia rela melakukan ini untuk mencukupi kebutuhan hidup bersama istrinya yang juga bekerja sebagai seorang buruh hutan.
PILIHAN:
Museum Alam Ini Jadi Pengingat Ganasnya Erupsi Merapi
Jalur Pendakian Gunung Merbabu Ditutup hingga Awal Musim Hujan
(zik)