Mahasiswa Undip Temukan Pemurni Air

Jum'at, 11 September 2015 - 10:44 WIB
Mahasiswa Undip Temukan Pemurni Air
Mahasiswa Undip Temukan Pemurni Air
A A A
SEMARANG - Empat Mahasiswa Teknik Lingkungan Universitas Diponegoro yang tergabung dalam TIM PKM-P menemukan solusi jitu untuk mengolah air limbah yang mengalir dari tempat pembuangan akhir (TPA) Jatibarang.

Keempat mahasiswa itu, yakni Hilma Muthiah, Rusyda Syahidah, Rizki Januarita, dan Azka Azizah memurnikan air limbah menggunakan limbah Jerami dan Sekam padi sebagai bahan dasar pembuatan adsorben logam berat air lindi berbasis nano teknologi yakni nano arang aktif (NARA).

Ketua Tim PKM-P Hilma Muthiah menyebutkan, di TPA Jatibarang Semarang terdapat banyak timbunan sampah. Dalam sehari saja terdapat 6500 m3 timbunan sampah baru yang masuk di TPA tersebut. Dengan jumlah timbunan sampah yang begitu besar, memiliki efek negatif bagi lingkungan. Ketika timbunan itu tersiram air hujan akan memunculkan resapan cairan yang disebut air lindi.

“Nah , air lindi itu mengalirnya menuju ke Kali Kreo. Dan ironisnya, air yang ada di Kali tersebut sering dimanfaatkan oleh warga untuk mencuci, mandi, dan lainnya. Padahal, air lindi yang mengalir di kali tersebut mengandung kandungan logam berat yang sangat berbahaya bagi kesehatan seperti timbal, besi, dan mangan,” paparnya.

Dengan melihat cemaran air lindi itu, timnya juga melihat permasalahan lain yang ada di Kota Semarang seperti banyaknya limbah jerami dan sekam padi yang belum dimanfaatkan secara maksimal. “Jerami dan sekam padi sendiri merupakan 43% dari produk limbah pertanian yang ada di Indonesia, yaitu mencapai 32 juta ton per tahun.

Oleh karenanya, kami dari tim PKMP ingin memberikan inovasi dalam mereduksi dan meningkatkan nilai jual limbah jerami dan sekam padi dengan menjadikannya bahan dasar pembuatan adsorben logam berat air lindi berbasis nano teknologi,” kata Hilma Muthiah. Untuk membuat NARA, proses awal yang harus dila-kukan mencuci bersih limbah jerami dan sekam padi, kemudian dikeringkan dan ditumbuk.

Setelah itu, hasil tumbukannya direndam dengan larutan HCl kemudian dinetralkan kembali dengan larutan NaCl. Setelah itu, barulah tumbukan dari limbah jerami dan sekam padi tersebut dipadatkan/ dinanokan sampai ukurannya mencapai 800-200 nm dan ukuran mikro arang aktif mencapai 10 mikron.

Mekanisme penyerapan logam berat pada air lindi dilakukan dengan cara mengalirkan air lindi dengan penyaringan horizontal dengan tiga media, yakni kerikil, pasir silika, dan pasir pantai terlebih dahulu untuk mengurangi beban penyaringan.

“Setelah itu, kemudian dialirkan ke nano arang aktif untuk diserap logam beratnya. Hasil yang didapatkan merupakan air tanpa kandungan logam yang sudah dapat dibuang ke badan air. Penelitian ini merupakan sebuah inovasi riset untuk pengolahan air dengan adsorben berbasis teknologi nano. Penelitian telah terpublikasi dalam The First Young Scientist International Conference Of Water Resources Development And Environmental Protecion dengan nomor seri ISSN :2460-0849,” ungkapnya.

Rusyda Syahidah berharap, ke depannya hasil penelitian mereka akan dijadikan referensi dalam inovasi teknologi pengolahan air, khususnya air lindi TPA yang mengandung logam berat, serta solusi alternatif pengolahan air limbah berbasis teknologi nano arang aktif dari limbah jerami dan sekam padi.

“Teknologi ini mampu mengurangi pencemaran air yang membahayakan masyarakat serta untuk mengurangi limbah jerami dan sekam padi,” ungkapnya.

Susilo himawan
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4965 seconds (0.1#10.140)